*BERSIAP MENGHADAPI KEHILANGAN*

*
*Bila Anda siap MENDAPATKAN, sudahkan Anda juga siap KEHILANGAN?
Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah,
menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri.Masih
ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri
hanya karena sukses mereka terancam pudar? Barangkali kisah yang saya
adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, dapat
memberikan inspirasi.

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak
tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi
finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk
memenuhi rumah dengan barang-barang mewah,

ia masih bergelut memikirkan cara
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering
marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang
layak.
Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin
bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan,

yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan
mengambilnya.

"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa.
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank."Sebaiknya koin in
Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu
memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa
koinnya ke kolektor. Beruntung sekali,

si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia
lakukan
dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko
perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa
membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata
mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan toples.

Setelah ia membeli lembaran kayu seharga 30 dollar, dia
memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia
melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah
terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.

Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.

Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel.

Dia menawarkan uang sejumlah 100dollar kepada lelaki itu.

Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu

meyakinkannya dan dapat menawarkannya
mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu.

Kebetulan di sana ada lemari
yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam
sebuah gerobak untuk membawa
lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.


Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru.
Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar
jendela
dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari
yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar.
Ketika
lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250
dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke
pengrajin
dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia
terima.
Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada
saat
itu seorang perampok keluar dari semak-semak,mengacungkan belati,
merampas
uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari
mendekati
suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa
yang
diambil oleh perampok tadi?

*Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh,bukan apa-apa. Hanya**
**sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".**
**Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan.**

**Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar**
**bahwa sukses hanyalah TITIPAN Allah. Benar kata orang bijak,**
**manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar**
**kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan
yang**
**berlebihan?**

*Ada kalimat yang saya suka sekali dalam menempatkan diri dalam
kehidupan:

" Kemenangan Hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada
kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai.

HIDUPLAH SEPERTI ANAK-ANAK YANG
DAPAT MENIKMATI TANPA HARUS MENGUASAI"
Best Regards,
[EMAIL PROTECTED] Surya & Akmal

Kirim email ke