***********************
No virus was detected in the attachment no filename
No virus was detected in the attachment no filename

Your mail has been scanned by InterScan.
***********-***********


*mumpung bos lagi meeting, kita OOT dulu aja*


    
Ujicoba Helipad Bush Berhasil, Teratai Terbalik Terhempas Angin

Bogor (ANTARA News) - Ujicoba pendaratan di landasan helikopter (helipad) yang 
akan dipakai Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush, di Taman Teratai 
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) yang dikelola Lembaga Ilmu 
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Minggu siang, berhasil dilakukan dan berjalan 
lancar.

Namun, akibat hempasan angin dari baling-baling helikopter Super Puma seberat 
enam ton dari Pangkalan TNI-AU (Lanud) Atang Sendjaya (ATS) Bogor, tumbuhan 
Teratai yang ada di PKT-KRB itu terbalik dan hampir patah, demikian dilaporkan 
ANTARA dari lokasi uji-coba "helipad".

Ratusan pengunjung KRB yang hari Minggu sedang berada di "paru-paru lingkungan" 
Kota Bogor itu, terlihat "menyemut" mengelilingi helipad saat uji-coba dan 
saling mendekat tanpa ada aparat keamanan yang berjaga.

Ujicoba pendaratan di helipad dimulai sekitar pukul 13:00 WIB, dan melakukan 
tiga kali pendaratan dari berbagai arah.

Di sela-sela mengoordinasikan ujicoba, Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud 
ATS, Kolonel (Pnb) Deri Pemba, menjelaskan bahwa helipad yang ada di KRB itu 
mampu didarati helikopter seberat sembilan ton.

"(Helipad) ini (mampu didarati helikopter) berkekuatan sembilan ton," katanya 
dan menambahkan bahwa helikopter Super Puma yang diujicobakan pada helipad itu 
berbeda dengan helikopter yang akan dipakai oleh Presiden Bush yang akan 
bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Bogor 
20 Nopember nanti.

Presiden Bush sendiri dilaporkan akan diterbangkan dengan helikopter "Marine 
One" tipe Sikorsky VH-3D atau dikenal juga dengan "Black Hawk" setelah mendarat 
dengan pesawat "Air Force One" di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Ketika ditanya kesiapan landasan helipad tersebut, Deri mengatakan bahwa 
kondisinya sudah siap. "Sudah (siap) dong, kan sudah bisa 'landing'," katanya.

Menjawab pertanyaan tentang terbangnya tumbuhan teratai di sekitar helipad, ia 
menjelaskan bahwa efek dari terpaan angin yang kuat pasti berpengaruh. "Nanti 
juga (tumbuhan teratai yang terbalik-red) akan kembali (menutup) lagi," katanya.

Menuai kritik

Ikhwal dipakainya KRB sebagai kawasan konservasi untuk helipad sempat 
mengundang kritik dari sejumlah kalangan, dan salah satunya adalah Fraksi PDIP 
di DPR.

Meski menghargai kunjungan Bush ke Indonesia sebagai bagian dari politik luar 
negeri dan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, namun soal helipad di 
KRB menjadi keberaratan PDIP yang kini memosisikan diri sebagai kekuatan 
oposisi terhadap pemerintahan Presiden Yudhoyono dan Jusuf Kalla itu.

"Tetapi kita sayangkan terjadinya gangguan terhadap konservasi lingkungan di 
Kebun Raya Bogor," kata Wakil Ketua Fraksi PDIP DPR, Sony Keraf.

Kerusakan yang dimaksud adalah pembangunan landasan helikopter (helipad) di 
kebun raya tersebut, karena penggunaan helikopter juga akan menganggu 
ketenangan habitat berbagai satwa dan burung di sana.

"Kita sudah meminta agar pertemuan dilakukan di Istana Tapak Siring Bali, namun 
usul kami ditolak," katanya.

Dari sisi konservasi alam, kunjungan ini juga potensial mengganggu tanaman 
langka karena kemungkinan akan terjadi penebangan atau pemangkasan pepohonan.

"Terhadap pembangunan helipad itu, kami memrotes dan sebaiknya pendaratan 
(helikopter) di kebun raya dibatalkan," kata Sony Keraf, mantan Menteri 
Lingkungan Hidup era Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Sementara itu, dua landasan helikopter yang tengah dibangun di Taman Teratai, 
PKT-KRB LIPI untuk menyambut kedatangan Presiden Bush akan dibuat permanen, 
sehingga jika ada tamu negara lagi tidak perlu membangun helipad baru.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto 
Kadiman di Bogor, Jumat (10/11) saat didampingi oleh Kepala LIPI, Umar Anggara 
Jenie, melihat kesiapan dan standar pembangunan helipad.

"Jadi kita ingin memberikan yang terbaik bagi tamu kita," kata Menristek.

Sebelumnya diberitakan landasan helikopter hanya akan digunakan sementara, 
karena keberadaannya oleh beberapa kalangan dianggap merusak keindahan salah 
satu sudut padang rumput di KRB serta merusak teratai yang tumbuh di kolam 
dekat lokasi landasan.

Pusaran angin yang ditimbulkan saat helikopter mendarat juga dikhawatirkan akan 
merusak beberapa koleksi pohon di sekitarnya, yang sebagian sudah tua.

Sedangkan pihak KRB sendiri, saat diminta penjelasan mengenai mengapa akhirnya 
KRB, yang sebenarnya merupakan pusat konservasi tumbuhan yang dijadikan tempat 
helipad, menurut Kabag TU KRB, Amas, pihaknya hanyalah dalam posisi 
"melaksanakan tugas" bagi keperluan kedatangan kunjungan Presiden Bush.

"Aduh, maafkan kali ini, untuk masalah (pembangunan helipad) ini, kami tidak 
bisa memberikan penjelasan lebih jauh, mohon bisa dipahami," katanya.

Namun, sebuah sumber menyebutkan bahwa pilihan ditetapkannya pembangunan 
helipad di dalam PKT-KRB -- dan bukan di dalam Istana Kepresidenan Bogor 
sendiri -- alasannya adalah karena pertimbangan lokasi yang paling dekat dengan 
istana.

"Sejauh yang saya ketahui, kalau di dalam Istana Kepresidenan Bogor, saat 
helikopter mendarat akan menimbulkan kebisingan rusa-rusa di dalamnya dan 
membuat stres satwa itu, dan akan membuat beterbangan dedaunan yang ada," kata 
sumber itu. (*)

Copyright © 2006 ANTARA
12 November 2006 15:16

[
.

Kirim email ke