Ini ada artikel tentang madu yang dulu dari Mama
Kavin. Semoga bermanfaat.

Salam

Mama Hanan

Ini ada beberapa artikel ttg madu & botulisme
Semoga berguna.
==========
Madu Untuk Si Mungil?

http://www.info-sehat.com

Madu Untuk Si Mungil? Sebaiknya tidak. Madu yang lezat
dan banyak 
manfaatnya bisa membawa petaka bila diberikan pada si
mungil yang belum lagi 
genap berusia  setahun.

Madu diambil dari alam dan dimakan dalam kondisi yang
murni. Sayangnya, 
kemurnian tersebut seringkali dicemari oleh sejenis
bakteri yang dapat 
menghasilkan racun (toksin) dalam saluran cerna bayi.
Racun tersebut 
dikenal dengan istilah toksin botulinum.

Mengapa harus menunggu 1 tahun? Karena setelah
melewati usia tersebut, 
saluran cerna bayi sudah cukup matang dan bakteri
tidak bisa tumbuh 
berkembang di sana.

Memang cukup disayangkan karena madu terkenal sebagai
nutrisi yang baik 
bagi kesehatan. Masalahnya, belum ada proses
pengolahan yang mampu 
membunuh bakteri tersebut tanpa merusak madu itu
sendiri.

Kasus keracunan itu sendiri memang jarang terjadi
karena tidak semua 
madu mengandung bakteri tersebut. Karena itu tidak
heran bila banyak 
orang memberikan madu pada bayinya tanpa pernah
terjadi efek negatif 
apapun. 
Masalahnya, bagaimana kalau kita sedang sial dan
mendapat madu yang 
mengandung bakteri itu?

Dengan alasan tersebut, selalu dianjurkan agar
pemberian madu hendaknya 
baru dilakukan setelah bayi berusia lebih dari 1
tahun.

Madu  sebaiknya  tidak  dikonsumsi  pada anak usia di
bawah 1 tahun. 
Robert   Koch   Institut   Berlin  dan 
Oesterreichische Gesellschaft  
für 
Ernährung menyarankan agar bayi (0-12 bl) tidak
diberikan  madu  dalam 
makanan  yang  dikonsumsinya. Alasan yang mereka   
kemukakan   adalah 
kemungkinan   munculnya   penyakit
Saeuglingsbotulismus yang  timbul 
melalui  kerja dari Bakteri Clostridium Botulinum. 
Penyakit  di  atas 
biasanya jarang terdiagnosa, namun dapat  menimbulkan 
kematian  pada  
bayi. 
Penyakit  ini biasanya ditemukan  hanya  di  usia 
pertama kehidupan 
sang anak, terutama memiliki  efek  yang  fatal 
khususnya  di  usia 6 
bulan pertama. "Hanya"  di masa satu tahun pertama ini
bakteri tersebut 
memiliki 
kemungkinan   menimbulkan  penyakit 
Saeuglingsbotulismus  dengan 
proses 
"pengalih  kekuasaan"  di organ organ pencernaan
kemudian 
menghasilkan/membentuk  gift (Botulinustoxin) di
tempat tersebut.

Pada  anak  yang  lebih tua dan dewasa kasus ini tak
akan muncul, 
kemungkinana  karena  di  usia tersebut sudah
terbentuk Darmflora yang lebih  
stabil.  Namun  peringatan  ini  tidak  berlaku pada
makanan  jadi yang  
terkandung  madu  di dalamnya, karena proses pemanasan
biasanya telah 
mematikan si bakteri penyebab penyakit.

==========
www.mayoclinic.com 

Honey: Why isn't it safe for infants?

I've heard that you shouldn't give honey to infants.
Why?

No name / No state given

Never give honey to infants younger than 1 year. Honey
is a known 
source of bacterial spores that produce the bacterium
Clostridium botulinum. 
This bacterium makes a toxin that can cause infant
botulism. This rare 
but serious form of food poisoning affects a baby's
nervous system and 
can result in death. Unlike adults, infants haven't
developed 
beneficial bacteria in their digestive tracts that can
control botulism spores 
and prevent growth of the bacterium and production of
its toxin.

Signs and symptoms of infant botulism include:

Persistent constipation
Floppy arms, legs and neck
Weak cry due to muscle weakness
Weak sucking and poor feeding
Tired all the time (lethargy)
Botulism spores are also found in uncooked food. For
this reason, 
feeding an infant any undercooked food is risky as
well.


=================================

Botulism

What is botulism?

No name / No state given



Botulism is caused by toxins made by the bacterium
Clostridium 
botulinum.
The toxin causes muscle paralysis and is among the
most lethal 
substances known. The disease can cause death within
24 hours by paralyzing 
muscles used in breathing.

You can get botulism by eating improperly canned foods
or fish that are 
contaminated with these naturally occurring bacteria
or their toxin.
Botulism toxin potentially could be used as a
biological weapon by 
contaminating food supplies.

Rarely, bacteria that produce botulism may also occur
in spore form in 
contaminated soil. In this case, botulism-causing
bacteria could spread 
by eating fruits and vegetables not properly cleaned
before cooking or 
preserving. Infection can also occur through a
contaminated wound.

Botulism usually develops between 12 and 36 hours
after ingesting the 
toxin. Signs and symptoms of food-borne botulism
include:

Abdominal cramps
Nausea
Vomiting
Diarrhea
Double vision
Drooping eyelids
Dry mouth
Slurred speech
Difficulty swallowing
Muscle weakness and eventually paralysis that starts
at the top of your 
body and moves downward The Centers for Disease
Control and Prevention 
(CDC) and some state health departments keep a supply
of antitoxin 
against botulinum toxin. Treatment includes taking the
antitoxin and 
possibly using a ventilator for breathing until the
toxin works its way out 
of your system. If you have the bacteria that produces
the toxin in a 
wound, treatment includes cleaning the wound and
taking antibiotics.

An experimental botulism vaccine exists, but because
the disease is 
rare, experts don't recommend immunization. In the
United States, about 25 
cases of food-borne botulism are reported each year.
------------------

Dari : www.aap.org

Botulism Facts

Botulism is a muscle-paralyzing disease caused by a
toxin made by a 
bacterium called Clostridium botulinum.

There are three main kinds of botulism:
Food-borne botulism occurs when a person ingests
pre-formed toxin that 
leads to illness within a few hours to days.
Food-borne botulism is a 
public health emergency because the contaminated food
may still be 
available to other persons besides the patient.


Infant botulism occurs in a small number of
susceptible infants each 
year who harbor C. botulinum in their intestinal
tract.

Wound botulism occurs when wounds are infected with C.
botulinum that 
secretes the toxin.

With foodborne botulism, symptoms begin within six
hours to two weeks 
(most commonly between 12 and 36 hours) after eating
toxin-containing 
food. Symptoms of botulism include double vision,
blurred vision, 
drooping eyelids, slurred speech, difficulty
swallowing, dry mouth, muscle 
weakness that always descends through the body: first
shoulders are 
affected, then upper arms, lower arms, thighs, calves,
etc.
Paralysis of breathing muscles can cause a person to
stop breathing and 
die, unless assistance with breathing (mechanical
ventilation) is 
provided.

Botulism is not spread from one person to another.
Food-borne botulism 
can occur in all age groups.

A supply of antitoxin against botulism is maintained
by CDC. The 
antitoxin is effective in reducing the severity of
symptoms if administered 
early in the course of the disease. Most patients
eventually recover 
after weeks to months of supportive care

Botulisme

DEFINISI
Botulisme adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dan
bisa berakibat 
fatal, yang disebabkan oleh keracunan toksin (racun)
yang diproduksi 
oleh Clostridium botulinum.

Toksin ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat
menyebabkan 
kerusakan saraf dan otot yang berat. Karena
menyebabkan kerusakan berat pada 
saraf, maka racun ini disebut neurotoksin.
Terdapat 3 jenis botulisme, yaitu :
- Foodborne botulism, merupakan akibat dari mencerna
makanan yang 
tercemar
- Wound botulism, disebabkan oleh luka yang tercemar
- Infant botulism, terjadi pada anak-anak, karena
mencerna makanan yang 
tercemar.



PENYEBAB
Bakteri Clostridium botulinum memiliki bentuk spora.
Spora ini dapat 
bertahan dalam keadaan dorman (tidur) selama beberapa
tahun dan tahan 
tehadap kerusakan.
Jika lingkungan di sekitarnya lembab, terdapat cukup
makanan dan tidak 
ada oksigen, spora akan mulai tumbuh dan menghasilkan
toksin.
Beberapa toksin yang dihasilkan Clostridium botulinum
memiliki kadar 
protein yang tinggi, yang tahan terhadap pengrusakan
oleh enzim pelindung 
usus.

Jika makan makanan yang tercemar, racun masuk ke dalam
tubuh melalui 
saluran pencernaan, menyebabkan foodborne botulism.
Sumber utama dari 
botulisme ini adalah makanan kalengan.
Sayuran, ikan, buah dan rempah-rempah juga merupakan
sumber penyakit 
ini.
Demikian juga halnya dengan daging, produki susu,
daging babi dan 
unggas.

Wound botulism terjadi jika luka terinfeksi oleh
Clostridium botulinum.
Di dalam luka ini, bakteri menghasilkan toksin yang
kemudian diserap 
masuk ke dalam aliran darah dan akhirnya menimbulkan
gejala.

Infant botulism sering terjadi pada bayi berumur 2-3
bulan.
Berbeda dengan foodborne botulism, infant botulism
tidak disebabkan 
karena menelan racun yang sudah terbentuk sebelumnya.
Botulisme ini 
disebabkan karena makan makanan yang mengandung spora,
yang kemudian tumbuh 
dalam usus bayi dan menghasilkan racun.
Penyebabnya tidak diketahui, tapi beberapa kasus
berhubungan dengan 
pemberian madu.

Clostridium botulinum banyak ditemukan di lingkungan
dan banyak kasus 
yang merupakan akibat dari terhisapnya sejumlah kecil
debu atau tanah.



GEJALA
Gejalanya terjadi tiba-tiba, biasanya 18-36 jam
setelah toksin masuk, 
tapi
dapat terjadi 4 jam atau paling lambat 8 hari setelah
toksin masuk. 
Makin
banyak toksin yang masuk, makin cepat seseorang akan
sakit.
Pada umumnya, seseorang yang menjadi sakit dalam 24
jam setelah makan
makanan yang tercemar, akan mengalami penyakit yang
sangat parah.

Gejala pertama biasanya berupa mulut kering,
penglihatan ganda, 
penurunan
kelopak mata dan ketidakmampuan untuk melihat secara
fokus terhadap 
objek
yang dekat.
Refleks pupil berkurang atau tidak ada sama sekali.

Pada beberapa penderita, gejala aawalnya adalah mual,
muntah, kram 
perut
dan diare.
Pada penderita lainnya gejala-gejala saluran
pencernaan ini tidak 
muncul,
terutama pada penderita wound botulism.

Penderita mengalami kesulitan untuk berbicara dan
menelan.
Kesulitan menelan dapat menyebabkan terhirupnya
makanan ke dalam 
saluran
pernafasan dan menimbulkan pneumonia aspirasi.
Otot lengan, tungkai dan otot-otot pernafasan akan
melemah.
Kegagalan saraf terutama mempengaruhi kekuatan otot.

Pada 2/3 penderita infant botulism, konstipasi
(sembelit) merupakan 
gejala
awal. Kemudian terjadi kelumpuhan pada saraf dan otot,
yang dimulai 
dari
wajah dan kepala, akhirnya sampai ke lengan, tungkai
dan otot-otot
pernafasan.
Kerusakan saraf bisa hanya mengenai satu sisi tubuh.
Masalah yang
ditimbulkan bervariasi, mulai dari kelesuan yang
ringan dan kesulitan
menelan, sampai pada kehilangan ketegangan otot yang
berat dan 
gangguan
pernafasan.



DIAGNOSA
Pada foodborne botulisme, diagnosis ditegakkan
berdasarkan pola yang 
khas
dari gangguan saraf dan otot. Tetapi gejala ini sering
dikelirukan 
dengan
penyebab lain dari kelumpuhan, misalnya stroke.
Adanya makanan yang diduga sebagai sumber kelainan ini
juga merupakan
petunjuk tambahan. Jika botulisme terjadi pada 2 orang
atau lebih yang
memakan makanan yang sama dan di tempat yang sama,
maka akan lebih 
mudah
untuk menegakkan diagnosis.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan
darah untuk 
menemukan
adanya toksin atau biakan contoh tinja untuk
menumbuhkan bakteri
penyebabnya.
Toksin juga dapat diidentifikasi dalam makanan yang
dicurigai.

Elektromiografi (pemeriksaan untuk menguji aktivitas
listrik dari otot)
menujukkan kontraksi otot yang abnormal setelah
diberikan rangsangan
listrik. Tapi hal ini tidak ditemukan pada setiap
kasus botulisme.

Diagnosis wound botulism diperkuat dengan ditemukannya
toksin dalam 
darah
atau dengan membiakkan bakteri dalam contoh jaringan
yang terluka.

Ditemukannya bakteri atau toksinnya dalam contoh tinja
bayi, akan
memperkuat diagnosis infant botulisme.



PENGOBATAN
Penderita botulisme harus segera dibawa ke rumah
sakit.
Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum
diperoleh hasil 
pemeriksaan
laboratorium untuk memperkuat diagnosis.

Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap
dilakukan:
- perangsangan muntah
- pengosongan lambung melalui lavase lambung
- pemberian obat pencahar untuk mempercepat
pengeluaran isi usus.

Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah
pernafasan. 
Tanda-tanda
vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan
suhu) harus 
diukur
secara rutin.
Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita
dibawa ke ruang 
intensif
dan dapat digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan
intensif telah
mengurangi angka kematian karena botulisme, dari 90%
pada awal tahun 
1900
sekarang menjadi 10%.
Mungkin pemberian makanan harus dilakukan melalui
infus.

Pemberian antitoksin tidak dapat menghentikan
kerusakan, tetapi dapat
memperlambat atau menghentikan kerusakan fisik dan
mental yang lebih
lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan
selama beberapa 
bulan.
Antitoksin diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan.
Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan
dalam waktu 72 jam
setelah terjadinya gejala.
Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi,
karena
efektivitasnya pada infant botulism masih belum
terbukti.



PENCEGAHAN
Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap
hidup selama 
beberapa
jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat
hancur dengan 
pemanasan,
Karena itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius
selama 30 menit, bisa
mencegah foodborne botulism.
Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu
dapat mencegah
terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang
tidak dimasak dengan
sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan
setelah dimasak, 
karena
bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah
3° Celsius (suhu
lemari pendingin).

Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum
disajikan. Makanan 
kaleng
yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang.
Bila kalengnya 
penyok
atau bocor, harus segera dibuang.
Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu
karena mungkin 
ada
spora di dalamnya.

Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui
saluran 
pencernaan,
udara maupun penyerapan melalui mata atau luka di
kulit, bisa 
menyebabkan
penyakit yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin
sudah tercemar,
sebaiknya segera dibuang.
Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu
mencuci tangan segera
setelah mengolah makanan 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke