Hehe.. aku ga menilai buruk tentang agama manapun.
Cuma mau share aja... ternyata ada orang yang berpandangan seperti itu si
dokter Gina itu.
Aku pun blum tentu bisa seperti itu.... tapi setidaknya mengertilah klo ada
orang yang bahagia2 aja dimadu, malah mencarikan madu untuk suaminya... ya
jadi mengerti karena keyakinan mereka ya seperti itu.

Klo saya pribadi sih... ga berani menentang poligami itukan aturan Tuhan dan
itu halal, tapi untuk saat ini saya BELUM bisa menerima (bukan menentang)
klo hal tersebut menimpa diri saya... belum kuat iman soalnya.

Dan selama ini yang saya tahu cuma agama islam yang membuka pintu untuk
poligami, setahu saya agama lain terutama kristen kan harus monogami... tapi
klo saya salah itu karena ketidaktahuan saya saja. terimakasih sudah
mengingatkan.

Jadi ini bukan masalah memandang buruk tentang sesuatu atau apalagi
memandang buruk agama tertentu.
Tapi sekali lagi cuma sharing aja ... tapi aku sebelumnya minta maaf karena
postingan tersebut terlalu mengacu pada referensi islam mungkin karena si
pelaku memang beragama islam (takut ada yang tidak berkenan di hati).

Thanks,
Muthi



On 12/12/06, keysha safina arifianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mba Muthi,

  Coba baca di
http://sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?version=tb&b=5&c=21&v=1&lang=indonesia&theme=clearsky,
 ulangan 21:15
sama ke
http://sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=40&c=25&version=tb&lang=indonesia&theme=clearsky
ranthies: matius 25:1 & matius 25:10

  Bukan cuma dalam Alquran Poligami diatur, tapi dalam Alkitab juga..
  So, jangan menilai sesuatu begitu buruk padahal kita sendiri belum tentu
baik

  Peace,


Muthi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Posting dari milist HW, sebuah pemikiran dan telah dipraktekkan... cukup
menarik...
Tapi tetap berdoa dalam hati ga pernah kejadian sama keluarga sendiri...

Sorry ya klo referensinya terlalu islami... (tapi memang cuma islam yah
yang
memperbolehkan poligami)

--
Thanks,
Muthi

=======================================================================
*Dr. Gina Puspita : "Anak Saya Senang Memiliki Ibu yang Banyak"* [image:
Cetak halaman ini]
[image:
Kirim halaman ini melalui
E-mail]
Senin,
11 Desember 2006 *Dr. Gina Puspita, bercerita seputar pengalamannya
praktik
poligami dengan sang suami, Dr. Abdurahman Riesdam Efendi. "Poligami itu
enak dan perlu, " katanya *

Sudah hampir sepekan wacana poligami secara terus-menerus diulas berbagai
media massa. Banyak yang setuju dan tak sedikit yang sinis. Diantara yang
sinis, tentu saja para aktivis perempuan dan para pengagum feminisme.
Sabtu
(9/12) kemarin, Koalisi Perempuan dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat
(LSM) menolak praktik poligami. Alasannya, poligami melanggar hak-hak
perempuan serta rawan terhadap kekerasan psikis dan fisik. Benarkah?

Kali ini hidayatullah.com mewawancarai Dr. Gina Puspita. Sebelum
ramai-ramai
berkembang wacana poligami, istri pertama Dr. Abdurahman Riesdam Efendi
ini
boleh jadi diantara sekian Muslimah yang merasakan sendiri pengalaman
"dimadu". Tidak seperti umumnya pria yang ingin menikah lagi, ia
mencarikan
sendiri calon untuk pasangan suaminya itu.

Tahun 1995, Abdurahman menikah lagi untuk yang kedua dengan Basyiroh Cut
Mutia. Enam tahun kemudian, ia menikah yang ketiga dengan Siti Salwa asal
Malaysia. Dan yang terakhir, menikah dengan Fatimah. Praktis ia memiliki
empat orang istri.

Jangan keliru, semua istri mudanya ini bukan pilihan sang suami,
justru pilihan
Gina alias sang istri pertamanya. Tak seperti dugakan aktivis perempuan
selama ini, di mana poligami dianggap begitu rendah dan rawan konflik.
Mereka berempat justru sangat rukun dan bahagia. Bahkan bekerja di kantor
yang sama dan tinggal seatap, di Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang.

''Kalau suami sedang dengan istri yang lain, kami bertiga ngobrol-ngobrol
di
satu kamar,'' tutur kepada Gatra suatu hari. Bila berada di luar kota,
mereka bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. ''Poligami yang
didasarkan
pada Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah.'' Ujarnya. "Bahkan enak dan
perlu, " tambah mantan Kepala Departemen Structure Optimizition Divisi
Riset
& Development IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) ini di sebuah
harian
di Jawa Barat.

*Apa kabar Anda dan keluarga?*

Kami sekeluarga alhamdulillah sehat.semoga kesehatan yg dirahmati Allah.

*Lama tak dengar kabarnya, apa kesibukan Anda terbaru?*

Selama kurang lebih 2 tahun terkahir kami banyak berada di Malaysia. *
Alhamdulillah* perusahaan yangg dipimpin oleh guru kami Abuya Ashaari
(pendiri Darul Arqam yang dilarang mantan PM Mahathir Mohammad--
berkembang
pesat di sana. Kebetulan Tuhan rizkikan kami untuk ikut serta berkatifitas
di sana selama 2 tahun. Setelah di sana terasa manfaatnya untuk kalangan
luas, dan perusahaan terus berkembang ke berbagai negara di Asia, Eropa,
Timur Tengah, maka mulai 2 bulan belakangan ini kami mulai menguatkan
kembali aktifitas perusahaan Rufaqa di Indonesia.

*Saya dengar Anda juga punya proyek besar di Malaysia? boleh tau?*

Di malaysia bukan proyek saya tapi perusahaan yang dipimpin oleh guru
saya,
Abuya Ashaari Muhammad. Dari tahun 1997 beliau mendirikan perusahaan
Rufaqa
namanya yang bergerak di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi,
sosial, kesehatan, kebudayaan dll. Kalau mau jelas, boleh kunjungi website
nya www.rufaqa.com & www.rufaqadaily.com.

*Sepekan ini banyak orang sibuk mendiskusikan poligami, apa pendapat
Anda?*

Segala kejadian Allah yang menentukan. Diantara sekian banyak hikmahnya,
Allah nampaknya mau menunjukkan keadaan masyarakat sekarang ini. Dan kita
bertanggung jawab untuk memperbaiki keadaan. Sebenarnya ada dua kejadian
yang terjadi secara serentak. Pertama tentang poligami-nya Aa Gym, kedua,
monogami nya anggota DPR RI, tapi selingkuh. Tapi yang diramaikan hanya
poligaminya. Bahkan poligami mau dilarang segala. Hehehe

Yang menarik, sikap masyarakat terbelah dua. Kasus monogai selingkuh
menjadi
kasus cukup besar. Tapi poligami, pernikahan secara syah justru yang
dikatakan zalim. Padahal menurut saya, monogami selingkuh itu jauh lebih
menzalimi perempuan. Seperti wanita ini tak ada harganya.

*Menurut Anda, mengapa masyarakat justru seperti itu?
*Saya tak menyalahkan masyarakat. Itulah keadaan masyarakat yang kita
perlu
rasakan sebagai peringatan Allah pada kita. Mungkin kita gagal membawa
kebaikan di tengah masyarakat ini. Saya juga maklum kenapa banyak
masyarakat
awam begitu membenci poligami, kerana memang susah mau mencari poligami
yang
dapat dijadikan teladan di indonesia sekarang ini. Yang lebih menyedihkan,
yang sekarang berlaku bukan sekedar diskusi tapi penafsiran-penafsiran
terhadap Rasulullah yang sifatnya merendahkan beliau. Jauh sekali daripada
mencari solusi. Lagi pula, mengapa banyak orang sibuk membicarakan
poligami
atau bahkan terkesan begitu ketakutan. Padahal dalam Islam, poligami haya
sekedar satu dari sekian ribu syariat dalam agama kita.. Jadi dia bukan
perkara yang wajib. Tapi kok yang bisa-bisa menjadi masalah Negara.
Padahal
Shalat yang berkali-kali Allah katakana sebagai "tiang agama" pun, Negara
tak pernah peduli apakah mansuia melakukannya?

*Anda termasuk diantara pelaku, sebelum banyak orang melakukan. Bisakan
bercerita pengalaman poligami?*

Islam itu adalah "cara hidup". Selain tentang Allah yang utama, di
dalamnya
ada juga syariat yang beribu jenisnya, yang mengatur kehidupan manusia di
dunia ini. Sepertimana janji kita dalam setiap kali shalat, "inna
shalolati
wa nusuki… (dst), "hidup mati kita untuk Allah, maka tentulah sebagai
seorang Muslim, kita perlu wujudkan janji kita dalam kehidupan. Kita atur
individu kita, ekonomi kita, pendidikan kita, kebudayaan kita, rumah
tangga
kita, menurut Islam. Hal ini tidak dapat kita wujudkan sendiri-sendiri.
Misalnya untuk mewujudkan pendidikan Islam, perlu guru dan murid. Kalau
sendirian mana mungkin dapat terwujud. Itulah yang kami lakukan melalui
perusahaan Rufaqa ini. Sama halnya dengan masalah rumah tangga.

Setelah kami dididik oleh guru kami, kami (saya dan suami) merasakan bahwa
Allah mesti dijadikan segalanya. Syariat Islam mesti diperjuangkan. Dengan
melihat keluarga guru kami yang memiliki 4 istri dan 37 anak, 200 cucu,
namun semua justru menjadi pendukung perjuangan Islam. Maka kami melihat
(bukan sekedar membaca buku atau hanya mendengar), bahwa poligami juga
dapat
kita laksanakan. Atas kesepakatan bersama itulah, saya dan suami –tentu
saja
atas persetujuan guru kami-- maka kami tambahkan anggota keluarga kami
dengan mengambil salah seorang staf Rufaqa sebagai istri kedua untuk suami
saya.

*Siapa yang mencari dan melamarkannya?*

Saya sendiri yang datang pertama kali dan menjelaskan pada orang tuanya
untuk menyampaikan hasrat kami.

*Apa sih yang ada di perasaan Anda saat mencarikan suami istri lagi?*

Karena dari awal memang sama-sama berniat (saya, suami dan istri kedua)
untuk menguatkan keluarga, maka, masalah-masalah dalam keluarga dapat
diatasi dengan baik. Bertambah terasa kehebatan Allah. Ternyata belum lagi
kita baik, baru niat mau baik, tapi Allah sangat memberikan bantuan-Nya.

*Apakah setelah poligami pernah cekcok? Atau cemburu?*

Kalau beda pendapat sih dalam rumah tangga itu hal yang biasa. Jangankan
di
keluarga yang praktik poligami, dalam rumah tangga monogami pun ada. Tapi
kerena sama-sama sudah dididik oleh guru yang sama, jadi setiap kali ada
masalah, masing-masing berusaha untuk dapat menilai yang baik di sisi
Allah. Bila semua mempunyai tujuan yang sama yaitu keridhaan Allah,
perkara
apapaun selalu jadi mudah. Kami berempat serumah. Kecuali sekarang ini,
dua
orang sedang bertugas di Malaysia.

*Menjadi istri "dimadu" apa tak membuat martabat Anda sebagai seorang
perempuan terhina?*

Saya hendak mengingatkan kita bahwa dalam menilai sesuatu, karena zaman
ini
sudah rosak, maka nilai-nilai manusia/moral juga sudah sangat jauh dari
kehendak Allah. Contoh saja; para wanita mengatakan dirinya merasa
"dihina"
dengan poligami. Padahal itu kan memang boleh menurut Islam. Tapi wanita
diminta buka aurat, ia menjadi tontonan. Tak satupun menganggap dirinya
merasa terhina. Padahal itu adalah keadaan yang sangat menghinakan. Wanita
sudah hilang malunya karena ketiadaan iman.

Poligami itu, bila dijalankan dengan tujuan membesarkan Allah, kita akan
merasakan bahwa itu sangat baik untuk pendidikan hati kita. Kita akan tahu
bahwa kita belum sabar. Maka, kita akan belajar untuk bersabar. Kita bisa
tahu bahwa di hati kita ada *hasad* dan dengki. Cemburu itu adalah
*hasad*dan dengki adalah puncaknya. Lalu kita belajar untuk tidak
*hasad *atau dengki hingga timbul rasa tidak membahagiakan orang lain.

*Bukankan manusia normal tak menginginkan suaminya jadi rebutan wanita
lain?
*

Jadi, bila dikatakan manusia normal tidak mau dipoligami gitu? Manusia
normal itu seperti apa? Apakah istri-istri Rasulullah bukan wanita normal?
Menurut saya, manusia normal itu adalah manusia yang tahu dirinya hamba
dan Allah sebagai Tuhannya. Tentu dia akan sangat mencintai Tuhan Nya. Dan
dirinya akan merasakan bahwa syariat Allah adalah yang terbaik. Bahkan
sekarang kadang saya merasa malu dengan Allah. Malu, mengapa "orang jahat"
seperti saya tapi Allah masih memberi rasa kebaikan-kebaikan dalam
poligami.
Kalau saya saja yang menganggap "masih jahat" dan masih diberi banyak
kebaikan oleh Allah, bagaiman pula kehebatan keluarga Rasulullah?.

*Anda tidak takut, rasa cinta suami Anda tak akan seperti di awal
pernikahan? karena akan terbagi?*

Tidak. Sebab suami dan kami punya cita-cita yang sama. Untuk mencintai
Allah. Dan mencintai Allah itulah yang dapat menambah kuat ikatan diantara
kami semua. Perlu kita sadari, kerana manusia sudah tidak menganggap Tuhan
segalanya, maka bila berumahtangga, dia menganggap suami adalah
segala-galanya. Ya dengan kata lain, cinta suami. Padahal, kalau kita
membesarkan cinta pada Allah, maka Allah sendirilah yang akan mebagi
kebahagiaan itu.

*Bagaimamana dengan kebutuhan finansial dan pembagian perhatian terhadap
anak-anak Anda suami menikah lagi?*

Alhamdulillah Allah bukan saja mencukupkan, tapi menambah-nambah. Dan
alhamdulillah, anak-anak kami semua justru bersyukur dengan poligami.
Kemarin anak saya yang berumur 10 tahun diwawancara sebuah majalah. Dia
mengatakan, begitu senang memiliki ibu banyak. Banyak tapi sayang. Dia
pernah melihat seorang aktifis perempuan begitu keras berkata tentang
poligami. Anak saya mengatakan, "Ini perempuan bercakap bukan dengan akal
lagi, tapi dengan nafsu. Sangat emosional. Padahal, kami (anak-anak saya
maksudnya) suka dengan itu . tak ada penzaliman."

*Apakah mungkin seorang suami bisa membagi perhatian tiga orang istri
dengan
banyak anak berbeda-beda misalnya?*

Bisa. Bahkan hubungan anak-anak semua sangat baik. Tak ada perbedaan dia
dari ibu yang mana. Suami saya baru memiliki 4 orang anak. Tiga dari saya
dan 1 dari istri kedua. Istri ketiga dan keempat belum dikaruniai anak.

*Banyak aktivis perempuan mengkritik poligami, apa pandangan Anda
menghadapi
kritikan itu?*

Jangankan untuk hal poligami, gerakan kaum feminis hingga sekarang ini,
belum
mendapatkan kejayaan. Patutnya sekiranya jika mereka melihat gagalnya
perjuangan kaum feminis di Prancis yang menjadi sumber awalnya. Saya
pernah
11 tahun di Prancis melihat sampai sekarang, di sana gerakan tersebut
boleh
dikatakan tidak membuahkan hasil, yang ada justru kesengsaraan bagi kaum
wanitanya. Banyak orang berkonsultasi dengan saya. Sebab banyak hal yang
diperjuangkannya tidak sesuai dengan fitrah dia. Jadi katakanlah dia
mendapatkan apa yang dia mau, tapi ternyata bila sudah mendapatkan,
sesungguhnya dia begitu tersiksa.

*Jadi apa hikmahnya bagi Anda dan kalangan Muslimah dengan berpoligami?*

Saya pernah mengatakan di media massa, "poligami itu indah dan memang
perlu." Perlu bagi wanita dan lelaki sebagai pendidikan hati kita untuk
dapat lebih mudah membesarkan asma Allah.

Karenanya, saya menghimbau pada semua, mari kita kembali pada Allah, Tuhan
kita. Dialah penyelesai segala maslah. Sekarang ini yang jadi masalah
sebenarnya bukanlah poligami. Jadi tak perlu sibuk memerangi poligami.
Sama
halnya sekarang banyak orang shalat tapi masih korupsi. Lantas apakah
dengan begitu kita akan memerangi shalat? Banyak masalah lain yang kita
perlu selesaikan.

Pendidikan kita sedang bermasalah. Ekonomi kita bermasalah. Kebudayaan dan
semua aspek kehidupan kita sudah rusak dan itu adalah masalah. Maka mari
kita kembali pada Allah. Jadikan Ia segalanya. Bila demikian akan
selesailah
semua masalah. Mau monogami atau poligami, jika kembali pada Allah, tetap
akan membawa kehidupan yang harmoni. [*Cholis Akbar*]



---------------------------------
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.




--
Thanks,
Muthi



Punya 10 ribu? Klik disini
http://arisan-10.dollarfactory.biz/?id=931

<a
href="http://beavermails.com/pages/index.php?refid=muthi79";>Beavermails.com</a>

Kirim email ke