**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**
Buletin Mingguan www.dunia-ibu.org
Edisi No: 200-06-01-2006
**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**

Daftar Isi:
Rangkuman Diskusi :
~ Teman khayalan
~ Toilet training

Tips dan Tricks :
~ Berhenti minum kopi

Dapur :
~ Bola Tapai Kismis

**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**~**

Teman Khayalan

[Tanya]

Ibu, sharing ya, Anak ke-dua ku, belakangan ini punya teman khayalan
... Namanya Pasha (diambil dari salah satu peserta AFI). 'Pasha' ini
sering sekali ke rumah dan kalau 'Pasha' sudah datang, semua peralatan
dapurku bisa pindah tempat ke ruang tamu. Sampai kapan ya anak-anak
balita punya teman khayalan ini? Terima kasih [Rie]

[Jawab]

Teman khayalan biasanya cuma sampai anak selesai masa balita. Karena
setelah itu anak lebih sibuk dengan sekolahnya, punya banyak teman,
dan mulai tertarik untuk melakukan permainan yang dapat dilakukan
bersama-sama. Sebenarnya tidak bahaya sepanjang tidak dilakukan
sepanjang waktu. Selain itu imajinasi anak juga menjadi berkembang.
Kalau hal ini terjadi terus menerus sebaiknya anak diberi kegiatan
yang bisa dilakukan bersama orang lain. Semoga membantu [An]

Mbak, waktu anakku (5,2thn) umur-umur 2,5tahun - 3,5tahun-an, anakku
punya teman khayalan, namanya Ayet, kalau lagi main mobil-mobilan,
mulutnya terus bercerita, kalau aku tanya; siapa si Ayet? jawabnya
cuma 'si Ayet tttuuuu...' terus senyum-senyum terkadang kalau kita
lagi asyik-asyik santai, anakku bilang; 'ma..ada Ayet didepan..' aku
dulu juga pernah kepikiran sampai kapan ini hilangnya, aku sendiri
lupa persisnya kapan, tapi kira-kira di umur-umur 3,5tahun itulah,
anakku sudah tidak pernah cerita-cerita atau menyebut-nyebut si Ayet
ini lagi sampai sekarang [Rhm]

Anakku waktu umur 2 tahun sampai 3 tahunan punya teman khayalan.
Namanya kalau tidak salah Yaihan (Raihan, anakku belum bisa bilang L
dan R) Padahal di rumah ada kakaknya dan mreka berdua punya banyak
teman. Si Yaihan ini diceritakan kadang-kadang bandel sekali
kadang-kadang penurut sekali, bagaimana moodnya anakku saja. Tidak
tahu bagaimana, orang-orang serumah pada 'kenal' dengan teman
khayalannya. Tapi tiba-tiba hilang begitu saja, dan kata anakku pindah
ke Amerika (waktu itu sepupunya pindah ke Australia). Sepertinya bukan
penampakan,  imaginasi saja, tapi tidak tahu juga ya, yang bisa lihat
kan Cuma anakku itu [IK]

Sebenarnya banyak tidak anak ibu DI yang punya teman khayalan? soalnya
kalau dengar cerita-cerita orang amerika sepertinya sering sekali ya
anak kecil punya teman khayalan? Anak-anakku tidak pernah punya [DRS]

Anakku juga tidak ada yang punya, cuma aku pernah tanya sama suami,
dia bilang, biasanya anak yang punya teman khayalan itu kebanyakan
anak satu-satunya (walaupun tidak selalu) dan kesepian jadi mereka
menciptakan teman khayalan. Aku tanya lagi sama dia jadi teman
khayalan ini cuma make believe? dia bilang, enggak juga! karena
sebetulnya teman khayalan ini nyata dengan kata lain anak-anak yang
kesepian ini, membuka dirinya untuk berteman dengan anak-anak dari
alam gaib sana, tahu sendiri kalau anak-anak memang suka mudah melihat
mahluk halus. Karena orang dewasa (kecuali yang punya indra ke 6)
tidak bisa lihat mahluk halus, jadi menurut mereka ya teman khayalan.
Ini bukan teorinya suamiku, dia bilang karena dia pernah lihat acara
TV yang diskusi soal ini. Aku waktu kecil sering dilihatkan yang
seperti ini [Rtn]

Anakku sempat punya teman khayalan, waktu dia PG-TK, duh jadi lupa
namanya ya, pokoknya temannya ini cewek kadang-kadang sudah lumayan,
soalnya dia 'pulang' ke rumahnya sendiri pakai menyebrang jalan,
rumahnya jajaran seberang rumahku ceritanya. Kadang masih kecil
soalnya kalau waktu aku pergi sama trixe, aku harus pangku teman
khayalannya itu, kebayang tidak aku harus akting mangku padahal tidak
ada yang aku atau trixie yang 'gandeng' dia. aku sering 'dudukin'
temannya ini, lah  aku tidak lihat temannya duduk disitu he
he...sempat ada masa temannya ini suka ikut ke sekolah dan
ganggu-ganggu anakku, untung anakku cerita jadi aku marahi temennya
tidak boleh ikut lagi ke sekolah (lagi-lagi aku harus akting) lama
kelamaan hilang temannnyam tidak mendadak awal-awalnya jarang datang
terus lama-lama tidak ada saja, kalau aku tanya ke anakku tentang
temannya ini, anakku sadar sekali kalau temannya itu tidak tampak, ya
ini menurutku proses normal saja, si anak berimajinasi, kalau kasus
anakku barangkali dia 'menciptakan' teman ini karena dia kalau di
rumah tidak punya teman main secara tidak ada tetangga yang seumuran
dia [mol]

Atau kadang-kadang bukan teman khayalan, tapi 'teman' benaran, maaf,
kebanyakan nonton film kali ya. Habis suka begitu yang tadinya dipikir
teman khayalan tapi ternyata 'teman' dari yang ghaib [Dl]

Moms, ternyata aku tidak sendirian yah putriku (2,7 tahun) sudah punya
teman khayalan sejak dia berumur 2 tahun, namanya anggi terus
belakangan ada lagi namanya Lim. Pernah, waktu pulang kantor anakku
cerita "unda, tadi anggi kakinya sakit ketusuk duri unda, tidak pakai
sandal terus dimarahin mamanya anggi" hahahhahahaha...terus suka
pura-pura telfon "si anggi" itu, kalau ditanya akungnya anggi rumahnya
dimana ehm dijawabnya di pondok indah. Kalau aku perhatikan sepertinya
dia mengembangkan imajinasinya sendiri, karena aku sering membacakan
cerita tentang kelinci yang kakinya tertusuk duri landak, aku
bilangnya karena dia tidak mau pakai sandal kalau mau keluar rumah [RN]

-----------------------------------------------------------------

Toilet training

[Tanya]

Tolong ya, aku lagi pusing benar menghadapi kelakuan anak keduaku.
Sudah 2-3 bulanan kali ya dia lepas pampers, pagi-siang-malam-ataupun
bepergian, alhamdulillah tidak ada kesulitan berarti sama pipisnya,
record kecelakaan 'pipis' juga kecil aman tentram aku. Cumaaa urusan
'pup' nya itu ya ampun-ampunan!!! Sampai hari ini dia belum bisa pup
di toilet. Sempat beberapa kali bilang dan pup di toilet, tapi selama
2 bulan itu ya paling 2-3 kali yang aku ingat dia pup di toilet,
selebihnya ya di celana. Aku sudah pusing sekali, padahal 2 menit
sebelumnya dia pipis ditoilet dan aku sudah tanya, mau pup tidak, dia
bilang tidak. Tapi habis itu aku cek, sudah pup di celana dan itu
sering seperti itu. Bagaimana ya? dia sudah lebih dari 3 tahun, dan
awal September masuk taman bermain, Aku pusing mengerti sih mengerti
pup mesti ditoilet atau apa, setiap detik aku ingat aku doktrinasi,
pup ditoilet, bukan di celana. Dan dia juga bisa jawab dengan benar
kalau di tanya 'pup dimana'. Tapi tetap aja, kalau sudah mau pup ya
tidak ada realisasinya. Kali-kali ada yang sudah lulus di bagian ini.
Rasanya anak pertamaku dulu tidak seperti ini, tapi memang tiap anak
lain. Jadi siapa tahu ada yang punya pengalaman serupa, aku sudah
senewen dan putus harapan, terima kasih ya [Mi]

[Jawab]

Mau sedikit share, Alhamdulillah anakku juga sudah lepas diapers,
walaupun kalau pergi masih suka aku pakaikan aku saja yang tidak
yakin, padahal Aisha sendiri pasti bilang kalau mau pipis, dan kadang
aku bilang saja, boleh pipis di diapers, tapii kalau kebetulan ketemu
toilet ya terpaksa lepas diapersnya. Kasus anak mbak sama persis
dengan anakku, jadi kalau pup masih di celana. Padahal anakku setiap
mau pup bilang "mamah mo eek.." tapi begitu dideketi anakku marah
sekali dan bilang "jangan dekat-dekat mah..jangan dekat-dekat.."
sambil mukanya memerah karena ngeden. Pelan-pelan aku bilang kalau pup
sama seperti pipis dan harus di kamar mandi belum mempan buat dia,
jadi intinya kalau anakku disentuh pun dia marah-marah. Tetapi kalau
pupnya sudah keluar, baru bilang.."mah..cepetan cebok mah.." Aku juga
bingung  mbak mau sampai kapan ya anakku begitu, kadang-kadang suka
putus asa kasih tahunya [Rest]

Anakku hampir 2 tahun dan lagi berusaha keras untuk melepaskan diri
dari diapers. Tidak ada masalah di malam hari karena sebelum tidur aku
suruh pipis, dan kalau bangun pagi-pagi langsung aku ajak ke kamar
mandi (walaupun dia sering marah-marah, masih ingin malas-malasan di
tempat tidur). Sebelnya kalau aku kasih tahu, "nak kalau pipis bilang
yah!" dia akan jawab, "iya" .. tapi biasanya tidak berhasil karena dia
sudah keburu pipis lebih dulu, seringnya dia sadar diri turun dari
tempat tidur dan pipis di lantai tapi tetap saja yang agak repot kalau
keluar rumah ke mall atau ke sekolahnya dia, takut dia lupa bilang,
mana anak kecil belum bisa menahan pipis?? tapi untungnya kalau untuk
BAB, anakku termasuk yang rutin, biasanya habis minum susu pagi,
sebelum sarapan (atau setelah sarapan) aku atau baby sitternya
langsung ajak ke toilet, didudukkan saja bawa buku bacaan langsung
lancar. Mbak, mungkin jamnya harus di atur, dibiasakan pagi hari atau
sore hari nongkrong di toilet, kalau buat anakku dan ayahnya berhasil
tapi tidak untukku [MW]

Maaf mbak, aku tidak banyak kasih input, pup-nya suka sembelit tidak??
Yang aku amati dari keponakanku dan anakku, kalau lagi sembelit suka
tidak mau pup di kloset soalnya duduk di kloset berasa tidak nyaman
kali ya karena harus ngeden dimana posisi kaki menggantung. Kalau
tidak masalah sembelit, coba beli potty (Kloset kecil buat anak-anak2)
ada yang bentuknya kursi seperti kloset benaran, menurutku tidak papa
balik lagi harus pakai potty karena aku dulu juga pernah dianjurkan
oleh dsa (ini waktu anakku sembelit, tapi berhasil mau balik lagi ke
kloset besar padahal sudah 3,5 tahun jadi potty hanya terpakai sebulan
saja) Alhamdulillah untuk pup anakku kedua-duanya sudah lulus dari
usia 7-8 bulan begitu sudah bisa bisa duduk. Biasanya kalau mau pup
mukanya agak beda kelihatan mau ngeden, nah kalau kita melihat seperti
itu langsung kita angkat dan dudukkan ke kloset. Jangan lupa kalau
sudah berhasil selalu berikan pujian atau penghargaan ke anak kita
supaya mereka senang dan mau mengulangi lagi, mudah-mudahan bisa jadi
masukkan ya [IT]

Kebetulan sekali, ikut sharing ya, anakku juga sedang toilet training
umurnya 1.9 tahun, aku lebih cepet mengajari toilet training dibanding
kakaknya dulu umur 2.7 tahun baru toilet training, si kakak hasilnya
bagus sekali, trial dan errornya cepat cuma seminggu sudah lancar pup
dan pipis ditoilet, bobo malam juga tidak ngompol, mungkin karena
usianya usianya sudah cukup kenapa adiknya aku percepat toilet
training? soalnya kulit si adik sensitif sekali lebih mudah ruam &
beruntusan merah mungkin karena gemuk (mudah gerah, apalagi daerah
situ lembab) kalau kena pipis harus cepat dicebok, pakai pampers pun
begitu harus cepat-cepat dibuka kegerahan sedikit langsung, ruam.
Sudah hampir 5 hari si adik toilet training, pipis masih kebablasan
sudah basah baru bilang 'pipis', kalau pup sudah beberapa kali dia
bisa bilang 'mau pup' diajak ke wc langsung lancar, aku target sebulan
ini, si adik lulus toilet training, sudah begitu aku lega, perasaan
bersih & nyaman, hilang satu kekhawatiran, sukses ya [Dna]

Anakku juga dulu begitu, mbak. Kalau pup maunya di celana. Padahal
kembarannya sudah pintar baik pipis maupun pupnya. Jadi kalau anakku
mulai mau pup sambil berdiri, aku angkat saja anaknya. Dianya pasti
tidak mau, teriak-teriak. Tapi aku biarkan saja sedikit dipaksa.
Diduduki di wc sambil dipeluk-peluk, dielus-elus, dirayu-rayu "Tidak
apa, sayang.. tidak apa ", terus diajak cerita, dan lain-lain.
Lama-lama dia sadar kalau hal itu tidak menyeramkan, malah dia merasa
ternyata lebih enak pup di wc daripada. Keluarnya lebih mudah. Kalau
di pispot malah susah, karena dia tidak mau duduk, maunya berdiri.
Kalau di wc duduk, kakinya menggantung, jadi tidak bisa berdiri. Agak
sadis ya ibu yang ini? Habis aku sudah nyaris putus asa juga,
mudah-mudahan berguna [SRS]

Mbak, mungkin anakmu memang tidak sadar atau tidak tahu kalau dia mau
pup, tidak pakai "ngeden"? [Dn]

Mungkin saja soalnya kalau aku curiga dia mau pup, pasti aku bawa, dan
kalau begitu ya sukses, masalahnya dia tidak selalu bareng sama aku,
jadi lebih sering tidak kelihatan kalau awal-awal dia mau pup, jadinya
aku tahu karena sudah ada aroma semerbak. Sering seperti itu, ya dia
main di kamar, aku di dapur dan aku tidak bisa pantau dia
terus-terusan, lagi pula dia juga sudah biasa main séndiri. Dia sempat
2 kali bilang, ma mau pup..langsung didudukkan di toilet. Mungkin aku
coba pottynya lagi kali ya, itu yang belum aku coba. Terima kasih ya
yang sudah sharing dan kasih masukan [Mi]

Dulu anakku juga susah toilet trainingnya, susah benar diajarinya.  
Justru adiknya lebih mudah, umur 2 tahun saja sudah pup ditoilet
sendiri, kemana-mana juga sudah lepas pampers, tinggal sayanya saja
yang rajin-rajin cari toilet, mungkin karena cewek kali ya jadi lebih
gampang diajari. Coba, di jam-jam tertentu anakmu di taruh di toilet,
tunggui saja, sambil bernyanyi-nyanyi, kalau tidak keluar pupnya ya
angkat lagi, nanti sejam duduki lagi di toilet, cuma kita mesti
sabaaar sekali dan harus ada extra waktu ya. Seingatku ya, akhirnya
anakku mengerti sendiri, sebelum 3 tahun juga sudah bisa pup sendiri
di toilet  dia saya belikan potty malah tidak mau dipakai, semoga
membantu ya [Ri]

Toilet Teaching Techniques: Get Ready, Get Set, Go!
By Heather K. Scott

Potty training is a major developmental milestone for children and
parents. Learn how to introduce toileting concepts to your toddler
while maintaining a positive atmosphere-and read up on popular
training methods recommended by well-known experts.
You'd think that toilet learning would be a simple step in
childrearing; everyone finds success eventually (how many teenagers
do you know still in diapers?). But for many parents, the very
thought of toilet training can be daunting. A dear friend recently
told me, "I love everything about being a mom-except potty
training." This is a common refrain voiced in the hundreds of
resources available for anxious toilet training parents and
reflected in the arsenal of potty-training paraphernalia on the
market.

Philosophies and techniques vary dramatically; there are doctors who
suggest not starting until the age of two, and those who sell
instruction manuals designed to teach parents how to toilet train
their infant. How do you find a technique that will work for your
little one? And when-and how-do you get the process started?

Before searching for these answers, you'll need to gather a good
deal of patience and humor (an absolute necessity when you're making
that emergency run to the carpet cleaning aisle at your local
grocery store or as you and your child proudly wave "goodbye" to her
accomplishment as it's flushed away). Understand that you are
embarking on a journey that may end in one short day or take as long
as a year. While reading through techniques and tips outlined in
this article, keep in mind that the best thing for your family may
end up being a combination of several different approaches. Don't be
afraid to mix and match those that feel right for you and your child.

Get Ready. . .
It's easy for parents to get caught up in the numbers game when it
comes to toilet learning, and pressure from friends and in-laws to
train a child doesn't help. The fact of the matter seems to be that
age doesn't matter. Although the American Academy of Pediatrics (AAP)
says there is no set age at which toilet training should begin, they
do offer a convincing reason to wait until a child is at least two.
"Children younger than 12 months have no control over bladder or bowel
movements and little control for six months or so after that. Between
18 and 24 months, children often start to show signs of being ready."
Before you begin to wonder why your two-year-old is not showing
signs of interest in toilet learning, know that the AAP also adds
that some children may not be ready to begin using the potty (for
both physical and emotional reasons) until 30 months or older.

How can you tell if your child is ready? Keep a watchful eye out for
the following signs:
. Your child stays dry at least two hours at a time during the
day or is dry after naps.
. Bowel movements become regular and predictable.
. Facial expressions, posture, or words reveal that your child
is about to urinate or have a bowel movement.
. Your child can follow simple instructions.
. Your child can walk to and from the bathroom and help
undress.
. Your child seems uncomfortable with soiled diapers and wants
to be changed.
. Your child asks to use the toilet or potty chair.
. Your child asks to wear underwear.
The AAP also points out that during this stage, your child's
stooling patterns may vary (some children move their bowels several
times per day, others several times per week). However, anytime your
child experiences a dramatic change in her bathroom habits, you
should speak with your pediatrician (do not use laxatives, stool
softeners, suppositories, or enemas unless recommended by your
pediatrician).

Get Set. . .
Vocabulary will play a big part in your child's toilet learning.
Before you begin, decide what words to use. You and your parenting
partner will both need to be comfortable with this language; use
words that are accurate but easy for your child to understand.
You'll also need to purchase a potty chair and training pants and/or
underwear. You may wish to bring your child along to pick out her
own potty chair and trainers. Make the day special and discuss with
your child the significance of learning how to use the potty.

Before your child sits on the new potty, talk about what he/she can
expect. Point out that Mommy and Daddy use the potty. Then try a
couple "test runs" in the bathroom. Without taking off her clothes
or diaper, show your child how to sit on the potty (most
pediatricians recommend starting boys out sitting, too). Your
child's feet should be firmly planted on the floor or a step-stool.
Also, demonstrate how to wipe (girls should always wipe from front
to back to avoid bladder infections) and talk about flushing and
where the contents of the toilet go. Be sure to enforce healthy
hygiene: you and your child should always wash your hands when
leaving the bathroom-even if you are just "touring" the facilities.
Many children also benefit from the many toilet-learning products
available. There are self-wetting dolls for boys and girls (complete
with their own potties), training books, and various DVDs and videos

Go!
One morning-perhaps after your child has had her potty chair for a
few weeks-your little one announces, "No more diapers, Mommy." Now
what? The techniques and philosophies regarding toilet-learning
techniques vary. Here are some of the more popular approaches:

All in a Day's Work: Dr. Phil McGraw, the licensed clinical
psychologist who has become a household name in recent years,
employs a six-step technique for one-day toilet training. His
program leans heavily on the use of a drink-and-wet doll-something
easily found at various toy stores (we found one at Toys R Us for
less than $25). Parents use the anatomically correct doll to
illustrate proper toilet use, as well as to introduce "big kid"
underwear. After the doll uses her potty, Dr. Phil suggests throwing
a "potty party," replete with party hats, streamers, and lots of
loving attention. "Let your child know that when he goes potty, he
will have a potty party, too," writes Dr. Phil on his website. After
the party, have your child put on her new undies and offer her lots
of fluids-the sooner your little one has to go, the sooner you begin
toilet learning.

Parents should then gently encourage their child to use the potty
several times in a row to establish muscle memory. After the first
successful potty-chair trip, Dr. Phil suggests parents offer their
child a phone call to their favorite "super hero" to share in the
good news (enlist the help of a family member or friend to play the
part ahead of time). This step can easily be substituted with just
about anything-a special phone call to Grandma, picking out a new
book or toy, or going on a special parent-child date.

A Simple Two-Step: T. Berry Brazelton, M.D., and Joshua Sparrow,
M.D., famed child-development specialists, suggest beginning toilet
learning with several practice sessions. Have your child sit on the
potty fully clothed, with a parent nearby. Take this time to talk
about the potty, how it's used, and how it's similar to the toilet
Mommy and Daddy use. You can also use this time to read a toilet-
learning book together.

After introducing the potty a few times, Drs. Brazelton and Sparrow
recommend letting your child run around bare-bottomed-but remind her
that she can certainly "try" the potty if she feels the need to go.
(Keep an eye out for signs and help guide her to the potty if you
see that tell-tale look.) The doctors add the realistic
caveat, "[This] may work immediately; it may not." [Dr]

Dear Moms, terima kasih ya buat yang sudah sempatkan kasih ide, saran
dan sharing pengalaman soal toilet training. Sekarang aku mau kasih
laporan sekaligus sharing keberhasilan ceritanya. Habis share disini,
aku masih frustrasi, karena belum ada perubahan. Sama potty dia tidak
mau. Didudukkan di toilet berjam-jam, akhirnya yang ada malah membuang
tissue segulung dikamar mandi, plus membuatng-buang air keran dan
sebagainya. Jadi aku nyatakan gagal. Habis itu ya sudah, aku
sabar-sabar saja karena dia masih seperti itu. Terus satu sore, aku
lagi sibuk mengerjakan sesuatu yang aku tidak bisa tinggal, suamiku
juga lagi istirahat baru pulang kerja. Tahu-tahu dia kebobolan lagi di
celana. Awalnya bilang manis-manis sambil senyum-senyum malu kucing.
Aku diamkan. Antara sebel, kesal, mau marah. Aku kilik-kilik suami
untuk membereskan anakku, suami ogah-ogahan. Kita berdua cuekin dia.
Sampai akhirnya dia menangis-nangis minta dibereskan. Dia bilang, Ma,
lihat ma...pup...jijik...!'. Aku cuek saja. Aku bilang., "Sudah tau
jijik kenapa gak pup di toilet?". Dia menangis lagi, minta bantuan
papanya di diamkan juga. Ada kali 15 menit dia menangis minta
dibersihkan. Habis itu baru kita bersihkan. Sambil di training, di
ceramah macam-macam sama aku soal jijik, jorok dan sebagainya selama
dibersihkan. Besoknya, 2 hari dia tidak `pup'. Sama sekali. Setiap
kali jalan, aku bawa toilet, tapi tidak bisa. Hari ke 3, sempat
kebobolan. Jatah 3 hari diborong hari itu. Mondar mandir ke toilet, 2
sukses di toilet, 1 gagal. Habis itu, alhamdulillah lancar. Belum ada
kebobolan lagi. Dan sekarang istilahnya jadi "Ma, mau duduk pup!". Nah
kalau sudah seperti itu sudah aman. Awal-awalnya sehari sering sekali
dengar seperti itu. Sudah didudukkan, usaha sebentar, belum berhasil,
sudah minta dibersihkan. Tapi sekarang ini aku sudah berani bilang
sudah lulus dengan sukses. Sebenarnya aku berani mengacuhkan anakku
itu juga dengan teori, biar dia merasakan bahwa itu tidak enak dan dia
jadi usaha untuk menghindari. Alhamdulillah, berhasil. Aku pikir, 2
hari dia tidak pup itu sebenarnya dia lagi latihan menahan kali ya...,
tapi ya sudah, sekarang aku sudah lega [Mi]

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mampir yuk di Forum DI, jangan lupa sebelumnya register dulu ya..di
http://forum.dunia-ibu.org

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Berhenti minum kopi

[Tanya]

Bu, Kalau aku ingin bisa berhenti minum kopi. Sebenarnya tidak "parah2
amat", aku masih minum secangkir sehari, tapi kalau belum minum kopi
bawaannya tidak enak. Hanya makin lama sepertinya makin terasa ya,
kalau belum minum kopi rasanya mulut tidak enak terus kepala juga
seperti pusing/sakit, nanti setelah minum kopi..hilang, kalau lagi
hamil, enak sekali menahan dirinya, kalau sekarang berusaha, Insya
Allah tidak mau merepotkan anak-anak di masa tua nanti, maksudnya
jangan sampai gara-gara aku minum kopi terus masa tua jadi sakit
apalah , tapi sepertinya belum berhasil, inginnya meminimalisasi
kemungkinan itu, adakah yang berhasil berhenti minum kopi? Terima
kasih [NMY]

[Jawab]

Sudah coba decaf kopi? [Rtn]

Pernah coba yang maxim, tidak terasa..mana mahal lagi, herannya kalau
yang decaf di starbucks tetap enak ya, ada yang tahu decaf yang enak
yang mana? [NMY]

Hai mbak, sama aku juga begitu, tapi mbak masih lebih baik lagi hanya
secangkir sehari kalau aku bisa 3-4 kali sehari. Malah kadang kalau
suda minum kopi jadi kenyang dan lupa makan (tapi herannya badan tetap
saja tidak kurus).  Aku juga ingin sekali bisa berhenti atau paling
tidak mengurangi, sudah pernah berusaha tapi susah sekali, karena
memang sudah kebiasaan atau memang kurang niat. Dan benar sekali dulu
waktu lagi hamil sempat yang berhenti total tidak minum kopi.
Kira-kira apa ya efek samping kalau kebanyakan minum kopi? Soalnya ada
yang bilang bisa awet muda, apa iya? [Ss]

Kalau aku dulu berhenti minum kopi pas hamil, setelah melahirkan terus
menyusui aku tetap tidak minum kopi, sekarang aku malah gila minum teh
yang pasti pagi minum teh indonesia (maksudnya tongji plus gula sampai
manissss) siang minum teh hijau kalau sore teh tongji tanpa gula.
Kadang lihat orang minum kopi atau cium bau kopi, ngiler juga tapi aku
tidak mau mencoba lagi, malas sakit kepalanya itu kalau kelupaan minum
kopi [Dw]

Aku baru tahu kalau ketagihan kopi bisa sakit kepala. Kemarin sore aku
merasa kepalaku sakit sekali. Ingin tidur tapi sudah terlanjur janji
mau ketemu orang. Eh tidak lama suamiku datang, menemeni dia di meja
makan, aku iseng buat kopi (biasanya tidak pernah aku minum kopi kalau
di rumah), terus pergi deh. Sakit kepalanya memang hilang, tapi aku
tidak ngehubungi sama kopi. Pikirku ah mengantuknya saja sudah hilang,
jadi segar lagi. Jadi serem, ah mau stop minum kopi ah. Padahal selama
ini aku cuma minum yang ringan. Tapi ya cuti kemarin seminggu lebih
aku tidak menyentuh kopi juga tidak apa-apa ya? [Stl]

Aku bisa mengerem minum kopi sekarang, malah boleh dibilang sudah 
jarang sekali minum kopi kecuali kalau lagi ngumpul ketemu sama
teman-teman buat minum kopi, itupun cuma capucino atau malah kalau ke
starbucks sekalipun aku tidak pesan kopi, yang aku pesan malah green
tea frapucino. Jadi berhentinya minum kopi aku ganti ke teh, sekarang
aku biasakan minum teh lagipula aku ngerasa lebih sehat, apalagi teh
disini banyak sekali macamnya jadi tidak bosan, favorit aku pastinya
green tea & earl grey dan kalau lagi kangen sama kopi aku pasti minum
teh yang ada rasa vanila lumayan enak, pokoknya aku puas mencoba
macam-macam teh satu per satu jadi hilang kebiasaan minum kopi!!!
Boleh dibilang sejak aku tinggal di Singapore pola hidup bisa lebih
sehat, seperti dulu susahnya minta ampun mau berhenti merokok,
sekarang malah malah sudah tidak sama sekali, Alhamdulillah walaupun
sekali-sekali kangen juga ingin merokok, biasanya kumat lagi kalau
lagi pulang ke Jakarta, wah..ini sepertinya kebawa suasanan [Lyd]

Aku lupa bilang, cappucino yang aku pesan lebih banya ice cappucino
(duh disini panas & gerah yah paling enak minum ice cappucino) jadi
tidak terasa berat lagipula aku suka minta di kasih whipped cream atau
sesuatu diatasnya supaya tetap manis [Lyd]

Kalau pakai aromaterapi tidak bisa ya mbak? mungkin perlu dicoba, tapi
pakai aroma apa ya? [Dn]

Mbak Stl kadang sugesti juga, kadang memang kalau dirasa-rasa ada
hubungannya tapi bisa juga cuma sugesti. Dulu aku kalau tidak merokok
 susah buang air besar apalagi kalau pagi-pagi, makanya kebiasaan aku
kalau pagi-pagi sehabis sarapan pagi langsung merokok apalagi sambil
baca majalah di kamar mandi, duh lancar benar!!! Tapi ternyata sugesti
saja ah memang aku saja yang waktu itu sudah terbiasa sama rokok,
buktinya sejak berhenti merokok tetap saja suka susah buang air besar
pagi-pagi, nah karena sudah tidak merokok jadi pagi-pagi supaya pup-ku
lancar habis sarapan aku minum orange juice atau cranberry juice
hampir setiap pagi, lancar juga ternyata [Lyd]

Lyd, Cappucino tetap pakai espresso ya? kadar kafeinnya berati lebih
berat ya, dibanding kalau kita minum yang instan seperti nescafe
misalnya? [NMY]

-----------------------------------------------------------------

Bola Tapai Kismis

Bahan:
100 gr mentega
200 ml air
½ sdt garam
50 gr gula pasir
150 gr tepung terigu berprotein sedang
50 gr tapai singkong matang, haluskan
4 butir telur ayam utuh
50 gr kismis
minyak untuk menggoreng
gula bubuk untuk taburan

Cara membuat:
- Rebus mentega bersama air, garam, gula hingga mendidih
- Masukkan tepung sekaligus, aduk hingga rata, masak hingga matang dan
adonan kalis, angkat, dinginkan
- Tambahkan telur satu per satu, sambil diaduk terus hingga rata
- Tambahkan kismis
- Goreng adonan, sesendok demi sesendok, sajikan dengan taburan gula
[sumber:majalahnoor]






--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke