Iya,
Aku juga pernah di forward nih artikel anak karbitan..
Tp menurut aku itu pasti anak yg pintar krn dipaksaaaa.. belajar sama org 
tuanya.
Segala sesuatu yg dipaksa tdk akan menghasilkan sesuatu yg baik.
Tp menurut aku selama mengajarkan segala sesuatu dgn cara BERMAIN, sekali lagi 
harus dgn cara BERMAIN, maka aku yakin hal spt di artikel tsb tdk akan terjadi..
Krn dunia anak adl hanya BERMAIN, bagi mereka bermain lebih penting dari 
segalanya.


Masalahnya mengajarkan sesuatu sambil BERMAIN itu memerlukan skill yg lebih dr 
org tua.
Org tua hrs SUPER KREATIF.
kemarin saya dtng ke suatu seminar tth home schooling dgn pembicara kak seto, 
menurut dia, org tua itu harus multy skill, hrs bisa jadi : penyanyi, penari, 
pesulap, pemain film, pelawak, pokoknya hrs jadi aktris/aktor deh utk anaknya, 
utk selalu menyajikan acara hiburan bagi anak2 kita.

Masalahnya mungkin kita para org tua tdk tau "CARANYA" bagaimana sih 
mengajarkan anak membaca & matematika sambil BERMAIN.
Sehingga kelihatannya kalau mau mengajarkan anak membaca & matematika sedini 
mungkin akan membebani mereka..
Padahal menurut aku kalau sdh tau caranya mengajarkan sambil bermain ini, yah 
pasti anak akan merasa ya spt bermain aja..

Jadi kita bisa menanamkan pengertian belajar kpd mereka, bahwa : 
BELAJAR adalah BERMAIN.




Rgds
kristi



-----Original Message-----
From: intan dima [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, November 09, 2006 11:32 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Ajari bayi anda membaca & matematika sambil bermain! 
[Virus Checked]


orang2 yg menganut aliran kontra pada glenn doman, mendasarkan apda 
penelitian bahwa anak2 sebaiknya diajarkan membaca dan menulis umur 5 tahun, 
tidak lebih cepat dari itu, karena pada usia tsb anak2 bisa menyatukan 
persepsi, sensor, dan lainnya atau dengan kata lain anak memang baru bener2 
siap saat usia 5 tahun....

omong2, artikel "anak-anak karbitan" dah pernah dishare disini belum ya? 
saya kirim lagi yaaaa maaf kalo ternayta dah pernah.... ibi bahan masukan yg 
bagus sebelum menimbang2 apakah kita memang akan buru2 mengajarkan anak2 
kita di usia yg masih sangat belia...


ANAK-ANAK KARBITAN
Oleh Dewi Utama Faizah*)

*) Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen 
Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan 
Pendidikan
Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

Anak-anak yang digegas
Menjadi cepat mekar
Cepat matang
Cepat layu...

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana 
orang
tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang 
ada.
Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan 
yang
baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke 
desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai 
tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai 
dari
yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat 
membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga 
fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia 
pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh 
tawaran
yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua ...

Captive market I
Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati 
lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang 
ada
tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan 
terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi 
anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di samping ketidak patutan yang 
dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

Anak-Anak Yang Digegas...
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. 
Di
antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual 
secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran 
intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam 
pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik dl 
dalam
dan di luar sekolah.

Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini 
terjadi
pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada 
seorang
anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan 
otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 
11
tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. 
Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa 
yang
terjadi kemudian ? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari 
menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James 
Sidis.
Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak 
kagum
pada beberapa waktu silam.

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada 
seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimana 
seorang
Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan 
lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya sejak si 
anak
masih benapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan 
suara
musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan 
menggunakan
bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar 
dan
kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah 
dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah 
menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 6 tahun ia membaca enam 
buah
buku dan Koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk 
universitas. Ketika usianya menginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di 
Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius 
karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun khabar 
Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak 
kesuksesan
yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna 
dalam
kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.

Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil 
mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalah 
anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. 
Seperti
halnya Einsten yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap 
sebagai anak bebal yang suka melamun. Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu 
yakin bahwa keberhasilan anak di 
masa
depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memiliki kemampuan 
luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtua dan para 
pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Era 
pemberdayaan
otak mencapai masa keemasannya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba 
menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). 
Kurikulum
pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan 
otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% 
saja.
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses 
pendidikan
di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang dimana-mana, di 
Indonesia....

"Early Ripe, early Rot...!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 di 
Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan 
bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak 
segera
mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka 
mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. 
Mereka
memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak¬Kanak (Pra 
Sekolah).
Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih 
berusia
di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca 
dan
berhitung secara formal sebagai pemula.

Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika sudah 
dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era 
Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk 
membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka 
(tiada
berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa yang mereka 
butuhkan dan inginkan sebagai anak. Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri 
dengan pernyataan Jerome Bruner, seorang psikolog dari Harvard University yang 
menulis sebuah buku terkenal " 
The
Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensi anak 
untuk
belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi 
kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesis that any 
subject
can be taught effectively in some intellectually honest way to any child at 
any
stage of development".
Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan oleh 
banyak
pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara 
memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat 
busuk...
early ripe, early rot!

Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. 
Di
rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu mengajarkan 
sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan 
kiat-kiat
praktis membelajarkan bayi membaca.
Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep 
"kesiapan-readiness" dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang 
mendapat
banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological limitations on 
learning'. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan 
rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar 
apapun.

Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah 
membuat
anak-¬anak menjadi cepat mekar. Anak-anak menjadi "miniature orang dewasa ". 
Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana layaknya 
orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga 
seperti
orang dewasa. Di sisi lain media pun merangsang anak untuk cepat mekar 
terkait
dengan musik, buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah maraknya program 
teve
yang belum pantas ditonton anak-anak yang ditayangkan di pagi atau pun sore 
hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang 
dewasa. sebagai seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata media telah 
memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak lumbuh kembang secara cepat.

Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah 
faktor
emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya 
kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri 
yang
tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilan 
sebagai
layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. 
Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua 
hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan
(intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan sukar, 
terkait dengan berbagai keadaan, Cobalah perhatikan, khususnva saat perilaku 
anak menampilkan gaya "kedewasaan ", sementara perasaannya menangis 
berteriak
sebagai "anak".

Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak 
laki-laki "Heintje" di era tahun 70-an... I'm Nobody'S Child I'M NOBODY'S CHILD 
I'M nobody's child I'm nobodys child Just like a flower I'm growing wild No 
mommies kisses and no daddy's smile Nobody's touch me I'm nobody's child

Dampak Berikutnya Terjadi... ketika anak memasuki usia remaja Akibat negatif 
lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki 
usia
remaja. Mereka tidak segan-segan mempertontonkan berbagai macam perilaku 
yang
tidak patut. Patricia 0' Brien menamakannya sebagai "The Shrinking of 
Childhood'. " Lu belum tahu ya... bahwa gue telah melakukan segalanya", 
begitu
pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya. "Gue 
tahu
apa itu minuman keras, drug, dan seks " serunya bangga.

Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimana 
pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan 
kepribadian
dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar.... 
kebutuhan
emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! Sementara anak sendiri 
membutuhkan
waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan untuk berkembang, .... sebuah proses 
dalam
kehidupannya !

Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang 
berkarier di luar rumah tidak menuliki waktu banyak dengan anak-anak mereka. 
Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga 
"baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknya. Colette Dowling menamakan 
ibu-ibu
muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang window shopping, 
ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau buku 
romantis. Sebagai bentuk ilusi rnenghindari kehidupan nyata vang mereka 
jalani.

Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembaga 
pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies, 
dan
mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini dan 
itu.
Para orangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka superior di 
segala
bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang sibuk juga 
mewakilkan
diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak¬-anak 
mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan parenting di 
Iembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.

ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknya "be special " daripada "be average 
or
normal sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak mereka 
menjadi
"to exel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Nanun ketika 
anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai kepentingan orangtua 
untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan, seperti kegiatan 
mental
aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, 
dan
banyak lagi lainnya...maka lahirlah anak-anak super---"SUPERKIDS'". Cost 
merawat
anak superkids ini sangat mahal.

Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling 
berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is better". 
Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam 
diri
anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog 
Amerika
pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masa 
kanak-kanaknya, maka lihatlah...ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka ia 
akan menjadi orang dewasa yang kekanak-kanakan!

BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan 
berbagai
gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan -"miseducation" 
terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya. Elkind (1989) mengelompokkan 
berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antara
lain:

Gourmet Parents-- (ORTU B0RJU)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, 
mobil
mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidup 
kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderung merawat 
anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan 
ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir 
tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan 
yang
baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan bukti dari 
kehebatan mereka sebagai orangtua.

Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknva baju-baju mahal bermerek 
terkenal,
memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius. Keluar 
masuk
restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya keliling 
dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah sekolah 
yang
halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, maka itulah 
sekolah dimana banyak kelompok orangtua "gourmet " atau kelompok borju 
menyekolahkan anak-anaknya.

College Degree Parents --- (ORTU INTELEK)
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke 
atas.
Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri 
dalam berbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat 
majalah
dinding, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Mereka percaya pendidikan 
yang
baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur 
menjadikan anak-anak mereka "Superkids ", Apabila si anak memperlihatkan 
kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan 
anak-anaknya ke
sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya 
bahwa
pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok 
ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum 
yang
dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak 
membantu dan peduli dengan kondisi sekolah,

Gold Medal Parents --(ORTU SELEBRITIS)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi 
kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke 
berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti 
Olimpiade matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia. 
Ada
juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes 
kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih 
kemenangan dan menjadi "seorang Bintang Sejati ". Sejak dini mereka 
persiapkan
anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan 
melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK. 
Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang. Puluhan 
anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya 
lomba
pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor 
menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta. Anak-anak mulai resah, 
berkeringat,
mata memerah karena keringat melelehi mascara mata kecil mereka. Para 
orangtua
masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar. Mengharapkan acara segera 
di
mulai dan anaknya akan keluar sebagai pemenang. Sementara pihak 
penyelenggara
mengusir panas dengan berkipas kertas.

Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi 
kelompok
gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil 
pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru 
olahraga. Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal yang mengalami tekanan 
hidup
dari dunia glamour masa kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan 
pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia 
Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal 
parent
menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!

Pada tanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua" 
yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua 
Joshua
berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan kembali 
menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana 
lucu
dan pintarnya. Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV 
sebagai
anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. Kemudian 
di
usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana 
seorang
bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan menjadikan 
anaknya seorang "superkid "--seorang penyanyi sekaligus seorang bintang 
film,....

Do-it Yourself Parents
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan 
menyatu
dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di bidang 
sosial
dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah., di 
Posyandu
dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah 
negeri
yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu 
kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya "Superkids"--earlier 
is
better". Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai 
lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau 
tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang 
binatang,
dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.

Outward Bound Parents--- (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat 
memberi
kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, 
agar
anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di 
luar
keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan 
anak-anaknya maka mereka Iebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak 
melewati
tempat-tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, 
kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima 
konsep
"Superkids " Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat 
agar
dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang 
mereka
melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan 
anak-anaknya
"Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok 
ini
dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihat 
marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat 
situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. 
Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan lingkungannya.

Prodigy Parents --(ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki 
pendidikan yang cukup. Merceka cukup berada, namun tidak berpendidikan yang 
baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat 
semata.
Oleh karena itu mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya 
sebagai
kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya. 'Tidak kalah 
mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses 
seperti
mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada 
anak-¬anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat 
atau
cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam 
mendidik
anak sangat mereka sukai. Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi 
Membaca" karangan Glenn Doman, atau "Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika " 
karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang " karangan Therese 
Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 6 Hari 
"
karangan Sidney Ledson


Encounter Group Parents--(ORTU NGERUMPI)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka 
terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak 
memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan 
kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukai 
dan
sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungan dengan 
orang
lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukan ketidakpatutan dalam 
mendidik anak-¬anak dengan berbagai perilaku "gang ngrumpi" yang terkadang 
mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya 
sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka 
memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan 
kelompok
mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan 
pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai 
"Superkids"
juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang 
menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan. Namun banyak dari anak-anak 
mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.

Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang 
bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka 
cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan 
tulus.
Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka 
dengan
penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtua yang 
melakukan
"miseducation " dalam merawat dan mengasuh anak-anaknva. Mereka memberikan 
lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian, dan 
tumpahan
cinta kasih yang tulus sebagai orang tua.

Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang 
disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan 
menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh mekar 
segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak 
dengan penuh kenangan indah yang menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluarga 
menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan 
antusias
dalam kehidupan belajar. Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang 
menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mercka begitu 
yakin
bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri 
keistimewaan yang dimilikinya.

Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan 
sendiri kekuatan didirinya. Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar 
seorang
anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik !

KAMU HARUS TAHU BAHWA TIADA SATU PUN YANG LEBIH TINGGI, ATAU LEBIH KUAT, 
ATAU
LEBIH BAIK, ATAU PUN LEBIH BERHARGA DALAM KEHIDUPAN NANTI DARIPADA KENANGAN 
INDAH ¬TERUTAMA KENANGAN MANIS DI MASA KANAK-KANAK. KAMU MENDENGAR BANYAK 
HAL
TENTANG PENDIDIKAN, NAMUN BEBERAPA HAL YANG INDAH, KENANGAN BERHARGA YANG 
TERSIMPAN SEJAK KECIL ADALAH MUNGKIN ITU PENDIDIKAN YANG TERBAIK. APABILA 
SESEORANG MENYIMPAN BANYAK KENANGAN INDAH DI MASA KECILNYA, MAKA KELAK 
SELURUH
KEHIDUPANNYA AKAN TERSELAMATKAN. BAHKAN APABILA HANYA ADA SATU SAJA KENANGAN 
INDAH YANG TERSIMPAN DALAM HATI KITA, MAKA ITULAH KENANGAN YANG AKAN 
MEMBERIKAN
SATU HARI UNTUK KESELAMATAN KITA"-DESTOYEVSKY'S BROTHERS KARAM0Z0V---

PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga 
terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk 
daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah "Industri" 
dengan
tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program 
akselerasi,
ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk.

Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk 
sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar 
karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah Sebagai guru kelas yang 
mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat 
menjadi
"pengabar isi buku pelajaran " ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam 
menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akan menggunakan 
"mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang diperoleh anak setelah 
diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi 
dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran mereka diforsir 
untuk
menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai 
anak.
Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan 
organisasi
sebuah birokrasi ? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka diminta 
membuat
PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa 
yang
dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam 
buku
pelajaran ? Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh otak 
dengan
apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-perilaku keseharian 
mereka
sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang 
pengetahuan
yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum 
persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupan 
nyata.
Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah--- dengan 
tugas-tugas
dan PR yang menumpuk.... Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya 
butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya !

Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 % 
kognitif
dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan 
"pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimana guru 
mengajar
anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru 
berpikir
dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan, guru mendisiplin 
dan
anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya 
mengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita 
guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya begitu saja, guru 
adalah
subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire, 1993). Model 
pembelajaran banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah 
kemanusiaan terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan 
ranking wilayah....

Mengkompetensi Anak--- merupakan `KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN ?" "Anak adalah 
anugrah Tuhan... sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi 
citra
anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasaYanig 
bertanggungjawab... "(Nature versus Nurture). bagaimana ? Karena ada dua 
pengertian kompetensi---= ` kompetensi yang 
datang
dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau 
kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.

Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson
(psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi 
apapun sesuai kehendak kita-¬sebagai komponen sentral dari konsep 
kompetensi.
Jika bayi-bayi mampu jadi pebelajar, maka mereka juga dapat dibentuk melalui 
pembelajaran dini.

Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut : " Give me a 
dozen healthy infants, well formed and my own special world to 
bring
them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and train him 
to
become any type of specialist I might select--doctor, lawyer, artist, 
merchant
chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents, 
penchants.,;,
tendencies, vocations, and race of his ancestors ".
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini " 
setelah
mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah 
kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun 1976. 
Dimana
guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar 
Minimum (Minimum Basic Skill) "dalam mata pelajaran membaca dan matematika. 
Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred 
Hechinger
kepada New York Times sebagai berikut :

`The improvement in those areas were not the result of any magic program or 
any
singular teaching strategy, they were... simply proof that accountability is 
crucial and that, in the past five years, it has paid off in New Yersey'.

Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor 
Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagai 
anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika 
mereka
bersekolah di SD kelas rendah. semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa 
pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi-¬kompetensi 
perolehan
pengetahuan hanya secara kognitif. Ulah karena hingga hari ini sekolah belum 
mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam 
proses
pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek 
seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan moral belum dapat dikemas dalam 
pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati 
adalah
pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai 
kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan 
untuk di tes dan di skor saja !. Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau 
kemasan pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan 
anak
dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak 
mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam 
kehidupannya.
Perilaku keingintahuan -"curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistem 
persekolahan kita.

Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan ! "Empty Sacks will never 
stand upright"---George Eliot

Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui 
kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secara 
bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya. 
Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkan 
semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah dibutuhkannya peranan 
guru
scbagai pendidik akadcmik dan pendidik sanubari "karakter". Dimana mereka 
mendidik anak menjadi "good and smart "-terang hati dan pikiran

Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak 
didik
mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknya 
bahwa
mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis, 
dan
cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses 
mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik yang melibatkan aspek kognitif 
dan
emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.

Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya ber jam 
jam
untuk belajar anatomi tubuh manusia.

Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99 
percent
perspiration ". Semangat belajar ---"encourage' - Tidak dapat muncul 
tiba-tiba
di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati---kesukaan dan kecintaan--- 
belajar_ Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang 
tidak
mencintai mereka sebagai anak.

Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan 
"moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa 
kecerdasan
saja tidak cukup. Kecerdasan plus karaktcr inilah tujuan sejati sebuah 
pendidikan (Martin Luther King, Jr). lnilah keharmonisan dari pendidikan, 
bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara kecerdasan hati 
dan
pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik ....

PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang 
terang
hati dan terang pikiran--- "good and smart "--- merupakan tugas kita 
bersama.
Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti 
dilakukan
secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan 
orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi 
kepada
kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki 
anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung 
memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.

Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada 
anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomena 
yang
sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak 
karbitan ! Lihatlah nanti...ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa, 
maka
mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan.

Hidup itu menciut
Dan mengerdil
Bagaikan selokan kecil
Bila dilepas bebas
la merah menggejolak
Bagaikan dahsyatnva samudera luas


"Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice; it is not a thing 
to be waited for, it is a thing to be achieved." (William Jennings Bryan)




--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: 
[EMAIL PROTECTED]
 
--------------------------------------------------------

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke