Ada yg udah pernah ngalamin seperti cerita dibawah ini?
-----------------------------------------------
Dalam Jerat Dua Cinta

Asmara memang rahasia. Aku tak pernah menyadari, bahwa kebersamaan kami
selama ini pelan-pelan menumbuhkan sesuatu yang tidak aku pahami.
Getar-getar yang membuat pembuluh darahku kencang mengalir ini sesungguhnya
sesuatu yang salah, datang terlambat. Tapi, sungguh, aku tak mampu
menghindarinya. Ketakmampuan yang membuatku seperti memberi jalan bagi
hasrat ini untuk mendapatkan pemenuhannya. Pemenuhan yang selalu
menggerinjali syaraf petualanganku.

Panggil aku Maya (34), ibu dari dua anak, Hasyim (6) dan Laila (3). Aku
bekerja di sebuah BUMN, dan suami bekerja di sebuah bank swasta nasional.
Hidup kami bahagia, tanpa pertengkaran berarti, dan anak-anak yang selalu
menyenangkan di rumah. Nyaris, tak ada problema. Oh ya, kehidupan seksualku
juga bagus. Jadi, tak ada alasanku untuk selingkuh, juga alasan suami untuk
selingkuh. Kami sama percaya, kami saling mencinta.

Di kantor, aku punya rekan kerja yang selalu membantu, Wisnu (29), perjaka.
Dia sangat baik, perhatian, dan nyaris seperti adik bagiku. Selain Wisnu,
rekan terdekatku adalah Ratna (39), seniorku, tempatku curhat jika ada
masalah. Dan, selama 6 tahun bekerja, kami menjadi tim yang kompak. Bukan
saja urusan pekerjaan, tapi juga makan. Artinya, nyaris kami selalu bersama
untuk keluar makan.

Wisnu ini tampan dan halus. Tubuhnya juga bagus. Dia sopan, dan sangat
menyenangkan sebagai teman bicara. Ia memanggilku Mbak, dan aku hanya
memanggil nama. Lima tahun dekat, tak ada sesuatu pun yang membuat
pertemanan kami terganggu. Ia juga tahu suamiku, dan kadang, kalau ada acara
kantor, menjadi teman main anak-anakku. Dia sudah seperti saudara. Begitulah
mulanya.

Tapi, beberapa bulan lalu, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari Wisnu.
Kini, dia jadi sering sekali menatapiku, bahkan terkadang, menyentuh
kepalaku dengan lembut saat berkata, atau menepuk pundakku. Ini sesuatu,
sesuatu yang tidak pernah dia lakukan. Ya, sikapnya sangat mesra. Jika
makan, ia akan berada di depanku, dengan mata yang selalu menatapiku. Aku
sering risih atas perubahannnya itu. Tapi, tidak nyaman untuk mengatakannya.
Dan, meski tidak berani berspekulasi, aku mulai menduga, dia ada hati
denganku. Tapi, apa mungkin? Aku dengan anak dua, dan tidak lagi muda?

Dan kekhawatiranku terjawab dua bulan lalu. Saat kantor mengadakan acara di
luar, suami dan anakku tak ikut serta. Jadilah aku berangkat sendiri. Dan
kembali aku hanya bersama Wisnu dan Mbak Ratna, yang juga tak membawa
anaknya. Yogya pun kami kelilingi bertiga. Dan malamnya, kami masih
sempatkan berbincang di kamarku dan Mbak Ratna. Asyiik sekali kami
berbincang, tapi kantuk mengalahkanku. Aku tanpa sadar, tertidur. Dan,
terbangun saat menyadari aku yang mengelus tubuhku di bagian dada. Kaget,
aku terbangun. Tapi, sebuah ciuman langsung hinggap di bibirku. Selanjutnya
remasan dan gigitan. Aku melawan, dan bangkit. Cuma suaraku kukecilkan,
takut Mbak Ratna terbangun. Ya, lelaki yang mencoba menggumuliku itu memang
Wisnu. Dia seperti tak sadar. Ketika aku berhasil menguasainya, dan
menyeretnya ke pintu, sebelum pergi, dia sempat berkata begini, "Maafkan aku
Mbak, tapi aku tidak kuat lagi menanggung perasaanku. Aku ingin kamu, sangat
ingin kamu, Mbak."

Malam itu aku tak bisa tidur. Dan ketika Mbak Ratna aku bangunkan, dia
ternyata tidak mengetahui yang terjadi. Katanya, dia tidur setelah Wisnu
pergi, dan lupa mengunci pintu. Ohh, untunglah, aku masih dapat menjaga
diri, masih suci. Tapi, ini ternyata bukan menjadi yang terakhir.

Setelah itu, di kantor Wisnu makin menjadi. Setiap ada kesempatan, ia akan
memelukku, dan mencium. Ia juga mulai terang-terangan menunjukkan sikap
sayangnya padaku. Berpapasan di WC merupakan sarana dia untuk menarikkanku
ke pojok, dan menciumiku. Dan hanya berontakanku saja yang membuatku dapat
bebas dari pelukan dan dekapannya. Tapi, tahukah pembaca: pelan-pelan aku
mulai merasa menikmati ciuman dan pelukannya. Aku merasa sedikit bangga,
lelaki setampan Wisnu mau denganku yang telah beranak dua. Hanya kesadaranku
sebagai seorang istri yang membuatku masih bisa menjaga diri.

Namun, jika tiga bulan lalu aku selalu menolak dan mengancam akan berteriak
tiap kali dia menarikkan tubuhku, kini teriakan itu tak ada lagi. Sungguh,
entah apa yang terjadi, jika dia memanfaatkan kesempatan dengan mencumbuku,
hanya suaraku saja yang menolak, tapi tubuhku tidak. Aku bahkan membalas
ciuman dan pelukannya. Bahkan, kadang menunggu kapan dia melakukannya. Dan
Wisnu menyadari itu. Ya, seperti dia, aku juga mulai merasa suka. Mungkin
aku gila, mungkin aku hanya perempuan yang senang dipuja dan dimanja,
mungkin aku telah tak setia, tak tahulah. Yang aku rasakan, aku cuma senang
dengan semua perhatiannya, dengan semua kesabarannya, dan pujiannya. Meski,
sejauh apa pun kami bercumbu, tak pernah aku sampai menyerahkan diriku
kepadanya. Ya, aku menikmatinya. Tapi tidak pernah ada lelaki lain yang
telah menjamahku utuh selain suamiku. Dan Wisnu yang tak pernah
memperlakukanku lebih dari sekadar ciuman dan remasan, membuatku kian sayang
padanya. Membuatku menaruh hormat, dan menghilangkan rasa was-was. "Aku
tidak akan melakukannya, jika Mbak tidak mengizinkannya..." begitulah dia
selalu berkata.

Kini, telah tiga bulan aku "berpacaran" dengannya. Ya, berpacaran, dan
rasanya, tak ada yang mengetaui hal itu. Mbak Ratna pun tidak curiga, karena
kami memang masih dapat menjaga hal itu, dan berlaku seperti semula.
Keakraban kami yang telah lama itulah yang membuat semua rekan memandang hal
itu sebagai biasa. Biasa melihat kami makan bersama --dan meski harus
mengajak Mbak Ratna-- atau melihat Wisnu mengantarku pulang dengan mobilnya.
Meski, selalu saja di mobil itu kamu saling memesrai diri.

Pembaca, jangan katakan aku tidak ingin bebas dari "siksaan" ini. Jangan
anggap aku tidak lemas setiap kali pulang, dan melihat suamiku telah
menunggu bersama anak-anak. Aku merasa salah, sungguh. Merasa berdosa,
pasti. Dan selalu berjanji akan menolak Wisnu, akan menghentikan
peluk-cumbu. Tapi, tiap kali aku bertemu dia, selalu saja kata hatiku kalah.
Selalu saja aku tahu, aku tak pernah mampu menolak Wisnu. Dan berulanglah.
Hanya hubungan intim yang tidak pernah aku lakukan dengannya... Aku tak tahu
lagi harus bagaimana menghadapi ini. Kadang, dilema ini membuatku merasa
sesak napas, dan menangis. Tapi, beginilah. Di rumah aku menjadi istri yang
baik, di samping Wisnu aku pun dapat menjadi "Mbaknya" yang baik. Aku ingin
lepas, ingin bebas dari dilema ini, tapi tak pernah tahu jalannya. Apa harus
aku berhenti bekerja? Sungguhkah itu menyelesaikan masalah? Atau aku katakan
pada suami? Tidakkah ini akan menjadi "neraka" dalam rumah tanggaku? Aku
panik, aku bingung. Sementara, senyum Wisnu dan matanya yang kasih, selalu
menungguku setiap hari.

Ahh--, simalakama ini, bagaimana aku menghadapi?

(Sebagaimana dituturkan Ibu Maya melalui surat kepada Redaksi Suara Merdeka
CyberNews)

M Tri Agus
-----------------
Visit my blog at http://triagus.multiply.com
----- Original Message ----- 
From: "Noni Mira Timotius" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Tuesday, June 20, 2006 12:10 PM
Subject: [balita-anda] selingkuh was: Mengurus surat cerai


> ***********************
> No virus was detected in the attachment no filename
>
> Your mail has been scanned by InterScan.
> ***********-***********
>
>
> selingkuh = selingan indah keluarga utuh
>
> eh, kesimpulannya, kalo mau selingkuh, jangan sampe pasangannya tau
> kalo pasangannya gak tau, brarti kan gak nyakitin perasaan dia
>
> yah, mirip-mirip TTM gituh
> ato, hubungan tanpa status
>
> kan lagi musim di kota2 besar kayak jakarta gini... ato mungkin yg di
> bandung, semarang, surabaya, denpasar juga ngerasain
> punya temen deket di kantor, tentu lain jenis ya
> dikit2 curhatnya sama dia
> ada masalah sama bos, sama pasangan, sama anak, bahkan gosip di milis pun
> dicurhatin ke dia
> lama-lama, jadi bete kalo wiken dan jadi I LOVE MONDAY VERY MUCH
>
> ayo ngakuuuuu....
>


--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke