bunda.. link-nya dooong :-)


On 7/13/06, arni <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Gerakan Kembali ke ASI
ASI Pemberian Terbaik Tuhan bagi Bayi Anda

 

- "Ibu, kembalilah ke ASI. ASI adalah yang terbaik untuk anak anda. Gerakan Kembali ke ASI pada Hari Ibu" Demikian bunyi poster yang diacungkan seorang Ibu berkerudung biru di tengah bundaran Hotel Indonesia (HI) 23 Desember lalu, sehari setelah peringatan Hari Ibu.

Jika pada masa krismon muncul Gerakan Ibu Peduli yang mendesak diturunkannya harga susu, yang terkesan menguatkan anggapan bahwa banyak ibu di Indonesia yang sangat bergantung pada susu formula pengganti Air Susu Ibu (ASI ). Kini, di masa yang juga masih krisis, muncul gerakan yang juga terkait dengan susu. Namun, kali ini yang menjadi tema utama justru adalah ASI.

Mengapa ASI kembali menjadi popular. Benarkah ibu-ibu di Indonesia telah semakin akrab dengan susu formula dan melupakan ASI?

Kendati hingga kini belum ada angka tepat yang membandingkan jumlah ibu yang menyusui dengan memberi ASI, namun coba longok ke sekitar anda. Berapa banyak ibu-ibu yang anda kenal yang menyusui dengan ASI dan memberi susu formula?

Benarkah Ibu Enggan Memberi ASI?
Menurut Ir Neni Utami Adiningsih MT, peminat masalah anak, perempuan dan keluarga, penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga, kalangan ibu harus terus dipahamkan bahwa ASI merupakan makanan pertama dan utama di awal kehidupan seorang anak. Bahkan kini pemerintah telah merevisi panduan pemberian ASI eksklusif (ASI tanpa makanan tambahan) dari semula empat bulan menjadi enam bulan.

Neni menenggarai semakin banyak perempuan yang enggan menyusui. Ia mengkaitkan hal itu dengan semakin meningkatknya keterlibatan kaum wanita dalam dunia kerja. Ia mencontohkan data dari Lembaga Demografi Fak Ekonomi UI yang menunjukkan jika pada 1971-1980 hanya 38,75% dari keseluruhan angkatan kerja adalah perempuan, pada periode 1980-1990 sudah menjadi 51,65%.

Selain itu, terungkap bahwa jika pada 1971 hanya 37% buruh perempuan di industri menengah dan besar sektor tembakau dan pakaian jadi. Namun pada 1996 (25 tahun kemudian), sudah mencapai 50% di sektor tembakau, tekstil, pakaian jadi, sepatu, kimia, plastik, elektronik dan peralatan profesional/ilmu pengetahuan.

"Belum lagi, bila menyimak tenaga kerja perempuan di sektor jasa. Sehingga, tidaklah aneh bila kini angka penyerapan angkatan kerja perempuan justru lebih tinggi dari lelaki," ujar Neni.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997, memperlihatkan hanya 52% ibu yang menyusui bayinya. Itu pun rata-rata hanya selama 1,7 bulan. Bahkan menurut data Unicef, hanya 3 % ibu yang memberikan ASI secara ekslusif.

Dipastikan persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. 15 tahun lalu, sebuah penelitian terhadap 460 bayi rawat gabung (rooming in) di Rumah Sakit RSCM memperlihatkan bahwa 71,1% ibu memberi ASI sampai bayinya usia 2 bulan, 20,2 persen di antaranya memberi ASI secara eksklusif.

Dari jumlah tersebut, ternyata ibu yang bekerja di ruang publiklah yang lebih dini memberi susu formula, yaitu sebanyak 34,8%. Alasannya dominan, yakni agar bayinya sudah terbiasa menyusu dari botol bila nanti ditinggalkan bekerja. Pada ibu yang bekerja di ruang domestik ada 23,3 persen.

Akibat dari ketidakkontinyuan pemberian ASI tersebut, maka hanya 17,4% dari ibu yang bekerja di ruang publik yang produksi ASI nya masih cukup ketika bayinya berusia 5-6 bulan. Angka ini lebih rendah dari persentase di kalangan ibu yang bekerja di ruang domestik, yang mencapai 22,4 persen.

"Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosio ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan di ruang publik berhubungan erat dengan kecepatan dimulainya pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan menyusui bayi untuk waktu yang lama," ujar Neni.

ASI Via Dot Sebaik Hisapan Langsung?
Neni menegaskan esensi keberadaan ASI adalah proses pemberiannya, yaitu proses menyusui, di mana pada saat itulah terjalin komunikasi langsung antara ibu-anak. Proses inilah yang akan hilang bila ASI ibu diperas dan kemudian diberikan ke bayi mungilnya via botol dot.

Susu Formula Sebaik ASI, No Way!
Direktur Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI RS St Carolus dr Utami Rusli SpA MBA yang juga dikenal sebagai penggiat gerakan pro ASI dalam beberapa kesempatan selalu menegaskan meski banyak susu formula dibuat dengan komponen semirip mungkin dengan ASI, ASI tetap tak tergantikan. Antibodi untuk kekebalan tubuh dan pelbagai enzim yang terkandung dalam ASI untuk membantu penyerapan seluruh zat gizi belum bisa ditiru pada susu formula.

Utami menjelaskan komponen dalam ASI sangat spesifik, disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir.

"Ibu yang sakit tetap bisa menyusui anak, karena dalam ASI terkandung antibodi untuk melawan penyakit yang bersangkutan. Yang tidak dianjurkan menyusui hanya ibu HIV positif," ujar Utami. ASI juga dapat meningkatkan IQ anak.

Penelitian di Eropa menunjukkan, anak-anak usia 9,5 tahun yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi daripada anak seusia yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Zat serupa dalam ASI yang penting untuk perkembangan otak, DHA (docosa hexanoic acid) dan AA (arachidonic acid), kini dicampurkan ke susu formula. Namun, zat itu belum tentu bisa diserap tubuh bayi.

"ASI selain mengandung zat-zat itu juga dilengkapi dengan enzim untuk menyerap, yaitu lipase. Hal ini belum bisa ditiru susu formula, karena enzim rusak jika dipanaskan," tuturnya.

Peran lain dari ASI yaitu soal EQ (kemampuan sosialisasi) anak. Kedekatan dengan ibu waktu mendapat ASI, membuat anak merasa aman dan disayang, rupanya berpengaruh dalam perkembangan emosi anak.

WHO dan Unicef pada tahun 1990 di Innocenti, Italia, mendeklarasikan ASI sebagai makanan tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk tumbuh selama enam bulan pertama kehidupannya.

Menyehatkan Ibu Juga !
Sekian lama masyarakat hanya tahu manfaat pemberian ASI untuk bayi. Padahal, ibu pun banyak mendapat manfaat. Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan UNICEF.

Berikut manfaat pemberian ASI pada ibu, seperti diungkapkan Utami
1. Mencegah pendarahan paska melahirkan
Hisapan bayi pada putting susu ibu dapat mengerutkan otot-otot saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. Efek ini akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai menyusui bayinya.

Dengan begitu, penyempitan pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. Hal ini jelas berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses persalinan akan cepat terhenti. Kalau otot-otot di rahim mengkerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti.

Khusus di Indonesia, angka kematian ibu saat melahirkan sangat tinggi dan salah satu penyebabnya adalah perdarahan setelah melahirkan. Padahal, sebenarnya kalau ibu melakukan pemberian ASI dengan baik, kejadian perdarahan bisa dikurangi dan risiko kematian bisa diperkecil. Pun, jika perdarahan setelah melahirkan semakin cepat berhenti, risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.

2. Mencegah Kanker dan Kehamilan
Kedua manfaat ini hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.

Sementara, manfaat ASI sebagai alat kontrasepsi alamiah, lanjut Utami, dapat mencegah kehamilan sampai 99%. Namun, perlu diingat fungsi kontrasepsi ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif ibu juga belum mengalami menstruasi. Bila memang ibu sudah mengalaminya setelah melahirkan, ya, acara menyusui ini tak lagi efektif mencegah kehamilan berikut.

Jika kedua persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme di mana terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim. Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, tentunya proses pembuahan oleh sel sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi.

3. Ibu lebih cepat langsing
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh,

Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Nah, dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

Syarat memberikan ASI secara efektif
Diperlukan dua syarat utama memperoleh manfaat ASI baik bagi ibu maupun bayi.

1. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui.

2. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan.

Tips Pemberian ASI
1. Pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi. Istilahnya on demand. Mereka harus peka terhadap waktu tepat saat pemberian ASI.

Sebelum sampai menangis, bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhannya akan ASI. Antara lain, berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau memainkan tangan di mulut.

2. Jika kegagalan terjadi, ibu jangan lekas putus asa. Harus dipahami, kegagalan biasanya disebabkan teknik dan posisi menyusui yang kurang tepat, bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. ASI sendiri sebenarnya tak pernah kurang, karena produksinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Bahkan, ada ibu yang produksi ASI-nya bisa sampai 2 liter per hari.

Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot. Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan dot berbeda sekali.

Dengan dot, susu sudah akan keluar walau hanya ujungnya saja yang diisap. Sementara kalau menyusu pada ibunya, bayi harus membuka mulut lebar-lebar. Nah, menyusui pada ibu dengan cara seperti mengisap dot tak akan bisa mengeluarkan ASI dengan baik.

3. Keadaan psikologis berpengaruh sangat besar. Justru karena ia terlalu khawatir, proses menyusui itu tidak berhasil. Padahal kalau ia yakin dirinya dapat menyusui, tak akan ada masalah.

Tak jarang juga ibu merasa gagal karena bayinya hanya minum sedikit. Sebenarnya harus dilihat dulu, bagaimana keadaan si bayi. Sebab pada keadaan tertentu ia memang tidak terlalu lapar, hanya haus sedikit. Nah, pada saat ini tentunya ia tidak membutuhkan banyak susu.

Jadi, ASI memang yang terbaik. Pemberian Terbaik Tuhan untuk Bayi Mungil Tercinta! (iis)

 




--
salam kompak selalu,
A man is responsible for his choice and must accept the consequences, whatever they may be

http://www.nineplanets.org/uranus.html

Kirim email ke