Semoga bermanfaat......

 

Nonton TV yang Aman
Republika, 14 Mei 2006

Jangan biarkan anak menonton televisi (TV) semaunya. Banyak akibat yang
bisa ditimbulkan oleh anak yang terlalu lama memelototi layar kaca itu.
Tak hanya bisa menyebabkan obesitas, tapi juga akan berpengaruh pada
kemampuan akademis dalam jangka panjang.
Spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr Hardiono D
Pusponegoro SpA(K) mengungkapkan sebuah penelitian terhadap anak di
bawah 3 tahun dan 3 - 5 tahun yang menonton TV. Dalam penelitian itu,
anak di bawah 3 tahun melihat TV rata-rata 2 jam sehari dan anak 3 - 5
tahun rata-rata 3 jam sehari.

Setelah berusia 6 - 7 tahun dilakukan penilaian. Hasilnya, setiap jam
melihat TV anak di bawah 3 tahun menunjukkan penurunan uji membaca, uji
membaca komprehensif, dan penurunan memori. Sebaliknya, anak 3 - 5 tahun
memiliki kemampuan mengenal dengan membaca naik. Artinya, anak di bawah
3 tahun lebih banyak menyebabkan efek buruk kecuali kemampuan mengenal
dengan membaca.

Menurut Hardiono, otak berfungsi merencanakan, mengorganisasi, dan
mengurut perilaku untuk kontrol diri sendiri, konsentrasi, atau atensi.
Otak juga berfungsi menentukan baik atau tidak. Pusat di otak yang
mengatur hal ini adalah korteks prefrontal yang berkembang selama masa
anak dan remaja. `'TV dan game video yang mindless akan menghambat
perkembangan bagian otak ini,'' tuturnya saat peluncuran program Dancow
Parenting Center (DPC) di Jakarta, Sabtu (6/5) pekan lalu.

Dengan banyak menonton TV, otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi
berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain dan bermain
kreatif. Masalahnya, karena TV bersifat satu arah, sehingga anak
kehilangan kesempatan dalam tahapan perkembangan yang baik.

Tiga kali
Efek jangka panjang dari anak yang suka menonton TV juga dijelaskan oleh
Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono Psi. Di Amerika (1986-2002), psikolog
dari Universitas Indonesia ini, semakin sering anak menonton program TV
dengan muatan kekerasan semakin tinggi kecenderungan menjadi agresif
saat beranjak dewasa.

Mereka cenderung mengambil tindakan yang agresif dalam menyelesaikan
masalah. `'Anak-anak yang menonton program mengandung kekerasan selama
1-3 jam/hari menunjukkan perilaku agresif 3 kali lebih banyak
dibandingkan anak-anak yang menonton program sejenis kurang dari 1
jam/hari,'' ujarnya. Tayangan TV yang mengandung kekerasan dapat
meningkatkan pikiran-pikiran mengenai permusuhan pada anak dan
mengurangi kecenderungan anak untuk membantu orang lain. Anak pun dapat
membuat anak menoleransi permusuhan dan perilaku agresif orang lain.

TV pun bisa berdampak pada fisik anak. Menurut dr Endang Darmoutomo MS
SpGK, makin lama anak menonton TV makin besar angka kejadian obesitas
(kegemukan) pada anak. Kelebihan berat badan akibat kelebihan lemak akan
berdampak negatif bagi kesehatan. `'Anak yang menonton TV lebih dari 1
jam akan meningkatkan obesitas 2 persen,'' tuturnya.

Banyak faktor yang menjadi penyebab obesitas. Tapi, penyebab utama, kata
Spesialis Gizi Klinik dari RS Siloam Gleneagles itu adalah
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan yang digunakan. Dengan
menonton TV lebih dari 1 jam, anak cenderung menguyah camilan yang gurih
atau manis tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup. Kalori yang masuk ke
dalam tubuh tidak seimbang dengan yang keluar. Ini dapat berakibat buruk
pada anak dalam jangka panjang.

Menghadapi TV
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua? Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk itu:
* Batasi waktu menonton TV.
- Kurang dari 1 jam sehari bagi anak prasekolah.
- Kurang dari 2 jam sehari anak yang lebih besar.
* Pada anak sekolah dasar dan yang lebih besar, negosiasikan jumlah jam
dan rencana jenis acara yang akan ditonton.
* Pekerjaan rumah harus didahulukan, tanpa menghidupkan TV.
* Orang tua dari bayi harus mulai merencanakan pembatasan televisi bagi
anak.
* Bila ada masalah perilaku atau gangguan konsentrasi, cobalah
menghindari TV untuk periode tertentu dan perhatikan hasilnya.
* Perhatikan acara apa yang dilihat anak.
* Jangan pasang televisi di kamar tidur.
* Jadikan televisi sebagai media belajar.
- Duduk bersama anak.
- Berdiskusi dan menanyakan apa yang terjadi di televisi.
- Membantu anak menafsirkan apa yang dilihatnya. (bur )




Kirim email ke