Selasa, 21 Maret 2006 Menkes Panggil Direksi RSPI Sulianti Saroso
JAKARTA-- Juru Bicara Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Sardikin Giriputro, menyatakan hasil pemeriksaan internal menunjukkan pihak RS itu tak kehabisan stok oksigen pada Ahad (19/3) lalu. "Tekanan oksigen ke ruang ICU rendah, tapi supply sebenarnya ada. Penyebab turunnya tekanan gas ini yang belum diketahui," ujarnya, Senin (20/3). Menurutnya, oksigen dari ruang sentral tak dapat masuk ke ICU. Dia mengatakan pihaknya telah memanggil teknisi dari PT Aneka Gas untuk memeriksa jaringan oksigen di RS itu. Sebelumnya, diberitakan stok oksigen di RSPI Sulianti Saroso habis. Akibatnya, pasien dugaan flu burung, Bondan Abirama Sanyoto (5,5 tahun), yang membutuhkan oksigen 100 persen dari ventilator, meninggal. Sardikin menjamin, pada hari meninggalnya Bondan, RSPI Sulianti Saroso tak kehabisan stok oksigen. Dalam kondisi darurat RSPI punya tabung cadangan oksigen yang mampu bertahan untuk enam jam. Tapi, Sardikin mengakui, ada keterlambatan yang dilakukan petugas sentral oksigen pada hari itu. Terkait meninggalnya Bondan dan kabar habisnya oksigen ini, Menteri Kesehatan langsung memanggil direksi RSPI Sulianti Saroso, kemarin. Menurut Sardikin, dalam pertemuan itu, pihaknya melaporkan detil kronologi hingga meninggalnya Bondan. "Sudah dilaporkan semuanya. Penjelasan dari pihak RS, bahwa sejak masuk, kondisi Bondan sudah berat, demam tidak turun juga. Dari foto rontgen, juga menunjukkan sudah luas (peradangan paru-paru Bondan-red)," papar Sardikin. Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Sapari, seusai pertemuan dengan Direksi RSPI menyatakan, kematian Bondan tidak disebabkan kehabisan oksigen. "Kematiannya bukan karena kehabisan oksigen, tapi karena kondisinya sudah parah," ujar Fadilah. Wadir Pelayanan RSPI Sulianti Saroso, Tuti Hamurtopo, menyatakan Bondan dinyatakan meninggal karena gagal jantung dan paru. Ketika didesak tentang dugaan kesalahan prosedur, Sardikin yang juga menjabat sebagai ketua tim Kejadian Luar Biasa (KLB) RSPI Sulianti Saroso, menjawab diplomatis. "Seperti misalnya naik mobil, semua sudah dipersiapkan, masih bisa kan tiba-tiba macet di tengah jalan? Semua ini tidak diduga. Tapi, akan kita perbaiki," tegasnya. Dalam pertemuan dengan Direksi RSPI itu, Menkes juga mengakui adanya kekurangan tenaga dokter anestesi di RS itu. "Akan ada penambahan satu dokter lagi. Idealnya ada empat atau lima," ujarnya. Saat ini, hanya ada dua dokter anestesi di RSPI. Selain itu, pertemuan itu sekaligus me-review alat apa saja di RS tersebut yang perlu diganti segera. Menkes juga menghimbau RSPI untuk melakukan pengecekan peralatan sebelum digunakan - lebih dari yang selama ini telah diberlakukan. Di tempat terpisah, mantan direktur RS tersebut, Maramis A Hisham, sangat menyesalkan pelayanan RSPI Sulianti Saroso. Dia yang menjabat direktur saat RS ini masih bernama RS Karantina Tanjung Priok, mengatakan seharusnya kinerja RS ini dikembalikan pada visi misi awal pembentukannya. Dia menyarankan perlu penggantian pemegang manajemen RSPI Sulianti Saroso. Anggota Komisi IX DPR RI, Ardi Muhammad, kembali menegaskan manajemen RSPI Sulianti Saroso harus diganti segera. "Penanganan di sana sudah tidak benar. Benahi manajemen, benahi kinerja. Saat ini penanganannya sangat kurang cepat dan ada beberapa masalah di dalamnya," ujarnya melalui telepon, semalam (20/3). (c35 )