sory OOT.

========================================================================================
Kepemimpinan 
Seorang raja yang sudah memasuki usia senja sedang mempersiapkan
putranya agar suatu ketika kelak dapat menggantikan dirinya. Ia
mengirim putranya pada seorang bijak untuk belajar mengenai kepemimpinan. 
Setelah menempuh perjalanan panjang, bertemulah putra mahkota ini
dengan si orang bijak. ''Aku ingin belajar padamu cara memimpin
bangsaku,'' katanya. Orang bijak menjawab, ''Masuklah engkau ke dalam
hutan dan tinggallah disana selama setahun. Engkau akan belajar
mengenai kepemimpinan.''
Setahun berlalu. Kembalilah putra mahkota ini menemui si orang bijak.
''Apa yang sudah kau pelajari?'' tanya orang bijak. ''Saya sudah
belajar bahwa inti kepemimpinan adalah mendengarkan,'' jawabnya.
''Lantas, apa saja yang sudah engkau dengarkan?'' ''Saya sudah
mendengarkan bagaimana burung-burung berkicau, air mengalir, angin
berhembus dan serigala melonglong di malam hari,'' jawabnya. ''Kalau
hanya itu yang engkau dengarkan berarti engkau belum memahami arti
kepemimpinan. Kembalilah ke hutan dan tinggallah disana satu tahun
lagi,'' kata si orang bijak. 
Walaupun penuh keheranan, putra mahkota ini kembali mengikuti saran
tersebut. Setahun berlalu dan kembalilah ia pada si orang bijak. ''Apa
yang sudah kau pelajari,'' tanya orang bijak. ''Saya sudah
mendengarkan suara matahari memanasi bumi, suara bunga-bunga yang
mekar merekah serta suara rumput yang menyerap air. ''Kalau begitu
engkau sekarang sudah siap menggantikan ayahmu. Engkau sudah memahami
hakekat kepemimpinan,'' kata si orang bijak seraya memeluk sang putra
mahkota.
Syarat utama kepemimpinan adalah kemampuan mendengarkan. Manusia
diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Ini adalah isyarat bahwa
kita perlu mendengar dua kali sebelum berbicara satu kali. Mulut juga
didisain tertutup sementara telinga kita dibuat terbuka. Ini juga
pertanda bahwa kita perlu lebih sering menutup mulut dan membuka telinga. 
Prinsip dasar inilah yang sebetulnya perlu dipahami oleh seorang
pemimpin dimana pun ia berada, apakah ia memimpin negara, perusahaan,
organisasi, rumah tangga maupun diri sendiri. Semua masalah yang
terjadi di dunia ini senantiasa bermula dari satu hal: Kita terlalu
banyak bicara tapi kurang mau mendengarkan orang lain. Kita memiliki
terlalu banyak statement (pernyataan), tetapi terlalu sedikit
statesman (negarawan) yang ditandai dengan kemauan untuk mendengarkan
pihak lain.
Tetapi, mendengarkan dengan telinga sebenarnya baru merupakan tingkat
pertama mendengarkan. Seperti yang ditunjukkan dalam cerita di atas,
seorang pemimpin bahkan dituntut untuk dapat mendengarkan hal-hal yang
tak bisa didengarkan, menangkap hal-hal yang tak dapat ditangkap,
serta merasakan hal-hal yang tak dapat dirasakan oleh orang kebanyakan.
Seorang pemimpin perlu mendengarkan dengan mata. Inilah tingkat kedua
mendengarkan. Dalam proses komunikasi ada banyak hal yang tidak
dikatakan tapi sering ditunjukkan dengan tingkah laku dan bahasa
tubuh. Orang mungkin mengatakan tidak keberatan memenuhi permintaan
Anda, tapi bahasa tubuhnya menunjukkan hal yang sebaliknya. 
Seorang karyawan yang merasa gajinya terlalu rendah mungkin tidak
menyampaikan keluhannya dalam bentuk kata-kata tetapi dalam bentuk
perbuatan. Seorang yang merasa bosan dengan lawan bicaranya juga
sering menunjukkan kebosanan itu lewat gerakan tubuhnya. Nah, kalau
Anda tidak dapat menangkap tanda-tanda ini, Anda belum memiliki
kepekaan yang diperlukan sebagai pemimpin.
Tingkat ketiga adalah mendengarkan dengan hati. Inilah tingkat
mendengarkan yang tertinggi. Penyair Kahlil Gibran menggambarkan hal
ini dengan mengatakan: ''Adalah baik untuk memberi jika diminta,
tetapi jauh lebih baik bila kita memberi tanpa diminta.'' Kita
memberikan sesuatu kepada orang lain karena penghayatan, rasa empati
dan kepekaan kita akan kebutuhan orang lain. Disini orang tak perlu
mengatakan atau menunjukkan apapun. Kitalah yang langsung dapat
menangkap apa yang menjadi kebutuhannya. Komunikasi berlangsung dari
hati ke hati dengan menggunakan ''kecepatan cahaya''.
Oleh: Arvan Pradiansyah, pengamat kepemimpinan dan penulis buku You
Are A Leader!
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
faksimile: 021-7983623
( Arvan Pradiansyah )

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke