heeh....... makasih ya lulu............(bukan adiknya si LUPUS
lho...........)
tapi memang si LUPUS ini seram juga yach...?? bahkan tokoh LUPUS
aja............dia jemput secepat itu...(Ryan Hidayat)


tararengkiu disampaikan buat mama kavin, mba yenni dan mba fitri atas
kiriman artikelnya... dalam tempo yg sesingkat singkatnya akan saya
teruskan ke yg berwewenang untuk diproses
dipengadilan............wakssssssssss.......kok jadi..??????

*yang baru pulang dari kantor pengadilan*
---------------

Ini nehhh artikel ttg LUPUS? (bukan LUPUS pelemnya Ryan Hidayat
lhoooo..)

LUPUS

Selain AIDS yang pendatang baru, ada juga penyakit lama yang belum bisa
disembuhkan, yakni lupus. Penyakit yang dijuluki si Peniru Ulung ini sering
dikira penyakit lain. Kalau sedang aktif, tak kalah mengerikan dibandingkan
dengan AIDS. Wanita yang semula berparas cantik bisa kehilangan
kecantikannya.
 lupus1.jpg (13461 bytes)
Timbulnya ruam merah mirip kupu-kupu di wajah merupakan salah satu
gejala
lupus. (Repro: Medstudent)

Kulit wajah di antara kedua pipi ditandai ruam merah yang bentuknya
menyerupai
kupu-kupu. Di bagian tubuh lain muncul bercak-bercak merah menyerupai
cakram.
Rambut rontok tak terkendali. Sariawan muncul di dalam rongga mulut. Itulah
sebagian gejala lupus, penyakit otoimun kronis yang bisa menyebabkan
peradangan
di berbagai bagian tubuh, khususnya pada kulit, persendian, darah, dan
ginjal.

Nama ilmiahnya lupus eritematosus sistemik (LES). Namun, lebih sering
disebut
lupus saja. Sedangkan penderitanya akrab disebut "odapus", orang dengan
lupus.

Menurut Robert G. Lahita, M.D., Ph.D, kepala bagian Rematologi dan
Penyakit
Jaringan Konektif RS St. Luke/Roosevelt, Amerika Serikat, penyakit yang tak
ada
hubungan saudara dengan tokoh Lupus rekaan Hilman Hariwijaya dalam
novel-novelnya ini, dibedakan jadi tiga tipe: lupus yang menyerang kulit
(discoid lupus), yang menyerang sistem dalam tubuh, termasuk persendian
dan
ginjal (systemic lupus), dan lupus akibat pemakaian obat tertentu.

Dari ketiganya, discoid lupus paling sering menyerang. Namun, systemic
lupus
selalu lebih berat dibandingkan dengan discoid lupus, dan dapat menyerang
organ
atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang
diserang. Meskipun begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-
paru,
ginjal, darah, organ atau jaringan lain. Sedangkan lupus akibat pemakaian
obat
umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi)
dan
procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur). Hanya
saja,
cuma 4% dari orang yang mengkonsumsi obat-obat itu yang bakal
membentuk
antibodi penyebab lupus. Dari 4% itu pun sedikit sekali yang kemudian
menderita
lupus.

Sampai sekarang, penyakit ini belum bisa disembuhkan atau dicegah. Yang
bisa
baru sebatas menghilangkan gejalanya. Caranya dengan mengkonsumsi
obat-obatan
seumur hidup, menjalani pola hidup tertentu, dan menghindari stres.

Sistem kekebalan jadi liar
Lupus sebenarnya telah dikenal lebih kurang seabad lalu. Mula-mula lupus
kala
itu dikira akibat gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan
penyakit
ini kemudian disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa Latin.
Dalam
perkembangan selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam
tubuh. Maka
muncullah sebutan LES itu.

Menurut dr. Heru Sundaru dari Sub Bagian Alergi-Imunologi, Bagian Ilmu
Penyakit
Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, dalam
seminar Penyakit
Lupus dan Wanita yang diselenggarakan Yayasan Lupus Indonesia pada
Juni 1998,
penyebab lupus belum diketahui dengan pasti. Selain faktor keturunan,
faktor
lingkungan seperti infeksi virus, cahaya matahari, dan obat-obatan, diduga
ikut
berperan dalam timbulnya gejala.

 lupus.jpg (15143 bytes)Robert mengungkapkan, ada 10% penderita lupus
memiliki
keluarga dekat yang telah atau memiliki kemungkinan menderita lupus.
Statistik
juga menunjukkan, ada 5% anak yang dilahirkan odapus bakal memiliki
kemungkinan
menderita penyakit ini.

Meski lebih sering menyerang kaum wanita, terutama yang berusia dua
puluhan
tahun, "Tapi pria kemungkinan juga bisa terkena lupus," jelas dr. Heru.
Hasil
survai yang dikutip dokter spesialis penyakit dalam itu menunjukkan, pada
usia
subur perbandingan wanita dan pria penderita lupus 10 : 1. Di RSCM
perbandingannya 17 : 1.

Tingkat "keganasan" lupus juga berbeda menurut ras. Survai di AS
menunjukkan,
di antara 2.000 penduduk kulit putih ditemukan satu penderita. Sedangkan
pada
penduduk berkulit hitam dan keturunan Asia, frekuensinya lebih tinggi.

Lupus diketahui sebagai penyakit otoimun, penyakit yang muncul lantaran
sistem
kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, yang justru mengganggu kesehatan
tubuh. Di
dalam tubuh manusia selalu ada sistem kekebalan tubuh, yang terdiri atas
zat
anti dan sel darah putih. Sistem imun ini bertugas melindungi tubuh manusia
dari serangan antigen (musuh berupa bakteri, virus, mikroba lain). Pada
lupus,
oleh sebab yang belum diketahui, zat anti dan sel darah putih tadi justru
menjadi liar dan menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya,
organ-organ tubuh menjadi rusak dan gejala lupus pun muncul.

Perusakan jaringan tadi terjadi dengan dua cara. Zat anti langsung
menyerang
sel jaringan tubuh. Atau, zat itu masuk aliran darah dan bertemu antigen,
lalu
berkoalisi membentuk kompleks imun. Kompleks ini tetap ikut aliran darah
sebelum tersangkut di pembuluh darah kapiler organ tertentu. Dalam
keadaan
normal, kompleks ini akan dieliminasi oleh sel-sel radang.

Sebaliknya, dalam keadaan tidak normal kompleks itu tidak dapat
dihilangkan
dengan baik dan sel-sel radang sebaliknya malah bertambah banyak sambil
mengeluarkan enzim yang menimbulkan peradangan. Bila peradangan
berlanjut,
organ tubuh akan rusak, fungsinya terganggu sehingga menimbulkan gejala
penyakit. Diduga, sinar matahari maupun hormon estrogen mempermudah
terjadinya
reaksi otoimun.

Positif lupus, empat kriteria
Gejala penyakit ini dibedakan atas gejala umum dan gejala pada organ
tertentu.
Gejala umum yang sering ditemukan di antaranya, penderita sering merasa
lemah,
kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal. Gejala ini muncul ketika
lupus
sedang aktif dan menghilang ketika tidak aktif.

Organ-organ tubuh yang biasanya menunjukkan adanya lupus sangat
banyak, dari
kulit, ginjal, jantung, hingga otak. Pada kulit gejalanya berupa ruam merah
berbentuk mirip kupu-kupu di kedua pipi. Di bagian tubuh lainnya terdapat
bercak merah berbentuk cakram dan terkadang bersisik. Kerontokan rambut
dan
sariawan merupakan gejala lain pada kulit. Kalau dilihat secara utuh,
penderita
lupus dengan gejala-gejala tadi akan tampak mirip monster.

Pada dada timbul rasa sakit yang menimbulkan gangguan pernapasan. Bila
jantung
atau paru-paru terserang, penderita akan merasakan jantung berdebar atau
sesak
napas. Bila jantung mengalami kelainan lanjutan, kaki menjadi bengkak.
Pada
sistem otot gejala yang dirasakan penderita adalah rasa lemah atau sakit di
otot. Pada pesendian akan dirasakan sakit, baik dengan ataupun tanpa
pembengkakan dan kemerahan. Pada darah terjadi penurunan jumlah sel
darah
merah, putih, dan sel pengatur pembekuan darah.

Sedang pada saluran pencernaan muncul gejala sakit perut, mual, muntah,
diare,
atau sukar buang air besar. Pada ginjal terjadi gangguan fungsi yang
mengakibatkan tidak dapat dikeluarkannya racun hasil metabolisme dan
banyaknya
kandungan protein dalam urine. Pada sistem saraf timbul gangguan pada
otak,
saraf sumsum tulang belakang dan saraf tepi, yang mengakibatkan pusing
atau
kejang. Bahkan, bisa sampai menimbulkan stroke dan gangguan jiwa,
meskipun ini
jarang terjadi.

Menurut dr. Heru, pada 1971 untuk bisa menentukan seseorang terserang
lupus
setidaknya diperlukan 14 kriteria. Pada 1982 kriteria itu menjadi 11.
Sekarang,
diperlukan hanya empat kriteria. "Tapi bukan berarti kalau ada tiga
kriteria
bukan lupus. Tiga kriteria saja sudah bisa menunjukkan kemungkinan
adanya
penyakit lupus," tambah dr. Heru. Bahkan, bila menunjukkan gejala pada dua
atau
lebih organ atau sistem tadi, seseorang harus diwaspadai menderita lupus.

Gejala lupus sering menyerupai penyakit lain, sehingga penyakit ini sering
dijuluki Si Peniru Ulung. "Karena itu kita harus hati-hati dalam
menginterprestasikan hasil pemeriksaan," jelas dr. Heru. Bisa saja dokter
menduga pasiennya terserang sifilis, batu ginjal, atau rematik, seperti
yang
dialami Tiara Savitri, penderita lupus yang kini menjadi Ketua Yayasan
Lupus
Indonesia. Bahkan, menurut Robert, tidak akan ada dua penderita systemic
lupus
memiliki gejala yang sama. "Tipu daya" macam itu tidak jarang menyebabkan
dokter maupun penderita frustasi akibat penyakitnya tak kunjung membaik.

Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti diperlukan pemeriksaan darah
atau
biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi-antibodi yang muncul ketika
lupus sedang aktif.

Hamil boleh, tapi direncanakan
Meski masih belum bisa disembuhkan, odapus tetap bisa mendapatkan
pengobatan
agar bisa hidup lebih lama seperti orang sehat. Pengobatan ditujukan untuk
menghilangkan gejala lupus yang ada. Pengobatan juga perlu didukung
perubahan
pola hidup, pengendalian emosi, pemakaian obat secara tepat, dan
pengaturan
gizi seimbang.

Menurut dr. Harry Isbagyo, SpPD, KR, dari Sub Bagian Reumatologi, Bagian
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM, dalam proses pengobatan pasien mesti
dievaluasi
minimal tiga bulan sekali, tergantung status kesehatannya. Tujuannya,
mengevaluasi aktivitas penyakit dan menentukan pengobatan selanjutnya.
"Penyakit ini berlangsung lama, bisa bertahun-tahun. Jadi harus sabar dalam
menjalani pengobatan," jelas dr. Harry.

Penderita memerlukan program pengaturan lama beraktivitas dan lama tidur.
Menurut dr. Harry, bagi odapus, kecapekan dan stres berat merupakan
penyebab
tercetusnya gejala lupus. Karena itu, hidup teratur merupakan keharusan.
"Olahraga juga boleh. Tapi jangan dipaksakan, misalnya jangan dilakukan
pada
siang hari saat matahari sudah kuat," tambah dr. Heru.

Meski tidak semua odapus sensitif terhadap sinar matahari, mereka
dianjurkan
menghindari paparan sinar matahari secara langsung untuk waktu lama
karena
kekambuhan penyakit sering terjadi setelah terpapar sinar ultraviolet. Dr.
Heru
menganjurkan penderita keluar rumah hanya sebelum pukul 09.00 atau
sesudah
pukul 16.00. Ketika keluar rumah, penderita memakai sun block atau sun
screen
(pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan
terpapar. Dr. Harry juga menyarankan penderita mengenakan pakaian yang
tepat.

Menurut dr. Harry, penderita perlu segera mencari pertolongan medis bila
timbul
gejala panas tanpa diketahui penyebabnya. Bila hendak mendapat berbagai
tindakan medik, macam pengobatan gigi, tindakan terhadap saluran kemih
dan
kandungan, atau tidakan bedah lainnya, penderita perlu berkonsultasi
dengan
dokter untuk mendapatkan antibiotika pencegahan. Bila penderita terserang
pada
organ utama, seperti ginjal, paru, jantung, dsb., penyakitnya sedang aktif,
atau dalam pengobatan dengan obat-obatan imunsurpresif, dia sebaiknya
dicegah
dari kehamilan.

"Penderita yang penyakitnya sedang aktif, jarang sekali bisa hamil.
Kalaupun
bisa hamil biasanya akan menimbulkan keguguran. Karena itu, kalau
berhasil
hamil sebaiknya penyakitnya selalu dikontrol," tegas dr. Harry. Namun
dokter
ini juga mengingatkan bahwa yang terbaik adalah kehamilan terencana.
Artinya,
selama penyakitnya aktif, kehamilan dihindarkan dan pengobatan dilakukan
secara
intensif. Odapus dianjurkan menghindari kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
Setelah penyakitnya teratasi, barulah merencanakan kehamilan.

Dalam pengobatan lupus, ada dua kategori obat yang digunakan, yakni
golongan
kortikosteroid dan golongan selain kortikosteroid. Golongan kortikosteroid
merupakan obat utama penyakit lupus. Untuk kelainan kulit diberikan dalam
bentuk topikal (salep, krem, atau cairan). Untuk lupus ringan digunakan
kortikosteroid dalam bentuk tablet dosis rendah. Bila lupus sudah dalam
kondisi
berat, digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet atau suntikan dosis
tinggi.
"Kalau sudah menyerang otak, misalnya, dosisnya bisa sampai 1.000 mg per
hari,"
jelas dr. Harry. Setelah kondisinya teratasi, dosis diturunkan sampai dosis
terendah yang dapat mencegah kambuhnya penyakit.

Obat golongan bukan kortikosteroid biasanya merupakan pelengkap obat
kortikosteroid. Di antara obat golongan ini adalah antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak sendi; obat antimalaria
(kloroquin/resochin, dihidroksi kloroquin/plaquenil) untuk mengatasi gejala
penyakit pada kulit, rambut, nyeri otot dan sendi, bahkan untuk odapus
dengan
gejala ringan; dan obat imunosupresif macam siklofostamid untuk kondisi
yang
disertai gangguan ginjal, azatioprin yang merupakan obat pendamping
kortikosteroid agar kebutuhan kortikosteroid dapat dikurangi, dan
klorambusil.

Penggunaan obat-obat tadi mesti dengan pertimbangan matang mengingat
efek
sampingan yang ditimbulkan. Obat kortikosteroid, misalnya, bisa memberi
efek
sampingan berupa wajah membulat (moonface), penyakit cushing,
osteoporosis,
diabetes melitus, hipertensi, gangguan lambung, dsb. OAINS menimbulkan
gangguan
lambung, ginjal, darah, dsb. Obat antimalaria memberi dampak gangguan
penglihatan akibat deposit di kornea mata dan retinopati. Sedangkan
imunosupresif memberi efek sampingan berupa mual atau muntah,
gangguan darah,
ginjal, dan mudah terkena infeksi.

Meski efek sampingan tak dapat dihindarkan (yang bisa hanya mengurangi),
pengobatan mesti dilakukan. "Pencegahan penyakit ini belum bisa dilakukan
karena penyebab pastinya saja belum diketahui," ungkap dr. Heru. Meski
begitu,
kalau sudah positif terkena lupus, segala upaya mesti tetap dilakukan agar
penderita bisa menikmati hidup dengan baik. "Odapus bisa bertahan lebih
lama
dengan penggunaan obat secara terkontrol," tegas dr. Harry. "Yang penting
adalah dosisnya. Dosis dipilih seringan mungkin," tambahnya.

Kini, angka harapan hidup penderita lupus sudah termasuk sangat tinggi. Di
AS
dan Eropa, kalau pada tahun 1955 harapan hidup penderita lupus dalam
waktu lima
tahun kurang dari 50%, maka pada tahun 1991 telah mencapai 89 - 97%.
Bahkan,
harapan hidup 10 tahun telah mencapai 83 - 93%. Semuanya lantaran
adanya
cara-cara diagnosis lebih dini dan metode pengobatan lebih baik. (Gde)

http://www.indomedia.com/intisari/1998/september/lupus.htm


Lupus, Penyakit Seratus Wajah

PENYAKIT ini memang populer dengan sebutan "penyakit dengan seratus
wajah"
karena manifestasinya yang amat mirip dengan sekitar seratus penyakit lain,
sehingga diagnosis sukar ditegakkan. Penyakit ini berkembang secara
perlahan-lahan selama beberapa tahun, dengan gejala dan keluhan aneka
penyakit
seperti potongan-potongan teka-teki, sehingga sering terjadi keterlambatan
diagnosis.

Maklum, keluhan yang muncul biasanya berupa lekas capai, keletihan terus
tiap
hari, kelesuan fisik dan mental, demam rendah, tidak suka makan, berat
badan
turun, rambut rontok, pegal linu seluruh badan, nyeri di sendi-sendi tanpa
artritis, dan peka terhadap sinar Matahari sampai timbul bercak kupu-kupu
di
muka. Karena semua keluhan itu serupa dengan penyakit lain, maka dokter
sering
tidak menduga bahwa pasien yang diperiksanya menderita lupus.

John Darmawan MD PhD FACR, dokter spesialis rematik dari Semarang
yang juga
menjabat Penasihat Ahli Rematik WHO (World Health Organization)
mengungkapkan,
diagnosa lupus harus memenuhi lima dari 11 butir kriteria dari American
College
of Rheumatology. Kelima kriteria dikumpulkan berdasarkan riwayat sejak
mulai
sakit.

Kriteria itu antara lain yang sudah disebutkan di atas termasuk keluhan
tidak
khas sebelum timbul tanda arthritis yang hanya berlangsung beberapa bulan,
sariawan tanpa nyeri yang tidak kunjung sembuh selama beberapa minggu,
bercak
di muka yang berlangsung lama, dan peka terhadap sinar Matahari (bagian
yang
kena sinar Matahari menjadi merah selama beberapa jam atau lebih lama).

Apabila gejala masih kurang dari 1-2 butir kriteria, maka untuk
mendiagnosis
lupus dapat diperkuat dengan uji laboratorium. Kalau salah satu atau dua
tes
laboratorium hasilnya positif, misalnya tes ANA (anti-nuclear antibody) dan
anemia berat, maka seseorang bisa didiagnosis lupus. Lupus bisa
diindikasikan
oleh jumlah leukosit yang kurang dari 4.000/cc, jumlah trombosit kurang
dari
100.000/cc dan seterusnya. Selain darah, kelainan ginjal dan kekebalan juga
menjadi indikator lupus.

Prevalensi lupus yang rendah, 40/100.000, memungkinkan banyak dokter
tidak
pernah menemui kasus lupus di dalam praktiknya.

Penanganan bersama

Menurut John Darmawan, ahli penyakit rematik biasanya menangani
penderita
lupus. Namun, kompleksnya penyakit lupus dan pengobatannya
membutuhkan
penanganan bersama spesialis lain, sesuai organ tubuh yang diserang.
Lupus
ginjal misalnya, lebih baik ditangani bersama antara ahli penyakit ginjal
dan
ahli penyakit rematik, lupus kulit bekerja sama dengan ahli penyakit kulit,
dan
lupus otak diobati bersama dengan ahli penyakit saraf.

Secara garis besar ada tiga jenis lupus, yaitu LES (lupus eritematosus
sistemik), lupus diskoid, dan lupus obat. Lupus yang timbul akibat efek
samping
obat akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Lupus
diskoid
adalah lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit.

Sedang LES dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-
paru,
lupus pembuluh darah jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal,
lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan
lain-lain.

Pemilihan obat tergantung jenis lupus yang diobati. Semua obat termasuk
obat
untuk penyakit lupus mempunyai efek samping. Untuk mencegah efek
samping-karena
obat harus diminum jangka panjang-maka tubuh harus mendapat asupan
kalsium dan
kalium yang cukup melalui makanan, minuman (susu dan produk dari bahan
susu),
buah-buahan, dan vitamin D. Ini sekaligus untuk mencegah rapuh tulang
karena
lupus dan obat lupus mengroposkan tulang.

Faktor risiko

Lupus dapat terjadi pada kedua jenis kelamin dalam semua umur. Namun,
risiko
timbulnya lupus pada wanita dewasa berusia subur delapan kali lebih tinggi
dibanding pria dewasa.

Obat sulfa, penisilin, hidralasin, prokainamid, juga sinar ultra-violet,
dan
infeksi, dapat mencetuskan lupus pada wanita dengan kecenderungan
penyakit ini.
Penderita dalam remisi dengan terapi pemeliharaan dan dalam remisi bebas
terapi
dapat kambuh apabila faktor risiko seperti sinar Matahari, stres fisik dan
mental tidak dihindari.

"Teriknya Matahari sepanjang tahun di negara tropik seperti Indonesia,
merupakan faktor pencetus kekambuhan. Penderita yang peka sinar
Matahari
misalnya dapat timbul bercak merah di muka hanya dalam perjalanan
Magelang-Semarang dengan mobil," kata John Darmawan.

Oleh karena itu, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi penderita
lupus
termasuk sinar Matahari langsung. Pantulan sinar Matahari dari jalan aspal
ke
dalam mobil atau kaca mobil yang tembus sinar ultraviolet sebaiknya
dihindari.

"Suntikan dengan bahan silikon untuk bibir, pipi, atau pembesaran payudara
dan
pantat, merupakan pantangan bagi penderita lupus. Menggunakan cat
rambut juga
tidak boleh," tambah dia.

Kerja lembur, pekerjaan yang melelahkan fisik, olahraga berat, sebaiknya
dihindari. Penderita lupus dengan kencing manis pantang minum obat
steroid,
demikian pula halnya dengan penderita yang pernah menderita perdarahan
lambung.
Sendi dengan artritis akut (bengkak, kemerah-merahan, hangat, nyeri, dan
kaku)
tidak boleh dilatih, kecuali gerakan pasif yang tidak mencetuskan nyeri.

Anjuran

Penderita lupus harus selalu didukung secara moril oleh orang-orang
terdekatnya, karena stres sewaktu-waktu dapat timbul. Kontrol teratur
sesuai
dengan anjuran dokter mutlak harus ditaati. Apabila merasa lupusnya kumat,
dokter harus segera dihubungi. Tenggang waktu kumat dan laporan ke
dokter tidak
boleh melewati tujuh hari.

Para penderita juga dianjurkan untuk mengenakan pakaian menutup lengan
dan
tungkai, bertopi atau berpayung yang tidak tembus sinar ultraviolet, bila
sedang ke luar rumah.

Menu makanan sehari-hari yang dianjurkan John Darmawan untuk penderita
lupus
adalah asupan gizi kaya kalsium, kalium, seng, vitamin B6, C, dan D.
Sebaiknya
penderita juga banyak memakan makanan yang kaya protein namun rendah
karbohidrat.

Semua buah-buahan dan sayur-mayur dianjurkan. Contoh, pisang, blewah,
buah yang
dikeringkan, pisang sale, nangka, durian, asparagus, brokoli, ubi-ubian,
bayam,
kangkung, dan lain-lain. Susu, yoghurt, dan keju, juga masuk dalam daftar
makanan yang dianjurkan. (SN Wargatjie)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0207/21/IPTEK/lupu22.htm

FYI aja, kolom Prof. Zubairi Zurban di harian Republika



Assalamualaikum wr wb
Yth Prof Zubairi,
Sudah dua tahun ini saya dinyatakan menderita lupus. Usia saya saat ini
25
tahun. Selain prednison, saya juga pernah diberi obat endoxan. Ternyata
obat
tersebut juga digunakan oleh tante saya yang menderita kanker payudara
untuk
kemoterapi.
Saya jadi bingung, mengapa saya perlu diberi obat kemoterapi? Bukankah
penyakit lupus berbeda dengan kanker?

Tina, Bogor

Waalaikumussalam wr wb
Mbak Tina yang baik,
Penyakit lupus memiliki banyak variasi tampilan gejala yang mungkin
munculnya berbeda-beda antar masing-masing pasien. Gejala yang umum
terjadi
adalah demam, berat badan turun, rambut rontok, nyeri sendi, kelainan
kulit
(ruam di wajah, sensitif terhadap sinar matahari), sampai masalah pada
ginjal, jantung, saluran cerna, dan sistem syaraf. Hal ini terjadi
karena
antibodi yang ada pada orang dengan lupus (Odapus), tidak hanya dapat
menyerang organ tubuh tertentu saja.

Oleh karena itu, obat yang diberikan bisa sama, bisa pula diberikan
tambahan
obat yang berbeda, sesuai dengan gejala yang muncul. Prednison, yang
merupakan obat golongan kortikosteroid, adalah obat yang cukup sering
diperlukan oleh Odapus. Dosisnya tentu disesuaikan oleh dokter,
tergantung
dari gejala yang timbul dan respons dari pasien. Namun terkadang
dibutuhkan
obat-obat lain seperti obat antimalaria dan obat sitotoksik yang juga
digunakan sebagai obat kemoterapi pada pasien kanker.

Pemberian suatu obat, didasarkan pada mekanisme kerjanya. Jadi, mungkin
saja
obat yang sama digunakan untuk dua penyakit yang kelihatannya berbeda,
misalnya parasetamol yang dapat digunakan untuk menurunkan demam juga
menghilangkan nyeri. Yang digunakan sebagai dasar pemberian obat pada
lupus
adalah jika obat tersebut efektif untuk menekan sistem imun (kekebalan
tubuh). Saya kira Mbak Tina sudah mengetahui bahwa penyakit lupus
disebabkan
karena adanya antibodi (zat kekebalan tubuh) yang bekerja berlebihan
sehingga menyerang organ-organ tubuh yang sehat. Untuk itu, diperlukan
obat
yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh tersebut agar tidak
berlebihan
bekerja. Obat sitotoksik pada Odapus berperan sebagai imunosupresan,
artinya
berperan untuk menekan sistem imun pada tubuh.

Obat imunosupresan biasanya diberikan untuk mengatasi gejala yang
berat, di
mana dibutuhkan pemberian obat golongan kortikosteroid (prednison)
dosis
tinggi. Padahal, dosis prednison yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
efek
samping yang berat, yang mungkin bisa lebih berbahaya dibandingkan
penyakitnya. Oleh karena itu, diberikan obat imunosupresan dalam jangka
waktu tertentu (biasanya paling lama enam bulan) untuk mengganti atau
diberikan bersama-sama dengan prednison sehingga dosisnya tidak usah
terlalu
tinggi.

Jadi, obat imunosupresan dalam pengobatan lupus berguna untuk
mengontrol
aktivitas penyakit pada organ-organ vital seperti ginjal, otak,
jantung, dan
paru, serta dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan akan obat
kortikosteroid. Dokter tentu akan memberikan obat imunosupresan, juga
obat-obat lain, dengan hati-hati, setelah mempertimbangkan manfaat dan
risikonya. Jika penyakit telah terkontrol, dapat saja pemberian
obat-obatan
dihentikan dan yang perlu dilakukan adalah menjaga asupan nutrisi dan
pola
hidup. ( )

KEHAMILAN TAK SELALU MEMPERBERAT LUPUS


"Kehamilan bisa memperberat penyakit Lupus yang diderita, bisa juga
tidak," demikian diungkapkan dr. Budianto Barnas, SpOG dalam seminar
"Diagnosa dan Penatalaksanaan Penyakit Lupus" yang diselenggarakan
Yayasan Lupus Indonesia pada 2 November 2002 di RSUPNCM.


Dalam acara yang dimoderatori Ayu Bisono, salah seorang penderita
Lupus yang tengah hamil, hadir juga sebagai pembicara Prof. Dr. Wiguno
Prodjosudjadi, PhD, SpPD KGH yang mengulas masalah "Ginjal pada
Penderita Lupus".


Sementara pada simposium pagi harinya, pembicaranya dr. Zuljasri
Albar, SpPD, KR yang mengetengahkan tentang "Diagnosa Lupus", dan dr.
Zubairi Djoerban, SpPD mengetengahkan mengenai "Pengobatan Lupus",
dengan moderator dr. Yoga Iwanoff Kasjmir, SpPD, KR.


Lupus adalah suatu penyakit otoimun yang menyebabkan sistem imunitas
tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh si penderita sendiri,
termasuk ginjal, jantung, paru-paru, darah, atau kulit. Biasanya
sistem imunitas tubuh akan melindungi tubuh kita dari virus, bakteri,
dan jaringan dari luar lainnya. Namun pada Lupus, sistem imunitas
tubuh ini kehilangan kemampuan untuk membedakan mana substansi dari
luar dan mana yang merupakan jaringan & sel sendiri, sehingga ia
kemudian membuat antibodi yang langsung menyerang sel.

Lengkapnya dilink;
http://72.14.207.104/search?q=cache:LzhICU4tVd0J:www.tabloid-nakita.com/
berita.php3%3Fid%3D108%26edisi%3D07353+lupus&hl=id&gl=id&ct=clnk&
cd=5

------------------
Bandung-RoL-- Hingga kini, penyakit Lupus belum ditemukan obatnya.
Namun, berbagai obat yang dikonsumsi para penderita Lupus bisa
membantu mengeliminir dampak lanjutan dari serangan penyakit yang
telah merenggut banyak jiwa di dunia ini.

Karena itu, Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarief, berharap agar
para produsen obat lebih kreatif dan variatif menciptakan obat yang
bisa dikonsumsi oleh orang dengan penyakit Lupus (odapus). Yayasan
Syamsi Dhuha adalah yayasan nirlaba berpusat di Bandung dan salah satu
kegiatannya adalah Care for Lupus.
Lengkapnya, di link;
http://72.14.207.104/search?q=cache:aa1Wlz6xY08J:republika.co.id/
online_detail.asp%3Fid%3D197813%26kat_id%3D23+lupus&hl=id&gl=id&
ct=clnk&cd=3





Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com
Get your Free E-mail at http://balita.zzn.com
___________________________________________________________
Get your own Web-based E-mail Service at http://www.zzn.com

--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

,"
DISCLAIMER :

The information contained in this communication (including any attachments) is 
privileged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under 
applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by 
the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee 
indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to 
such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, 
circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission.

We apologize if you have received this communication in error; kindly inform 
the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any 
record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give 
or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that 
do not relate to our official business.



--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke