Makasih ya buat Mama Kavindra, mbak nita, mbak sylvia, mbak Muslifa, pak yakup , pak bambang, dan yang lainnya buat masukkannya dan saran-sarannya, bila melihat indikasi yang dialami anak saya sama seperti yang Mama kavindra jelaskan dan sudah mengganggu konsentrasi belajar (jadi malas), dalam setahun batuk pilek bisa 7 kali, Setelah saya diskusikan dengan suami saya dan mencari second openion di rumah sakit lain serta saran dari BA, maka saya bersama suami dan kakek neneknya berpendapat harus diangkat amandelnya karena melihat riwayat sakit batuk pileknya dan penurunan prestasi disekolah, mungkin ada turunan juga dari mamanya yang sampai sekarang amandelnya tidak pernah diangkat jadi sering susah nelan kalau sakit flu.
makasih banyak buat BA semua -----Original Message----- From: mama kavindra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 13, 2006 8:01 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] AMANDEL Mbak Rita aku coba bantu dikit yah, Pengangkatan amandel adalah salah satu prosedur medis ygdianggap terlalu sering dilakukan dibanding yg diperlukan. Seringkalipengangkatan amandel dilakukan dengan indikasi yg kurang kuat atautidak kuat. Jd hrs dilihat indikasinya. Beberapa indikasi pengangkatan adalah : * 7 or more episodes of tonsillitis in 1 year * 5 or more episodes per year over a 2-year period * Enlarged tonsils that interfere with breathing * An abscess in the tonsils * Grossly asymmetric tonsils http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003013.htm Untuk tonsilitis berulang, beberapa penelitian yg tingkat kepercayaannya lebih tinggi menunjukkan kalau dengan pengangkatan amandel atau tanpa pengangkatan, hasilnya tdk berbeda secara signifikan. Beberapa keterangan lain dpt dilihat di : http://kidshealth.org/parent/system/surgical/tonsil.html Hubungan amandel membesar dengan penyakit lain ya contohnya infeksi tenggorokan yg menyebabkan amandel membesar, jika infeksi terus terjadi (datang dan pergi) ya tentu saja amandel jd membesar terus. Umumnya kaitannya dg penyakit di saluran napas atas, bukan dg paru2. Ini ada email di milis sebelah ttg seputar amandel.. From: Tonang D Ardyanto <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [TANYA] Amandel Saya nambah sedikit saja Pak Ediyus sudah banyak ditanggapi yang lain, Ediyus Hz wrote: > Dear Dsa and SPs, > Anak saya Dzakiy dibilang ama dsa kami mengalami radang amandel.... > Bilangnya udah medium ke-2.... Apakah harus di-operasi... Kami > menginginkan tidak dioperasi... > Mungkin maksudnya "medium-2" ini adalah pembesaran tonsil-nya Pak. Dulu seingat saya jaman kuliah, ada 4 derajat Pak, tapi akhir-akhir ini saya baca ada ukuran T1-T3, dilihat proposi pembesaran menuju garis tengah (gampangnya menuju uvula : tonjolan daging kecil di tengah-tengah atas pintu rongga mulut menuju faring). Apakah harus di-operasi ? memang ini pertanyaan tricky. > Pertanyaannya: > 1. Apakah akibatnya jika dioperasi dan apa pula akibatnya jika tidak > 2. Jika tidak dioperasi apakah bisa sembuh jika sudah dewasa... Dan > bagaimana cara perawatannya yang terbaik hingga anak tsb dewasa.. > > Kontroversi soal operasi ini memang mengemuka Pak, seperti sudah banyak disampaikan Bu Luluk tersebut. Ada 2 kriteria operasi tonsilektomi Pak. Yang bersifat absolut : 1. Bila pembesaran sudah menimbulkan obstruksi/hambatan jalan nafas, gangguan menelan berat, menimbulkan gangguan tidur, atau ada komplikasi kardiopulmoner (akibat penyebaran infeksi oleh bakteri streptococcus) 2. Adanya peritonsiler abses yang tidak bisa diatasi dengan medikamentosa (dengan obat) 3. Tonsilitis yang sampai menimbulkan kejang demam 4. Kondisi tonsil sedemikian rupa yang sampai memerlukan tindakan biopsi untuk penentuan kondisi jaringan menggunakan pemeriksaan patologi. Sedang kriteria yang relatif : 1. Frekuensi serangan infeksi tonsil (spt disampaikan Bu Luluk) 2. Adanya bau mulut atau nafas yang terus menerus akibat tonsilitis kronis yang tidak membaik dengan terapi obat 3. Tonsilitis kronis atau berulang oleh bakteri streptokokus yang sudah resisten terhadap antibiotika beta-laktamase 4. Adanya pembesaran tonsil satu sisi (unilateral) dengan kecurigaan sifat neoplastik (tumor/keganasan) Dari dua kelompok tersebut, ada yang bersifat obyektif oleh dokter/pemeriksaan medis (menentukan sifat infeksi tonsil, menilai kondisi jaringan tonsil dari kripte, debris, dll), tapi ada juga yang bersifat subyektif (gangguan pernafasan, gangguan menelan, gangguan tidur). Yang subyektif ini dirasakan sendiri oleh pasiennya, dalam hal ini dinilai oleh orang tuanya. Bagaimana soal daya tahan imun ? suatu penelitian tahun 2003 di International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology membandingkan kelompok dengan tonsilektomi dan tanpa tonsilektomi pada masa anak-anaknya, sampai 20 tahun paska operasi. Hasilnya tidak ada perbedaan signifikan. Tapi memang ini baru 20 tahun, tentu kalau mungkin diteruskan sampai jangka lebih panjang. Suatu penelitian lain, di jurnal yang sama menyebutkan perbedaan profil imunitas pada anak-anak usia 3-15 tahun, antara yang menjalani tonsilektomi dan tidak. Perbedaan didapatkan pada masa 6 bulan pertama paska operasi. Setelah 6 bulan, profil imunitasnya menjadi tidak berbeda. Suatu penelitian lain, masih di jurnal yang sama, sekelompok anak diputuskan untuk menjalani tonsilektomi, tetapi diputuskan ditunggu 1 tahun kemudian, untuk sementara hanya observasi dan obat. Dari kelompok tersebut, sekitar 30% diantaranya tidak jadi menjalani operasi karena kondisi tonsilnya membaik. Salah satu alasan pembatalan operasi adalah terjadi resolusi (pengecilan) tonsil yang semula membesar. Tahun 2004 kemarin, seorang dokter THT di UNS Solo menulis disertasi tentang profil imun akibat tonsilektomi pada anak-anak, dan memang tidak mendapatkan perbedaan antara kelompok yang menjalani tonsilektomi maupun yang tidak. Namun memang ini pun sifatnya baru jangka pendek, belum bisa kalau jangka puluhan tahun ke depan misalnya. Beberapa poin penting dari data-data tersebut - menurut saya : 1. Penentuan perlunya suatu tindakan tonsilektomi harus didasarkan pada berbagai faktor. Secara obyektif, dokter THT menyusun beberapa kriteria pemeriksaan spt bagaimana menilai kondisi jaringan tonsil, menilai berat ringannya infeksi dan sifatnya. 2. Untuk kriteria subyektif, orang tua lah yang dapat menilainya karena yang mengikuti kehidupan anak setiap hari. 3. Ada baiknya melakukan pemeriksaan profil imunitas anak, pra operasi. 4. Setiap keputusan operasi harus didasarkan pada data terkini, artinya setelah ada penundaan harus diperiksa lagi kelayakan operasinya. 5. Keputusan operasi harus merupakan perpaduan dari beberapa unsur obyektif-subyektif tersebut. 6. Jalan tengah yang diambil sejauh ini - setahu saya - menunggu anak memasuki usia sekolah (sekitar 7-10 tahun). Pertimbangannya ada beberapa : a. Spt diketahui, pada usia balita, yang sering karena virus, semakin bertambah umur, baru kemungkinan bakteri lebih tinggi, di samping paparan patogen terhadap anak juga makin banyak karena mobilitasnya juga makin tinggi dan beragam. b. Adanya kemungkinan terjadi resolusi (pengecilan) dari tonsil yang sudah membesar. c. Pada masa-masa sekolah ini lebih mudah dinilai, apakah adanya pembesaran tersebut menimbulkan gangguan signifikan terhadap kualitas hidup anak : hambatan bernafas, hambatan menelan, mudah mengantuk (karena hipoksia oleh gangguan aliran udara nafas) yang bisa berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Terlihat sekali bahwa shared-decision sangat berperan dalam menentukan perlu tidaknya tindakan tonsilektomi ini. Bukan hanya dokternya, tapi juga orang tua pasien itu sendiri. Semoga membantu Pak Edi, tonang Smoga bs membantu ya Mbak... Uci mamaKavin http://oetjipop.multiply.com ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]