Perkembangan Anak : Normal atau Abnormal ? www.klinikanakku.com A.Pendahuluan Mengamati seorang anak yang sedang berkembang merupakan hal yang sangat menarik. Ia berkembang dari bayi yang sedang terlentang pasif, kemudian dapat tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai berlari-lari dengan aktif. Dari tidak mengerti apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara. Proses perkembangan otak yang optimal sesuai dengan tahapan umurnya. Perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan motorik kasar, perkembangan pemecahan masalah visuo-motor yang merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik halus, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial. Sebenarnya perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan penanganan bila terdapat suatu penyimpangan. Hubungan perkembangan motorik kasar dengan kecerdasan di kemudian hari sangat sedikit, anak yang menderita redartasi mental tidak selalu mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar sedangkan anak dengan perkembangan motorik kasar yang sangat cepat belum tentu merupakan anak yang cerdas. Mengenai perkembangan motorik kasar tidak dibicarakan hari ini.
Sesuai topik Autisma, yang penting diketahui adalah perkembangan bahasa dan pemecahan masalah visuo-motor. Kedua jenis perkembangan ini sangat berhubungan dengan kemampuan intelek di kemudian hari. B.Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor adalah kemampuan tangan dan jari-jari serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi lingkungan. Sebagai contoh, misalnya seorang bayi melihat suatu benda yang menarik perhatiannya (visual). Ia berpikir bagaimana cara mendapat benda yang menarik tersebut (kecerdasan). Ia akan merangkak mendekati benda tersebut (lokomosi dan postur), kemudian meraih benda tersebut dengan jari-jarinya dan benda tersebut dimasukkan ke mulutnya (motorik halus). Jelaslah bahwa kemampuan ini dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik berupa postur dan koordinasi saraf-otot yang baik, fungsipenglihatan yang akurat dan kecerdasan. Kemampuan memecahkan masalah visuo-motor merupakan indikator yang baik dari intelegensi si kemudian hari. Bila ada gangguan, harus dibedakan apakah penyebabnya motorik, gangguan penglihatan atau kecerdasan. Kontrol tangan dimuali dari bahu yang menghasilakan gerak lengan yang kasar, menjadi gerak siku yang baik dan akhirnya gerak pergelangan tangan dan jari-jari. Gerak mengambil benda dimulai dari mengambil dengan genggaman seluruh tangan kemudian menggunakan jari-jari untuk melakukan pincer grasp (menjumput dengan dua jari). B.1. Tahapan perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor Visual Fiksasi pandangan lahir Mengikuti benda melaui garis tengah 2 bulan Mengetahui adanya benda kecil 5 bulan Motorik Halus Telapak tangan terbuka 3 bulan Menyatukan kedua tangan 4 bulan Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan Meraih unilateral 6 bulan Pincer grasp imatur 9 bulan Pincer grasp matur dengan jari 11 bulan Melepaskan benda dengan sengaja 12 bulan Pemecahan Masalah Memeriksa benda 7-8 bulan Melemparkan benda 9 bulan Membuka penutup mainan 10 bulan Meletakkan kubus di bawah gelas 11 bulan Menggambar Mencoret 12 bulan Meniru membuat garis 15 bulan Membuat garis spontan 18 bulan Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan Meniru membuat lingkaran 30 bulan Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahun Melaksanakan Tugas Memasukkan biji ke dalam botol 12 bulan Melepaskan biji dengan meniru 14 bulan Melepaskan biji spontan 16 bulan Menyusun Kubus (gunakan kubus dengan sisi 2,5 cm) Menyusun 2 kubus 15 bulan Menyusun 3 kubus 16 bulan Kereta api dengan 4 kubus 2 tahun Kereta api dengan cerobong asap 2,5 tahun Jembatan dari 3 kubus 3 tahun Pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat contoh 6 tahun Makan Makan biskuit yang dipegang 9 bulan Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok 12 bulan Berpakaian Membuka baju sendiri 24 bulan Memakai baju 36 bulan Membuka kancing 36 bulan Memasang kancing 48 bulan Mengikatkan tali sepatu 60 bulan B.2. Keterlambatan perkembangan motorik halus Adanya keterlambatan harus difikirkan bila ditemukan hal berikut : * Tidak mau memegang atau mengenal benda yang diletakkan di tangannya pada usia 4 bulan * Tangan tetap terkepal erat sampai usia 4-5 bulan * Tidak dapat melakukan gerak menjumput benda kecil dengan ujung jari sampai 1 tahun * Tidak dapat melepaskan benda kecil ke dalam gelas usia 18 bulan * Tetap bermain dengan jari sampai usia 6-7 bulan * Tetap memasukkan benda ke dalam mulut disertai ngiler berlebihan sampai usia 2 tahun Pada anak yang agak besar, gangguan perkembangan pemecahan masalah visuo-motor dapat diperiksa secara bermain dengan anak. Gunakan kubus berukuran 2,5 cm untuk menguji kemampuan anak. Uji lain dapat dilakukan dengan menggambar menggunakan crayon. Beberapa gangguan gerak dapat merupakan bagian dari suatu kelainan saraf. * Gerakan seperti mencuci tangan terus menerus pada anak perempuan dapat merupakan ciri sindrom Rett, suatu kelainan yang ditandai kemunduran mental seorang anak. * Gerakan tangan seperti melambai-lambai disisi tubuh dapat menjadi salah satu autisma. * Anak yang bermain monoton dapat menjadi ciri autisma. C.Perkembangan bahasa Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. C.1. Fungsi berbahasa pada bayi baru lahir Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara. Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian ia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa mengeluarkan suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis. Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2 bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Senyum sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan berbicara atau mengelus pipinya. Senyum simetris, tidak seperti senyum asimetris yang dapat terlihat pada saat anak buang air besar atau kecil yang disebut sebagai meringis. Reaksi orientasi terhadap bunyi seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. C.2. Fungsi berbahasa pada umur 2-12 bulan Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara "ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, terdengar suara "agguuu-aguuu". Pada umur 6 bulan terdengar anak dapat menggumam. Pada umur 8 bulan ia dapat mengucapkan "dadada" lalu menjadi "dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang diucapkan saat ia melihat ayahnya. "Mama" akan muncul lebih belakang. Ia dapat mengerti "Tidak boleh!" yang disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun. Orientasi terhadap bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia mencari dan menatap sumber suara. Bel tidak dapat digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik. C.3. Fungsi berbahasa 12-18 bulan Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh, atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih matang yang ditandai munculnya kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum benar misalnya :"Joni minta", "Kasih joni", "minta susu". C.4. Fungsi berbahasa setelah 18 bulan Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata. Ia sudah menggunakan kata "saya" kamu walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata "saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata. Reseptif Bereaksi terhadap suara lahir Tersenyum sosial 5 minggu Orientasi terhadap suara 4 bulan Menoleh kepada suara bel - Fase I 5 bulan - Fase II 7 bulan - Fase III 9 bulan Mengerti perintah "Tidak boleh" 8 bulan Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan 17 bulan Ekspresif Oooo-ooo 6 minggu Guu, guuu 3 bulan a-guuu, a-guuu 4 bulan Mengoceh 4-6 bulan Dadadada (menggumam) 6 bulan Da-da tanpa arti Ma-ma tanpa arti 8 bulan Dada 10 bulan Ma-ma Kata pertama selain mama 11 bulan Kata kedua 12 bulan Kata ketiga 13 bulan 4-6 kata 15 bulan 7-20 kata 17 bulan Kalimat pendek 2 kata 21 bulan 50 kata Kalimat terdiri dari 2 kata 2 tahun 250 kata Kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun Kalimat terdiri dari 4-5 kata Bercerita Menanyakan arti suatu kata Menghitung sampai 20 4 tahun C.5. Keterlambatan, disosiasi dan deviansi Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tata bahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak uang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya. Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila : * Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu * Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan * Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan * Tidak bicara sampai usia 15 bulan * Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan Disosiasi ditandai perbedaan yang bermakna antara kecepatan perkembangan 2 fase yang berbeda. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, dimana fungsi bahan jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi selebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah. Deviansi menunjukkkan progresi berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan inilah yang sering lolos dari pemeriksaan. Kadang-kadang salah diagnosis sebagai kelainan jiwa. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi tidak menunjukkan jargoning yang imatur (kemampuan anak 14-15 bulan) terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5 6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Deviansi yang hebat sering terlihat dan menjadi ciri autisma. Dalam keadaan ini kemampuan ekspresif lebih menonjol dibandingkan kemampuan reseptif. C.6. Penyebab gangguan bicara dan berbahasa * Redartasi mental. Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor. * Gangguan pendengaran. Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif. * Gangguan bicara karena kelainan organ bicara. Keadaan ini tidak dibahas disisni. * Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar. * Yang paling berat adalah autisma yang merupakan gangguan komunikasi yang paling menunjukkan deviansi. Istilah autisma digunakan untuk ciri gangguan berbahasa dan tingkah laku. Hal yang lebih mendalam tentang autisma akan dibahas oleh pembicara lain. * Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah. * Deprivasi. Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau child abuse. * Bicara dalam 2 bahasa hanya kadang-kadang saja menyebabkan keterlambatan. Umumnya anak dapat menguasai 2 bahasa dengan mudah. * Keterlambatan fungsional: Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain. C.7. Cara membedakan berbagai keterlambatan berbahasa Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab kesulitan berbicara. Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan pemecahan masalah visuo-motor Pola perkembangan Tuli < normal < normal normal Disosiasi Redartasi mental < normal < normal < normal Keterlambatan global Gangguan komunikasi sentral < normal < normal normal Disosiasi, deviansi Kesulitan belajar normal, normal normal,< normal Disosiasi Autisma normal,< normal Tampaknya normal, normal, selalu lebih baik dari bahasa Deviansi, disosiasi Mutisme elektif normal normal normal,< normal Keterlambatan fungsional normal < normal normal Hanya ekspresif yang terganggu Kesimpulan Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat digunakan 2 pendekatan : Yang pertama adalah menyerahkan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami kesulitan berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara Pendekatan kedua adalah dengan deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi sebagai "abnormal" karena bicara terlambat. Sebagian besar diantaranya memang secara alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari. Kadang-kadang masih ditemukan dokter yang dengan ringan mengatakan : "Tidak apa-apa, ditunggu saja". Menurut hemat saya peran orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :"Nanti juga akan berkembang sendiri" atau "Anak semata-mata hanya terlambat sedikit" tanpa bukti yang kuat, yang akan mengakibatkan diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang semakin sulit. Daftar Rujukan Tudor M, Child development. New york: McGraw-Hill Book Company, 1981. Capute AJ, Accardo PJ. Development disabilities in infanci and childhood. Baltimore: Paul H Brookes Publ. Co, 1991. Illingworth RS. The development of the infant and young child. Normal and abnormal: edisi ke-5. London : Churchill Livingstone, 1972. Levy SE, Hyman SL. Pediatric assesment of the child with development delay. Pediatric Clin North Am 1993; 40:465-77. Drillen CM, Drummond MB. Neurodevelopmental problems in early chilhood. Assesment and management. London : Blackwell Scientific Publications, 1977. Rapin I. Children with hearing impairment. Dalam : Swaiman KF, Ed. Pediatric neurology principles and practice; edisi ke-2. St. louis: The C.V. Mosby Company, 1994;1153-67. Uci mamaKavin http://oetjipop.multiply.com Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com -------------------------------------------------------------------------- Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]