Jumat, 12 Mei 2006

Pornografi Menyerbu Anak 

Anak-anak sudah kenal hardcore pornografi, atau hubungan seks menyimpang. 


JAKARTA -- Selain menjadi negara tanpa aturan jelas tentang pornografi, 
Indonesia juga mencatatkan rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling 
rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak. Prihatin atas gejala itu, 
sejumlah tokoh mendeklarasikan Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia di 
Jakarta, Kamis (11/5).

ASA Indonesia diketuai aktivis LSM Wirianingsih dengan sekjen Inke Maris yang 
lebih dikenal sebagai praktisi media itu. Aliansi didukung sejumlah budayawan, 
jurnalis, pekerja seni, akademisi, tokoh masyarakat, aktivis hak anak, LSM 
anak, ormas agama, masyarakat telematika. Tokoh-tokoh yang terlibat aktif dalam 
ASA Indonesia di antaranya psikolog dan aktivis hak anak Elly Risman, penyair 
Taufiq Ismail, seniman dan pendidik Neno Warisman hingga desainer dan pemerhati 
masalah pendidikan Anne Rufaedah.

Inke Maris menjelaskan, misi aliansi adalah menuntut perlindungan hukum agar 
anak-anak bisa terbebas dari berbagai tindak kekerasan dan eksploitasi seperti 
narkoba dan pornografi. Sebab pengaruhnya kepada anak-anak lebih bersifat 
permanen, berbeda dengan orang dewasa.

Kondisi objektif anak
Berdasarkan survei BKKBN terhadap 2.880 remaja usia 15-24 tahun di enam kota di 
Jawa Barat pada 2002, sebanyak 39,65 persen pernah berhubungan seks sebelum 
nikah. Dari data Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang, pelecehan seksual 
merupakan kejahatan kedua setelah narkoba.

Tak cuma itu. Sebanyak 56,5 persen remaja pria usia 15-19 tahun mengaku pernah 
melihat film porno dan 18,4 persen remaja putri mengaku pernah membaca buku 
porno. Data ini diperoleh dari Center for Human Resources Studies and 
Devlopment FISIP Unair, Surabaya terhadap 300 responden. Yang menyedihkan, dari 
data survei Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.705 responden di Jadebotabek 
pada 2005, lebih dari 80 persen anak berusia 9-12 tahun telah mengakses materi 
pornografi.

Data lebih rinci menunjukkan, pada penelitian terhadap murid kelas 4-6 SD ini, 
mayoritas (25 persen), mendapatkan materi pornografi melalui handphone, situs 
pornografi di internet (20 persen), dan majalah serta film/VCD/DVD 
(masing-masing 12 persen).

Di mana anak-anak melihat materi pornografi itu? Data menunjukkan sebagian 
besar anak, 35 persen, mendapatkannya di rental CD dan internet, disusul rumah 
sendiri (25 persen), dan rumah teman (22 persen). Sementara itu, pimpinan 
Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman menyebut kasus 'Lamongan bergoyang', 
Bandung, Cianjur, dan lain-lain yang beredar di handphone anak-anak usia SD. 

Elly juga mengungkap betapa 'seks bareng' kini tengah 'dimasyarakatkan' lewat 
berbagai media mulai dari film, sinetron, lagu, game, VCD, hingga internet. 
Lantaran pornografi dari berbagai bentuk dan media ini menyerbu anak, ''Maka 
anak kita sudah punya mental model (pornografi--red.),'' katanya.

Situs porno
Inke lantas mengutip hasil penelitian di Amerika bahwa setidaknya ada 28 ribu 
situs porno di internet pada tahun 2000 sementara setiap pekannya lahir 2.500 
situs porno baru. 

Malangnya, di Indonesia tidak ada regulasi yang jelas mengenai pornografi dan 
sanksi hukumnya, tidak ada perlindungan anak dari hardcore, tidak ada regulasi 
terhadap pornografi yang melibatkan anak, dan tak ada regulasi terhadap 
pencegahan akses anak terhadap pornografi.

Ia juga menyinggung banyak pendapat yang menyatakan bahwa berbagai peraturan 
--KUHP, UU Perlindungan Anak, dan UU Pers-- sudah mencukupi. Wanita yang lama 
bergelut di media televisi ini lantas mengupas satu per satu 
peraturan-peraturan tersebut. 

Di negara-negara lain, seperti AS, Singapura, Jerman, Prancis, pengaturan 
masalah pornografi diatur dengan lebih tegas. Bahkan, di Singapura, kegiatan 
seks yang menyimpang dari yang alami bisa dipidanakan berdasarkan Section 377 
KUHP Singapura. Tiga internet service provider terbesar pun harus tunduk pada 
regulasi di negara itu. 

Sementara itu, di Indonesia, jelas Inke, hardcore atau pornografi yang 
melibatkan hubungan dengan binatang, mayat, hubungan seks dengan kekerasan, 
belum ada pengaturannya sama sekali.

Menurut Wigrantoro Roes Setiyadi dari Masyarakat Telematika Indonesia, internet 
menciptakan bisnis baru. Besar uang yang beredar dari bisnis internet di dunia 
sebesar 400 juta dolar AS. ''Di Indonesia diperkirakan sekitar 2 juta-4 juta 
rupiah per tahun,'' katanya. 

Ia mengingatkan, situs porno tidak selalu harus berbayar. Situs pornografi di 
Indonesia sebagian besar bebas akses. Tak seperti di negara-negara lain seperti 
AS dan Singapura, ''Sayangnya regulasi di Indonesia belum ada,'' kata 
Wigrantoro.

Peluncuran ASA Indonesia berlangsung di Studio B RRI, dengan seluruh panitia 
mengenakan pakaian daerah Indonesia. Acara yang dimulai dengan tari pendet yang 
dilakukan oleh anak-anak perempuan dilanjutkan dengan penyematan pin sebagai 
tanda peluncuran ASA Indonesia. Sejumlah figur yang tampak hadir antara lain 
Ustadz Jeffry Al-Buchori, artis Neno Warisman, Astri Ivo, dan Cheche Kirani.

Fakta Angka
80 Persen Anak usia 9-12 tahun di Jadebotabek sudah mengakses materi pornografi.
39,63 Persen
Anak remaja usia 15-24 tahun di enam kota di Jawa Barat, pernah berhubungan 
seks sebelum nikah. 

(poy/uba/dwo/mur ) 

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=247793&kat_id=6

Kirim email ke