-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, July 07, 2006 2:35 PM
Subject: [Konsultasi-Anak] FW: Mahalnya sebuah karir untuk wanita

(kisah yang sangat menggelitik....)

Mahalnya sebuah karir untuk wanita

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak , mantan direktur sebuah Perusahaan
multinasional. Mungkin anda termasuk orang yang menganggap saya orang
yang
berhasil dalam karir namun  sungguh jika seandainya saya boleh memilih
maka
saya akan berkata kalau lebih baik saya tidak seperti sekarang dan
menganggap apa yang saya raih sungguh sia-sia.

Semuanya berawal ketika putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun
baru
saja meninggal karena overdosis narkotika.
Sungguh hidup saya hancur berantakan karenanya, suami saya saat ini
masih
terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan mengalami kelumpuhan
karena memikirkan musibah ini.

Putera saya satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan
Sekarang
masih dalam perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan, dia juga merasa
sangat terpukul dengan kepergian adiknya. Sungguh apa lagi yang bisa
saya
harapkan.

Kepergian Maya dikarenakan dia begitu guncang dengan kepergian Bik Inah
pembantu kami.

Hingga dia terjerumus dalam pemakaian Narkoba.

Mungkin terdengar aneh kepergian seorang pembantu bisa membawa dampak
Begitu hebat pada putri kami.

Harus saya akui bahwa bik Inah sudah seperti keluarga bagi kami, dia
telah
ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu dan ketika Doni berumur 2
tahun.

Bahkan bagi Maya dan Doni, bik Inah sudah seperti ibu kandungnya
sendiri.

Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya yang saya baca setelah dia
meninggal.

Maya begitu cemas dengan sakitnya bik Inah, berlembar-lembar buku
hariannya
berisi hal ini.

Dan ketika saya sakit(saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di
rumah sakit  selama 3 minggu) Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat
di
buku hariannya "Hari ini  Mama sakit di Rumah sakit" , hanya itu saja.

Sungguh hal ini menjadikan saya semakin terpukul.
Tapi saya akui ini semua karena kesalahan saya. Begitu sedikitnya waktu
saya untuk Doni, Maya dan Suami saya. Waktu saya habis di kantor, otak
saya
lebih banyak berpikir tentang  keadaan perusahaan dari pada keadaan
mereka.
Berangkat jam 07:00 dan pulang di rumah 12 jam kemudian, bahkan mungkin
lebih.

Ketika sudah sampai rumah rasanya sudah begitu capai untuk memikirkan
urusan mereka.

Memang setiap hari libur kami gunakan untuk acara keluarga, namun
sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja, ketika hari Senin
tiba
saya dan suami sudah seperti "robot" yang terprogram untuk urusan
kantor.

Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali mengingatkan saya untuk berhenti
bekerja sejak Doni masuk SMA namun selalu saya tolak, saya anggap ibu
terlalu kuno cara berpikirnya.  Memang Ibu saya memutuskan berhenti
bekerja
dan memilih membesarkan kami 6 orang anaknya.

Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi karir ibu waktu itu katanya
sangat
baik.
Dan ayahpun ketika itu juga biasa-biasa saja dari segi karir dan
penghasilan.

Meski jujur saya pernah berpikir untuk memutuskan berhenti bekerja dan
mau
mengurus Doni dan Maya, namun selalu saja perasaan bagaimana kebutuhan
hidup bisa terpenuhi kalau berhenti bekerja, dan lalu apa gunanya saya
sekolah tinggi-tinggi?.

Meski sebenarnya suami saya juga seorangyang cukup mapan dalam karirnya
dan
penghasilan.

Dan biasanya setelah ada nasehat ibu saya menjadi lebih perhatian pada
Doni
dan Maya namun tidak lebih dari dua minggu semuanya kembali seperti asal
urusan kantor dan karir fokus saya.

Dan kembali saya menganggap saya masih bisa membagi waktu untuk mereka,
toh
teman yang lain di kantor juga bisa dan ungkapan "kualitas pertemuan
dengan
anak lebih penting dari  kuantitas" selalu menjadi patokan saya.

Sampai akhirnya semua terjadi dan diluar kendali saya dan berjalan
begitu
cepat sebelum saya sempat tersadar.

Maya berubah dari anak yang begitu manis menjadi pemakai Narkoba.
Dan saya tidak mengetahuinya!!! Sebuah sindiran dan protes Maya saat ini
selalu terngiang di telinga.

Waktu itu bik Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan
kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putera satu-satunya, setelah
dia
ditinggal mati suaminya .. Namun karena Maya dan Doni keberatan maka
akhirnya kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami.

Pengorbanan bik Inah buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya. Namun
sindiran
Maya tidak begitu saya perhatikan. Akhirnya semua terjadi, setelah
tiba-tiba jatuh sakit kurang lebih dua minggu, bik Inah meninggal dunia
di
Rumah Sakit.

Dari buku harian Maya saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari
rumah ketika bik Inah di Rumah Sakit. Memang Doni pernah memohon pada
ayahnya agar bik Inah dibawa ke  Singapore untuk berobat setelah dokter
di
sini mengatakan bahwa bik Inah sudah masuk stadium 4 kankernya.

Dan usul Doni kami tolak hingga dia begitu marah pada kami. Dari sini
saya
kini tahu betapa berartinya bik Inah buat mereka, sudah seperti ibu
kandungnya!menggantikan tempat saya yang seolah hanya bertugas
melahirkan
mereka saja ke dunia.

Tragis !

Dan sebuah foto "keluarga" di dinding kamar Maya sering saya amati Kalau
lagi kangen dengannya. Beberapa bulan yang lalu kami sekeluarga ke desa
bik
Inah.

Atas desakan Maya kami sekeluarga menghadiri acara pengangkatan Bagas
sebagai kepala sekolah madrasah setelah dia selesai kuliah dan belajar
di
pesantren.

Dan Doni pun begitu bersemangat untuk hadir di acara itu padahal dia
paling
susah untuk diajak ke acara serupa di kantor saya atau ayahnya. Dan
difoto
"keluarga" itu tampak bik Inah, Bagas, Doni dan Maya tersenyum bersama.

Tak pernah kami lihat Maya begitu senang seperti saat itu dan seingat
saya
itulah foto terakhirnya.

Setelah bik Inah meninggal Maya begitu terguncang dan shock, kami sempat
merisaukannya dan membawanya ke psikolog ternama di Jakarta.

Namun sebatas itu yang kami lakukan setelah itu saya kembali berkutat
dengan urusan kantor.

Dan di halaman buku harian Maya penyesalan dan air mata tercurah.
  Maya menulis :
  "Ya Allah kenapa bik Inah meninggalkan Maya, terus siapa
  yang bangunin Maya, siapa yang nyiapin sarapan Maya, siapa
  yang nyambut Maya kalau pulang sekolah, Siapa yang ngingetin
  Maya buat sholat, siapa yang Maya cerita kalau lagi kesel di
  sekolah, siapa yang nemenin Maya kalo nggak bisa
  tidur..........Ya Allah , Maya kangen banget sama bik Inah "

Astagfirullah ........bukankah itu seharusnya tugas saya sebagai ibunya,
bukan bik Inah ?

Sungguh hancur hati saya membaca itu semua, namun semuanya sudah
terlambat
tidak mungkin bisa kembali, seandainya semua bisa berputar kebelakang
saya
rela berkorban apa saja untuk itu.

Kadang saya merenung sepertinya ini hanya cerita sinetron di TV dan saya
pemeran utamanya. Namun saya tersadar ini real dan kenyataan yang
terjadi.
Sungguh saya menulis ini bukan berniat untuk menggurui siapapun tapi
sekedar pengurang sesal saya semoga ada yang bisa mengambil pelajaran
darinya.

Biarkan saya yang merasakan musibah ini karena sungguh tiada terbayang
beratnya.

Semoga siapapun yang membaca tulisan ini bisa menentukan "prioritas
hidup
dan tidak salah dalam memilihnya".

Biarkan saya seorang yang mengalaminya.
Saat ini saya sedang mengikuti program konseling/therapy dan Mencoba
aktif
ikut dipengajian-pengajian untuk menentramkan hati saya.

Berkat dorongan seorang teman saya beranikan tulis ini semua. Saya tidak
ingin tulisan ini sebagai tempat penebus kesalahan saya, karena itu
tidak
mungkin!
Dan bukan pula untuk memaksa anda mempercayainya, tapi inilah faktanya.

Hanya semoga ada yang memetik manfaatnya.

Dan saya berjanji untuk mengabdikan sisa umur saya untuk suami dan Doni.
Dan semoga Allah mengampuni saya yang telah menyia-nyiakan amanahNya
pada
saya.
Dan disetiap berdoa saya selalu memohon

  "YA Allah seandainya Engkau akan menghukum Maya karena kesalahannya,
  sungguh tangguhkanlah Ya Allah,
  biar saya yang menggantikan tempatnya kelak, biarkan buah
  hatiku tentram di sisiMu".

Semoga Allah mengabulkan doa saya.


resend by Bundanya Galuh



--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke