Anak Lebih Banyak Dicela Daripada Dipuji LInks:
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/02/0105.htm

BANDUNG, (PR).-
Dalam sehari, seorang anak mendapat 151 celaan, hinaan, dan ancaman dari
orang tua, sedangkan pujian hanya berkisar 17 kali per hari. Padahal, setiap
ucapan termasuk celaan dari orang tua, merupakan doa kepada Allah SWT
sehingga orang tua perlu berhati-hati sebelum berucap.

Penegasan itu dikemukakan artis Hj. Neno Warisman, dalam seminar yang
diadakan Serikat Karyawan (Sekar) PT Telkom di GKP Telkom Jln. Japati, Rabu
(1/3). Seminar sebagai rangkaian ulang tahun ke-6 Sekar Telkom, juga
menampilkan anggota Fraksi PKS DPR RI, K.H. Hilman Rosyad Shihab.

Menurut Neno Warisman, anak-anak sampai saat ini masih mendapat perlakuan
kurang baik dari orang tuanya sendiri sehingga lebih banyak mendapat ucapan
negatif daripada positif. "Dalam Islam setiap ucapan orang tua adalah doa
yang harus dikhawatirkan apabila Allah mengabulkannya. Kalau kita katakan
anak bodoh, dampaknya amat dahsyat sehingga lebih baik diganti menjadi
semoga menjadi jenderal atau direktur," kata Neno.

Neno mencontohkan, keberhasilan seseorang bernama Joko yang kini menjadi
jenderal, padahal sewaktu kecil menyusahkan orang tuanya. "Untuk menghadapi
ulah anaknya yang dirasa sudah *kelewatan*, sang ibu hanya bisa menangis
seraya berucap semoga anaknya bisa jadi jenderal karena hanya bisa
memerintah dan tak mau diperintah," tutur Neno.

Salah satu kelemahan utama orang tua, menurut Neno, adalah lebih senang
melakukan eksekusi daripada apresiasi terhadap anak. "Orang tua langsung
mengeksekusi anaknya sebagai bodoh atau istilah negatif lainnya, padahal
eksekusi merupakan hak Allah seperti di Q.S. Al-Fatihah, *maaliki yaumiddiin
*," ujarnya.

Dalam pandangan Neno, tidak ada istilah anak bodoh, terbelakang, atau nakal
karena anak memiliki kecerdasan sendiri yang berbeda dengan kecerdasan anak
lainnya. "Orang tua lebih sering menggunakan kacamata kecerdasan otak dari
hasil belajar anaknya, padahal anak bisa jadi memiliki kecerdasan musik,
intrapersonal, sosial, atau spiritual," ujar Neno menjelaskan.

Untuk itu, tambahnya, orang tua perlu mengembangkan pendidikan kasih sayang
di keluarga dengan meniru sifat Allah yang Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim
(Maha Penyayang). "Suami ataupun istri harus saling menerima apa adanya,
demikian pula orang tua dengan anak. Jangan sekali-kali melihat dari sisi
ada apanya," ujarnya.

Sedangkan K.H. Hilman Rosyad Shihab mengatakan, perlu pelurusan kembali
peran dan tugas antara suami dan istri sehingga bisa saling memahami. "Tugas
istri bukan melayani suami layaknya pembantu. Bukan pula mencuci, memasak,
belanja, atau pekerjaan rumah tangga lainnya," ujar Hilman.

Tugas istri, menurut Ustaz Hilman, hanya dua hal yakni taat kepada suami dan
membahagiakannya. "Mulai saat ini ibu-ibu cukup berdiri menunggu perintah
suami. Tapi, kalau mau lebih bagus yakni membahagiakan suaminya sehingga
tidak perlu diperintah," katanya.

Sedangkan tugas suami ada tiga yaitu memberikan nafkah, mempergauli istrinya
dengan baik, dan membimbing istrinya menjadi wanita salehah. "Suami dan
istri adalah mitra, *qawwam*, untuk saling mengisi karena masing-masing
memiliki perbedaan sebagai fitrah dari Allah," kata dia. (A-71)***

--
Best Regards,
Abahnya Surya & Akmal

Kirim email ke