Sopir

"Kualitas  seseorang tidak ditentukan oleh perusahaan dimana mereka
bekerja, atau jabatan yang mereka pegang, atau baju seragam  yang mereka
kenakan."


Suatu ketika saya harus  pergi dan pulang kantor naik taksi untuk beberapa
hari.   Di hari pertama saya memesan taksi dari sebuah perusahaan  taksi
terkenal. Kebetulan salah satu pool-nya  di daerah tempat saya tinggal.

Seperti yang saya  harapkan, taksi datang tepat waktu dan sopir secara
professional mengantar saya ke kantor di daerah  Sudirman. Kami sempat
berbicara banyak hal selama  perjalanan. Kesan saya, sopir ini sangat baik
dan sopan,  sehingga ketika saya membayar dengan lembaran 100-an  ribu dan
ia mengaku tidak ada kembalian (sekitar 26  ribu), saya menawarkan solusi,
"Bapak bawa saja  kembaliannya, besok saya dijemput lagi jam yang sama,
kita  hitung-hitungan besok."
"Oh, baik Pak!" jawabnya  dengan sopan

Keesokan paginya saya  tidak memesan taksi lagi karena berharap sopir taksi
yang saya  tumpangi sehari sebelumnya akan menjemput saya. Tetapi  setelah
menunggu hampir 30 menit, sopir taksi itu tidak  nongol juga. Sayangnya,
saya tidak mencatat nama  dan nomor taksi itu sehingga saya tidak bisa
komplin.   Rupanya saya terlalu percaya dengan reputasi perusahaan taksi
itu.

Pagi itu saya memutuskan  naik taksi yang lain (order dari perusahaan yang
sama). Kali ini saya justru berpikir akan  melakukan hal yang sama dengan
apa yang sudah saya lakukan  terhadap sopir taksi di hari pertama.
Sehingga saya  tidak menceritakan apa yang saya alami sehari sebelumnya
kepada sopir taksi ini. Sudah dapat diduga, ketika  saya menyodorkan
ratusan ribu untuk membayar ongkos, sopir  taksi itu mengatakan belum ada
kembaliannya.
"Baru keluar dari pool  Pak, maaf." katanya.
Bagus, pikir saya dalam  hati. Skenario saya berjalan.
"Bapak bawa saja kembaliannya, besok  saya dijemput lagi jam enam pagi,
kita hitung-hitungan  besok."
"Oh baik Pak!" katanya tak  kalah sopan dengan sopir yang pertama.
Saya cuma tersenyum, "Ah  paling juga seperti sopir taksi yang kemarin!"
pikir  saya.

Pagi harinya saya bersiap  untuk menelepon perusahaan taksi itu kembali
untuk memesan  taksi. Tetapi sebelum itu saya lakukan, terdengar deru
kendaraan di luar. Ketika saya intip, ternyata sebuah  taksi. Isteri saya
membuka pintu dan terdengar  seseorang berkata, "Maaf, apa betul ini rumah
Bapak  Amir?"
"Ya betul."
"Saya  mengantikan teman saya menjemput Bapak!"
Rupanya sopir taksi yang  saya tupangi kemarin, isterinya melahirkan
sehingga tidak  bekerja hari ini. Sopir yang ini diminta untuk  menjemput
saya, "Teman  saya berpesan untuk menjemput Bapak dan menitipkan uang
kembalian yang kemarin." katanya.
"Luar biasa sopir itu!"  kata saya dalam hati. Di tengah kerepotannya
memikirkan  isterinya yang melahirkan, ia masih bisa meminta bantuan
temannya untuk memenuhi kewajibannya menjemput saya, dan  bahkan
mengembalikan uang kembalian yang memang bukan  haknya! Sungguh kontras
karakternya dengan sopir taksi  di hari pertama.

Memang reputasi perusahaan  dan baju seragam tidak menjamin perilaku
seseorang.   Kualitas seseorang lebih ditentukan oleh karakter yag
dimilikinya. Sedangkan membentuk karakter seseorang  bukanlah pekerjaan
satu-dua hari. Pembentukan karakter  dimulai sejak kita masih
anak-anak,oleh sebab itu berikanlah  perhatian kepada pola asuh Anda
terhadap  anak-anak.





--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke