Ikutan nimbrung yahhhh drpd rame2 mendingan baca ini
dehh ulasan pakar yg mendalami ttg tumbuh kembang anak
plus pengasuh milis anak berbakat n club anak berbakat
di Eropa...

smoga buat bahan masukkan yaaaa

Date: Fri, 10 Mar 2006 09:37:51 -0000
   From: "segaintil" <j.v.tiel@ >
Subject: Re: Baca Tulis Anak..

Pak & Bu,

Saya hanya akan sharing pengetahuan saja ya.

Saya amati di play grup, maupun TK, sebagian besar
anak baru mampu 
membuat bulatan adalah saat ia berusia 4 tahun. Antara
usia 4-5 
tahun mulailah mereka membuat gambar yang dalam dalam
bahasa Belanda 
disebut Koppoter, yaitu boneka jabrik lengkap dengan
kaki dan tangan 
serta rambut yang njabrik. Ini adalah perkembangan
normal seorang 
anak.
Artinya adalah, bahwa perkembangan dimensi  anak baru
berkembang di 
usia itu. Ia mengenal tahap pertahap bentuk bentuk
dimensi yang 
dalam aplikasinya dapat dituangkannya dalam bentuk
gambar 
berdimensi. Tidak ada anak kecuali anak yang mempunyai
fotografis 
memori (yang dimiliki oleh anak jenius) yang mampu
menggambar tiga 
dimensi diusianya di bawah empat tahun.

Perkembangan dimensi inilah yang mempunyai kaitan erat
dengan 
kemampuan anak melakukan abstraksi dari huruf-huruf
yang kemudian 
dalam bentuk tulisan.

Jadi di bawah empat tahun anak-anak akan kesulitan
mempelajari huruf 
apalagi kata kata. Sekalipun ia anak jenius, yang bisa
"membaca"di 
usianya yang ketiga, anak itu hanyalah menyimpan apa
yang dilihatnya 
ke dalam memorinya, disimpan dalam bentuk logo, jadi
bukan pemahaman 
atas pengertian huruf dan kata.

Karena itu dalam program No Chilid Left Behind nya US
pun 
mengenalkan huruf baru dimulai diusia empat. Belajar
membaca dan 
menulis di usia enam. Begitu pula di berbagai negara
eropa. Dasarnya 
adalah perkembangan neurokognitif anak-anak. 

Kelak saat berusia enam tahun ada suatu perubahan
dominasi dan 
pergerakan otak sisi kiri dan kanan. Karena itu hampir
semua anak 
saat berusia 6 tahunan kalau nulis jadi pada
kebalik-balik. Itu 
biasa. Disinilah bahayanya jika kita memberi
pengajaran membaca dan 
menulis di bawah enam tahun. 

Akhir akhir ini banyak sekali didapatkan anak yang
mengalami 
disleksia, dikhawatirkan karena adanya tekanan dari
fihak orang tua 
yang memaksakan anak-anaknya mampu membaca berhitung
dan menulis 
saat masih kecil kecil. 

Sekalipun kita mengatakan anak itu jangan dipaksa,
kalau setiap hari 
disodori yang sama, ya artinya sama saja kita sudah
melakukan 
pengkondisian tumbuh kembang anak yang tidak sesuai
dengan norma 
perkembangan alamiahnya.

Jika kita mau memahami bagaimana perkembangan
alamiahnya, bisa 
dipelajari melalui teori taxonomi Bloom, Piaget, dan
Dabrwoski. 
Dalam taxonomi Bloom anak di bawah empat tahun baru
bisa menamai dan 
menyebut kembali berbagai benda yang ada di
sekitarnya. 
Berkomunikasi dengan pengertian sederhana. Mengikuti
apa yang 
diajarkan dan diucapkan oleh orang-orang sekitarnya.
Tetapi belum 
punya kemampuan analisa dan sintesa. 
Dan menurutku bila kita melihat bahwa nampak
perkembangan anak kita 
adalah anak normal, janganlah kita berambisi untuk
mengikuti 
perkembangan anak-anak cerdas, super cerdas,apalagi
jenius. Mereka 
mempunyai model tumbuh kembang sendiri. Saya pernah
melihat buku di 
toko buku judulnya yang pada dasarnya mengikuti cara
belajar orang 
jenius.... wele.... ngikuti cara belajar dewek saja
sudah setengah 
mati kok malah mau ngikuti cara belajar orang
jenius... Misleading. 

Sekali lagi, jika ada opti bahwa dudukkan anak pada
posisi masing 
masing, bukan berarti anak itu tidak diapa-apakan.
Saya sering 
melihat debat, dimana ada orang tua yang menawarkan
berjualan buku 
dan stimulasi anak, biasanya menawarkan agar anak itu
menjadi 
cerdas. Slogan mencerdaskan anak ini sudah ngejentrek
dimana-mana, 
sampai kita sering lupa bahwa setiap anak itu
mempunyai kondisi dan 
potensi masing masing yang membutuhkan stimulasi yang
sesuai dengan 
kalender tumbuh kembangnya. Jadikanlah ia bagaimana
dirinya. Ini 
yang sulit, sebab orang tua harus memahami
karakteristik tumbuh 
kembangnya baik fisik, psikologis, motorik, sosial,
dan 
emosionalnya. sementara itu kedokteran tumbuh kembang
yang 
seharusnya membimbing masyarakat dan memeriksa setiap
anak yang 
lahir di Indonesia dalam tumbuh kembang fisik,
psikologis, motorik, 
sosial, adaptasi, kognitif, etc etc etc..... gak ada. 
Jadilah kita di Indonesia ini para orang tua pada
saling meraba, 
trial and error. 

Apa yang harus kita ingat?
Kita harus mengingat tumbuh kembang anak akan selalu
mengikuti:

nature + nurture.

Sebaiknya kita meninggalkan statement nature vs
nurture, yaitu 
berdebat, kalau anak itu tidak disitimulasi lalu
dituduh tidak diapa-
apakan. Debat seperti ini adalah debat mistatement.

Seharusnya kita berbicara bahwa, setiap anak
membutuhkan stimualsi 
sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kalender
tumbuh kembangnya. 
Statement ini masuk dalam pengertian NATURE + NURTURE.

Saya juga melihat, sekalipun sudah pada dibilangin
juga pada 
bandel...hehehhe...Terus ndebat lagi. 

Salam,
Julia Maria

From: "segaintil" <[EMAIL PROTECTED]> 
Date: Fri Mar 10, 2006  11:26 pm 
Subject: Re: Baca Tulis Anak..  --- In
[EMAIL PROTECTED], Monica <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tapi Bu....yg saya nggak ngerti, kok sekarang TK A
(3,5-4th) sdh
> belajar baca dan tulis kata2 yah? Ntar TK B sdh
kalimat.
>


Kalau boleh saya ceritakan sejarahnya mengapa
anak-anak TK , play
grup, bahkan masih bayi-bayi sudah diajar baca tulis
dan matematika.
Ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja lho. Tapi di
banyak negara
yang terutama pedagoginya gak kuat. Kita lihat acuan
Diknas sendiri
sebetulnya calistung baru diberikan di sekolah dasar,
bukan di play
grup, TK, apalagi masih bayi jebrot sudah disuruh
lihat flash card.

Nah kalau kita baca buku laporan dari founder Early
Head Sart
Program nya US (EHSP ini program yang ditujukan untuk
membantu anak-
anak berkebutuhan khusus yang karena berbagai gangguan
tumbuh
kembangnya menyebabkan intervensi demi SCHOOL
READINESS), yang
ditulis oleh Edward Zigler dkk (profesor psikologi
dari Yale
University), judulnya The First Three Years & Beyond
(2002). Dia
menjelaskan tentang mengapa terjadi kekacauan seperti
ini.

Mulainya di tahun 70-an, dimana ada debat tentang
Nature vs Nurture,
yaitu swing pendapat bahwa di sisi satu orang
mempercayai bahwa
inteligensia ditentukan oleh faktor genetik.
Sedang sisi yang lain mengatakan bahwa inteligensia
ditentukan oleh
program yang kita beri.

Sejak saat itu bermunculan lah program-program yang
basisnya
nurture, dasarnya teori Pavlov, yaitu ia membuat
percobaan kalau
anjing diberi bel lalu diberi makan, jika berulang
ulang maka
anjingnya akan mengeluarkan iler. Jika diulang ulang
maka bila
anjing itu diberi bel lalu anjingnya langsung keluar
iler. Inilah
dasar teori yang digunakan oleh kelompok nurture atau
behaviorism.
Sejak itu banyak sekali program dibuat. Masih inget
ada program
Glenn Doman- Delacato? Program ini melakukan
manipulasi motorik anak
brain damage dengan cara mereka dilatih dengan beragam
gerakan yang
dipercayai akan merangsang struktur otak. Nah program
ini lalu masuk
kotak karena sudah dikelompokkan sebagai FRAUD atau
penipuan, karena
tidak sesuai dengan temuan-temuan neuroscinece
terakhir. Tapi upaya
Glenn Doman diteruskan oleh anaknya Jannet Doman yang
membuat
program bayi membaca menggunakan flash card. Ini
dasarnya sama bahwa
inteligensia bisa dipengaruhi dari luar.

Tapi temuan-temuan terakhir karena pesatnya brain
research diketahi
bahwa setiap anak itu mempunyai kondisi neurobiologis
masing-masing
yang bila ternyata diluar batas-batas normal
membutuhkan pertolongan
agar ia mampu siap saat harus menjalankan sekolah
dasar (school
readiness). Nah program ini adalah intervensi dini,
yang oleh
Amerika dinamakan Early Head Start Program. Intervensi
dini
diberikan untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan
maupun
ketidakan harmonisan tumbuh kembang (fisik,
psikologis, sosial,
emosional, kognitif etc etc etc...)
Tetapi banyak orang tua yang anaknya gak kepilih dalam
program
kepingin juga anaknya diintervensi sedini dininya agar
gak
ketinggalan dalam pendidikan, begitu fikirnya. Padahal
keliru, kalau
sudah normal, bisa mandiri yang sudah, gak perlu lagi
diintervensi.
tapi si ibu-ibu ini banyak bener yang bandel, mana
banyak pula orang
dagang ilmu nurture itu. Jadi semua kesana.
Ada permintaan ada tawaran, gitu prinsip dagangnya.
Pda umumnya
banyak ibu-ibu minta supaya anaknya digenjot sedini
dininya, dan
banyak yang memanfaatkan hal ini. Jadi play grup atau
TK yang
melakukan hal ini sebetulnya kita lihat saja gak
ngikuti panduan
diknas.
Di Belanda ada play grup atau TK yang melakukan
pendidikan macam
itu? Gak ada pengurus TK bisa dibawa ke pengadilan
oleh lembaga
perlindungan anak-anak karena dianggap abusing.

Seharusnya lembaga perlindungan anak-anak di Indonesia
mengurus hal
ini.

Adakah anak yang belajar-belajar sendiri,
berhitung-membaca-dan
menulis? Ada, tetapi itu adalah tumbuh kembangnya,
yang kita tidak
juga bisa menghambat perkembangan inteligensinya yang
berkembang
lebih dini dari pada anak lain. Tetapi anak-anak
seperti ini punya
cara sendiri dalam mengembangkan kognitifnya, bukan
diajarin apalagi
diberi jadwal.

Begitu ya Bu Monic, semoga menjawab pertanyaan anda.

Salam,
Julia Maria











Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke