Cerita yang bagus dan menarik. Apa ini salah satu pengalaman pribadi, Pak ?




-----Original Message-----
From: gunpar [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, July 29, 2006 11:12 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Sebuah kisah tentang kebohongan seorang ibu [
good ]



Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan 
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah 
ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna 
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan 
terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong 
mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. 
 
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang 
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan 
saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi 
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : 
"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA 
 
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan 
waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu 
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan 
bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan 
yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, 
ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih 
menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku 
makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu 
menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan 
cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan 
ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA 
 
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan 
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api 
untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang 
untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun 
dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan 
dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku 
berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus 
kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak 
capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA 
 
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku 
pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, 
ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama 
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah 
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah 
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental 
tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. 
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk 
ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak 
haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT 
 
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap 
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, 
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita 
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat 
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati 
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar 
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat 
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk 
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan 
nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" 
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA 
 
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan 
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak 
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit 
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang 
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu 
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang 
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya 
punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM 
 
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian 
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika 
berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja 
di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud 
membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik 
hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku 
tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH 
 
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker 
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di 
seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk 
ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya 
setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku 
dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya 
terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas 
betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat 
lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air 
mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti 
ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku 
tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN. 
 
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta 
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. 
 
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa 
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " 
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon 
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita 
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita 
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk 
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah 
dan ibu yang ada di rumah. 
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan 
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas 
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di 
samping kita. 
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? 
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita 
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita 
renungkan kembali lagi.. 
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu 
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di 
kemudian hari. 
------ Klub Pengembangan Kepribadian -----> 



--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke