----------------------

 "Shi Sang Chi You Mama Hau"
         



Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria 
      berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di
kota 
      tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup
serba 
      kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan
inilah 
      yang membuat sang pria jatuh hati. 

                 Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu
mengajaknya 
      menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang
sudah mereka 
      duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang
yang 
      terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak
reputasi 
      keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang
sepadan 
      untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa
ia sudah 
      menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia. 

                 Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria
menyakinkan 
      wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria
terus 
      berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan
orangtuanya, 
      sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman
dulu, 
      umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya). 

                 Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk
orang 
      tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress
karena gagal 
      membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut 
      mereka akan sangat merugikan masa depannya.

                Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari.
Ia 
      memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu 
      keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui
oleh 
      orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci
anaknya di 
      dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang
besar. 

                 Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang
telah 
      ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita
sangat 
      terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian
memohon 
      pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka
satu-satunya. 
      Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
perkawinan 
      mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota,
reputasi anaknya 
      akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya,
bisnis yang 
      akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.


                 Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak,
dengan 
      permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu
dengan 
      anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat
digunakan untuk 
      membiayai hidupnya di tempat lain. 

                 Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya,
ia sadar 
      bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan
banyak 
      kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan
kota ini, 
      tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria,
bukan 
      uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan
akan sangat 
      sulit?. 

                 Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk 
      meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia
memilih 
      berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus
mencari 
      kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun
ia kelak 
      bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang
yang 
      berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.


                 Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia
menjelaskan 
      bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia
sadar bahwa 
      keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena
telah 
      melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu
bersama dalam 
      menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia
tidak kuat 
      lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.
Tetesan air 
      mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut. 

                 Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan
lain. Ia 
      terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera
meninggalkan kota 
      itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil.
Disana, ia 
      bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya. 

      ==========0000000000============== 

                 Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut
telah menjadi 
      seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang
dan malam, 
      untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia
bekerja di 
      sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2
tetangga dan 
      menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan
semua 
      pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia
cukup 
      berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena 
      ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak
pernah 
      mengeluh dengan pekerjaannya? 

                 Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit
keras. 
      Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat.
Anak tsb 
      harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya
pengobatan telah 
      menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama
ini, dan 
      itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini,
kepada 
      siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman. 

                 Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan
untuk membuat 
      sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb
terdiri dari 
      obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang
ibu hanya 
      mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun
lagi untuk 
      membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena
ia telah 
      berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar. 

                 Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus
berbuat 
      apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah
menolak 
      permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian. 

                 Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia
mencari 
      alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong
kain. 
      Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad
mengambil 
      sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang
sedang 
      tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah
berhamburan. Sang 
      ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha
tidak 
      mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?.. 

                 Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan
rintihan 
      kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama
oleh anaknya 
      sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang
sedang 
      dilakukan oleh sang ibu???. 

      ==========0000000000============== 

                 Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi
seorang anak 
      yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang
ibunya. Di 
      hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut,
bermain bersama, 
      dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau"
(terjemahannya "Di 
      Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik"). 

                 Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja
sebagai 
      penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang
hari. Hari2 
      mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
terkadang 
      memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam
hari.
Ia tahu 
      ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya
untuk 
      sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas. 

                 Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun
ibunya. Ia 
      berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan
ibunya selama 
      ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera
menolak setelah 
      pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak
terlalu 
      mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain 
      yang perlu dibiayai. 

                 Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh
dari
      rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam
tangan 
      tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya
uang?" tanya 
      sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata
sang anak 
      dengan serius. 

                 Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk
membeli jam 
      tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya
main2. Ketika 
      menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu
mendapatkan uang 
      itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini
adalah hari 
      ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke
sekolah. Selama 
      sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah,
uang 
      jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku
sakit, tapi 
      ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal
ini.
Ia akan 
      marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak
tsb. 

                 Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore
hari. Sang 
      anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan
jam tangan 
      tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya.
Jam tangan 
      ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari
mana uang 
      untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab. 

                 "Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu
bahasa, ia 
      tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang
tersebut.
Setelah 
      ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa
anaknya telah 
      mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah
ibu sudah 
      mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu. 

                 Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya.
Biarpun ibu 
      sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang
anak 
      menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya
begitu perih, 
      karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus
melakukannya, demi 
      kebaikan anaknya. 

                 Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para
tetangga menuju 
      ke rumah tsb   heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui
kejadiannya. 
      "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya.
Kebetulan 
      sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu
tetangganya 
      yang merupakan familinya. 

                 Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera
mengenal anak 
      itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu
untuk 
      menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
memohon 
      agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya. 

                 "Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong,
dan 
      tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak
mengikuti nasehat 
      kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak
tiba2 
      muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan
jam tangan 
      tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang
tadi di 
      tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga 
      menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya
pulang ke 
      rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk
mengumpulkan uang 
      membeli jam tangan kesukaan ibunya. 

                 Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai
menjelaskan 
      hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk
anak 
      kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan
saya, Nak." 
      "Tidak Bu, saya yang bersalah"???.. 


      ===========000================= 

                 Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah
menikah, 
      tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat
sedih akan 
      hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. 

                 Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam
sebuah 
      kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang
ayah baru 
      menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah
dagingnya sendiri. 
      Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung
semua biaya 
      hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik
tanpa 
      bantuanmu. 

                 Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria.
Mereka 
      begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau
mengizinkan. 

      ===========000================== 

                 Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali
kambuh.
Dokter 
      mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan
yang 
      konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. 

                 Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan
sebelumnya. 
      Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. 

                 Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak
menemukan 
      solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan
anaknya kepada 
      sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. 

                 Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak
anaknya 
      berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka
gembira sekali, 
      menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan
mereka. Untuk 
      sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam 
      kegembiraan bersama sang anak. 

                 Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang
anak. 
      Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya
ingin 
      dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak"
kata ibu. 
      "Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila
bisa 
      bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak
uang 
      untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu
bekerja 
      lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke
rumah sang 
      ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.


                 Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya.
Keduanya 
      sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak
pulang, sang 
      anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan
mainan 
      kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama
ibunya, sang 
      anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak
sang anak 
      dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu
berkata 
      "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah,
kakek dan 
      nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya
hanya mau 
      ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang
tidak mau 
      saya lagi", sang anak mulai menangis. 
                 Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah
besar tsb 
      tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2
"Kalau ibu 
      sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya,
ibunya memaksa 
      dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah
disini", 
      ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya
meronta2 
      dengan ledakan tangis yang memilukan. 

                 Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya.
Tangisannya begitu 
      menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak
diperbolehkan 
      menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya
dengan baik. 
      Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi.
Ia telah 
      kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta. 

                 Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur
untuk
      memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa
anaknya 
      mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup
untuk 
      mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat
bunuh diri 
      itu dibatalkan, demi anaknya juga??.. 

      ============000========= 

                 Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, 
      mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat,
walaupun 
      tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. 

                 Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun
ibunya. 
      Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah

      mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia
tidak pulang 
      ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya,
yang 
      memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan
setangkai bunga, 
      sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu,
sebuah kartu 
      ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia
akan 
      memberikan semuanya untuk ibu. 

                 Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang
kecil menuju 
      rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini
telah 
      kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada
yang tahu 
      kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia
duduk di 
      depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya
lagi." 

      Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak
sudah 
      terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah
mengatakan 
      semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada
kabar. 
      Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat
terkejut.
Polisi 
      pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. 

      Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu.
Hari ini 
      adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya.
Anaknya 
      mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik
mobil 
      menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang
tahun, 
      setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat
anaknya.
Sang ibu 
      tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut
anaknya dalam 
      surat itu. 

      Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa 
      mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang
ibu 
      membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil
menangis ia 
      memohon agar bisa menemukan anaknya. 

      Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan
anaknya pernah 
      pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata,
bahwa bila 
      kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang
welas asih. 
      Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya 
      memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk
memohon agar 
      bisa bertemu dengan dirinya. 

                 Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi
ia
      pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong
anaknya untuk 
      dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu
terjatuh dari 
      tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah????.. 

      ============000============== 

                 Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah
memasuki 
      bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai
persoalan 
      ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan.
Sang anak 
      telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2,
tetapi hasilnya 
      nihil. 

      Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan
bersama dengan 
      teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil,
di
      persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang
sedang 
      mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia
tidak 
      pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya  kumal, dan ia
tampak 
      berkomat-kamit. 

      Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun
bersama pacar 
      untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua
sambil 
      mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah 
      "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?" 

      Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia
segera
      menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan,
tak 
      disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah.
Mereka 
      berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang
selalu 
      menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk
pengemis tua 
      itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu". 

      Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu
bertanya, 
      "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak
ibu?". 
      Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur
membasahi 
      bumi???. 
                 Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur
kepalanya 
      menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun
terus 
      mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian
orang 
      menganggapnya sebagai orang gila?. 

      ============000============= 


      Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita.
Ibu bahkan 
      rela mengorbankan nyawanya?.. 

      Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih
muda, 
      ataupun disaat Ibu sudah tua : 

      1.    Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan,
ambillah 
      aku sebagai gantinya. 
      2.    Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. 

      Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I
kandung Anda, 
      diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela
mengorbankan 
      nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ? 

      Tidak diragukan lagi 
      "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini" 

      ++++++++++++++++++++++ 

      Ingin bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada 2 tindakan yang
dapat Anda 
      lakukan : 

      1.                  Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di
dunia ini), 
      ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan
ditunda2. 
      Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda,
telponlah 
      dia malam ini juga, just to say "hello". Catatlah hari ulang
tahunnya, 
      rayakan, dan bahagiakanlah dia semampu Anda. Hidangkan makanan
favoritnya, 
      dst. 

      2.                  Kirimkan kisah film ini kepada saudara/i Anda,
teman2 
      Anda, maupun rekan2 kerja Anda (minimal 5, kalau 100 org lbh baik
lagi J). 
      Bagi sebagian dari mereka, kisah ini mungkin akan seperti setetes
embun yang 
      menyegarkan jiwa mereka, yang terkadang terlalu sibuk dengan
aktivitasnya 
      sendiri. Anda sungguh berjasa dalam hal ini?? 




--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke