Untuk ibu-ibu yg bingung karena buah hati tidak mau mimik susu, coba
luangkan sedikit waktu untuk membaca artikel ini. Semoga bisa menenangkan
hati dan pikiran ibu.

Rina




Susu tidak wajib
Asupan gizi yang baik tentu berperan penting dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.

Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester ketika janin berada
dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah itu otak masih tumbuh
dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai usia lima tahun. Oleh karena
itu usia balita ini sangat rawan terhadap kondisi-kondisi kurang gizi.

Pada usia rawan ini banyak orang tua yang mempunyai persepsi keliru mengenai
makanan untuk anaknya. Misalnya, bayi sampai usia empat bulan sebenarnya
cukup kalau hanya diberi ASI oleh ibunya tanpa tambahan makanan apa pun. Hal
ini sesuai dengan sistem enzim dalam pencernaan bayi yang masih didominasi
oleh enzim laktase untuk memecah laktosa susu.

Tetapi sebagian orang tua menganggap bayi akan kelaparan tanpa makanan
tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang, bubur, dan sebagainya.
Padahal jenis makanan ini memerlukan kehadiran enzim maltase untuk memecah
maltosa (karbohidrat) pada pisang atau bubur. Enzim maltosa umumnya belum
banyak diproduksi oleh bayi di bawah usia empat bulan. Kesalahan dalam
memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak dapat mencerna dengan
sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya sehingga sari makanan tidak
dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Akhirnya, bayi bisa terhambat kecerdasannya.

Setelah anak berusia dua tahun sebenarnya kehadiran susu dalam menu
sehari-hari bukanlah hal wajib. Yang penting aneka ragam makanan dikonsumsi
dengan cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat saja (nasi, sayur, lauk, dan
buah), anak-anak setelah usia dua tahun dapat tumbuh secara baik.

Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar mengkonsumsi susu
banyak-banyak dan membiarkan anak mengurangi porsi makannya. Padahal makan
dengan porsi tiga kali sehari lebih penting daripada minum segelas atau dua
gelas susu. Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa
menggantikan nasi, sayur, dan lauk pauk.

Susu dari sudut pandang gizi bukanlah sumber protein tetapi lebih tepat
sumber kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan
dalam ikan teri atau ikan sarden. Sementara sumber protein utama kita adalah
nasi serta lauk-pauk. Jadi, dengan konsumsi 4 sehat tanpa 5 sempurna pun
anak-anak kita setelah usia dua tahun bisa tumbuh dengan optimal. Juga
pertumbuhan tinggi badannya.

Perawakan tinggi ini ditentukan oleh banyak faktor. Faktor genetik atau
potensi biologik menjadi modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang. Tinggi badan seorang anak akan dipengaruhi tinggi badan
kedua orang tuanya. Kita tidak bisa mengharapkan anak tumbuh tinggi bila
orang tuanya pendek atau sebaliknya.

Selain itu ada pula faktor hormonal. Hormon yang sangat penting untuk
pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid, dan hormon seks.
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk merangsang perkembangan tulang panjang.
Anak-anak yang menderita kekurangan hormon pertumbuhan hanya akan mempunyai
tinggi akhir 120 cm pada masa dewasanya. Hormon tiroid berperan besar dalam
metabolisme tubuh. Sedang hormon seks menentukan pertumbuhan anak pada masa
pubertas. Jadi kalau ada anak disunat menjelang pubertas, sesudahnya dia
tumbuh secara lebih cepat karena aktivitas hormon seks. Bukan khitan itu
yang menyebabkan seseorang tumbuh lebih cepat.

Ukuran perawakan tinggi sebagai manifestasi ketiga faktor di atas
berbeda-beda untuk setiap populasi. Tinggi untuk ukuran kita belum tentu
demikian untuk orang Eropa atau Amerika. Masyarakat kita bahkan mungkin
belum bisa mentoleransi anak perempuan yang tingginya 175 cm.

Tapi pada era globalisasi ini tinggi badan menjadi sesuatu yang tidak bisa
diabaikan. Soalnya, berbagai formasi pekerjaan mensyaratkan ukuran tinggi
badan tertentu. Kalau dulu hanya ABRI dan awak pesawat udara, kini semakin
banyak sektor yang menginginkan pegawainya berperawakan tinggi. Nah, ada
baiknya para orang tua lebih memperhatikan perlaku makan putra-putrinya.

Sumber : Intisari (Agustus 1998)

Sumber : Tuti Soenardi (SWARA (30/9 1999))



---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke