thanks ya bu.

-----Original Message-----
From: Gopina Goham [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, January 17, 2007 4:51 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Ada yang punya Artikel ttg LUPUS


Selain AIDS yang pendatang baru, ada juga penyakit lama yang belum bisa
disembuhkan, yakni lupus. Penyakit yang dijuluki si Peniru Ulung ini
sering dikira penyakit lain. Kalau sedang aktif, tak kalah mengerikan
dibandingkan dengan AIDS. Wanita yang semula berparas cantik bisa
kehilangan kecantikannya.

lupus1.jpg (13461 bytes)
<http://www.indomedia.com/intisari/1998/september/images/lupus1.jpg>
Timbulnya ruam merah mirip kupu-kupu di wajah merupakan salah satu
gejala lupus. (Repro: Medstudent)

Kulit wajah di antara kedua pipi ditandai ruam merah yang bentuknya
menyerupai kupu-kupu. Di bagian tubuh lain muncul bercak-bercak merah
menyerupai cakram. Rambut rontok tak terkendali. Sariawan muncul di
dalam rongga mulut. Itulah sebagian gejala lupus, penyakit otoimun
kronis yang bisa menyebabkan peradangan di berbagai bagian tubuh,
khususnya pada kulit, persendian, darah, dan ginjal.

Nama ilmiahnya lupus eritematosus sistemik (LES). Namun, lebih sering
disebut lupus saja. Sedangkan penderitanya akrab disebut "odapus", orang
dengan lupus.

Menurut Robert G. Lahita, M.D., Ph.D, kepala bagian Rematologi dan
Penyakit Jaringan Konektif RS St. Luke/Roosevelt, Amerika Serikat,
penyakit yang tak ada hubungan saudara dengan tokoh Lupus rekaan Hilman
Hariwijaya dalam novel-novelnya ini, dibedakan jadi tiga tipe: lupus
yang menyerang kulit (discoid lupus), yang menyerang sistem dalam tubuh,
termasuk persendian dan ginjal (systemic lupus), dan lupus akibat
pemakaian obat tertentu.

Dari ketiganya, discoid lupus paling sering menyerang. Namun, systemic
lupus selalu lebih berat dibandingkan dengan discoid lupus, dan dapat
menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan
persendian yang diserang. Meskipun begitu, pada orang lain bisa merusak
persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau jaringan lain.
Sedangkan lupus akibat pemakaian obat umumnya berkaitan dengan pemakaian
obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati
detak jantung yang tidak teratur). Hanya saja, cuma 4% dari orang yang
mengkonsumsi obat-obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus.
Dari 4% itu pun sedikit sekali yang kemudian menderita lupus.

Sampai sekarang, penyakit ini belum bisa disembuhkan atau dicegah. Yang
bisa baru sebatas menghilangkan gejalanya. Caranya dengan mengkonsumsi
obat-obatan seumur hidup, menjalani pola hidup tertentu, dan menghindari
stres.

Sistem kekebalan jadi liar
Lupus sebenarnya telah dikenal lebih kurang seabad lalu. Mula-mula lupus
kala itu dikira akibat gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang
menyebabkan penyakit ini kemudian disebut lupus yang berarti anjing
hutan dalam bahasa Latin. Dalam perkembangan selanjutnya, lupus menyebar
ke seluruh organ di dalam tubuh. Maka muncullah sebutan LES itu.

Menurut dr. Heru Sundaru dari Sub Bagian Alergi-Imunologi, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, dalam
seminar Penyakit Lupus dan Wanita yang diselenggarakan Yayasan Lupus
Indonesia pada Juni 1998, penyebab lupus belum diketahui dengan pasti.
Selain faktor keturunan, faktor lingkungan seperti infeksi virus, cahaya
matahari, dan obat-obatan, diduga ikut berperan dalam timbulnya gejala.

lupus.jpg (15143 bytes)
<http://www.indomedia.com/intisari/1998/september/images/lupus.jpg>
Robert mengungkapkan, ada 10% penderita lupus memiliki keluarga dekat
yang telah atau memiliki kemungkinan menderita lupus. Statistik juga
menunjukkan, ada 5% anak yang dilahirkan odapus bakal memiliki
kemungkinan menderita penyakit ini.

Meski lebih sering menyerang kaum wanita, terutama yang berusia dua
puluhan tahun, "Tapi pria kemungkinan juga bisa terkena lupus," jelas
dr. Heru. Hasil survai yang dikutip dokter spesialis penyakit dalam itu
menunjukkan, pada usia subur perbandingan wanita dan pria penderita
lupus 10 : 1. Di RSCM perbandingannya 17 : 1.

Tingkat "keganasan" lupus juga berbeda menurut ras. Survai di AS
menunjukkan, di antara 2.000 penduduk kulit putih ditemukan satu
penderita. Sedangkan pada penduduk berkulit hitam dan keturunan Asia,
frekuensinya lebih tinggi.

Lupus diketahui sebagai penyakit otoimun, penyakit yang muncul lantaran
sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, yang justru mengganggu
kesehatan tubuh. Di dalam tubuh manusia selalu ada sistem kekebalan
tubuh, yang terdiri atas zat anti dan sel darah putih. Sistem imun ini
bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen (musuh berupa
bakteri, virus, mikroba lain). Pada lupus, oleh sebab yang belum
diketahui, zat anti dan sel darah putih tadi justru menjadi liar dan
menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya, organ-organ tubuh
menjadi rusak dan gejala lupus pun muncul.

Perusakan jaringan tadi terjadi dengan dua cara. Zat anti langsung
menyerang sel jaringan tubuh. Atau, zat itu masuk aliran darah dan
bertemu antigen, lalu berkoalisi membentuk kompleks imun. Kompleks ini
tetap ikut aliran darah sebelum tersangkut di pembuluh darah kapiler
organ tertentu. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dieliminasi oleh
sel-sel radang.

Sebaliknya, dalam keadaan tidak normal kompleks itu tidak dapat
dihilangkan dengan baik dan sel-sel radang sebaliknya malah bertambah
banyak sambil mengeluarkan enzim yang menimbulkan peradangan. Bila
peradangan berlanjut, organ tubuh akan rusak, fungsinya terganggu
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Diduga, sinar matahari maupun
hormon estrogen mempermudah terjadinya reaksi otoimun.

Positif lupus, empat kriteria
Gejala penyakit ini dibedakan atas gejala umum dan gejala pada organ
tertentu. Gejala umum yang sering ditemukan di antaranya, penderita
sering merasa lemah, kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal.
Gejala ini muncul ketika lupus sedang aktif dan menghilang ketika tidak
aktif.

Organ-organ tubuh yang biasanya menunjukkan adanya lupus sangat banyak,
dari kulit, ginjal, jantung, hingga otak. Pada kulit gejalanya berupa
ruam merah berbentuk mirip kupu-kupu di kedua pipi. Di bagian tubuh
lainnya terdapat bercak merah berbentuk cakram dan terkadang bersisik.
Kerontokan rambut dan sariawan merupakan gejala lain pada kulit. Kalau
dilihat secara utuh, penderita lupus dengan gejala-gejala tadi akan
tampak mirip monster.

Pada dada timbul rasa sakit yang menimbulkan gangguan pernapasan. Bila
jantung atau paru-paru terserang, penderita akan merasakan jantung
berdebar atau sesak napas. Bila jantung mengalami kelainan lanjutan,
kaki menjadi bengkak. Pada sistem otot gejala yang dirasakan penderita
adalah rasa lemah atau sakit di otot. Pada pesendian akan dirasakan
sakit, baik dengan ataupun tanpa pembengkakan dan kemerahan. Pada darah
terjadi penurunan jumlah sel darah merah, putih, dan sel pengatur
pembekuan darah.

Sedang pada saluran pencernaan muncul gejala sakit perut, mual, muntah,
diare, atau sukar buang air besar. Pada ginjal terjadi gangguan fungsi
yang mengakibatkan tidak dapat dikeluarkannya racun hasil metabolisme
dan banyaknya kandungan protein dalam urine. Pada sistem saraf timbul
gangguan pada otak, saraf sumsum tulang belakang dan saraf tepi, yang
mengakibatkan pusing atau kejang. Bahkan, bisa sampai menimbulkan stroke
dan gangguan jiwa, meskipun ini jarang terjadi.

Menurut dr. Heru, pada 1971 untuk bisa menentukan seseorang terserang
lupus setidaknya diperlukan 14 kriteria. Pada 1982 kriteria itu menjadi
11. Sekarang, diperlukan hanya empat kriteria. "Tapi bukan berarti kalau
ada tiga kriteria bukan lupus. Tiga kriteria saja sudah bisa menunjukkan
kemungkinan adanya penyakit lupus," tambah dr. Heru. Bahkan, bila
menunjukkan gejala pada dua atau lebih organ atau sistem tadi, seseorang
harus diwaspadai menderita lupus.

Gejala lupus sering menyerupai penyakit lain, sehingga penyakit ini
sering dijuluki Si Peniru Ulung. "Karena itu kita harus hati-hati dalam
menginterprestasikan hasil pemeriksaan," jelas dr. Heru. Bisa saja
dokter menduga pasiennya terserang sifilis, batu ginjal, atau rematik,
seperti yang dialami Tiara Savitri, penderita lupus yang kini menjadi
Ketua Yayasan Lupus Indonesia. Bahkan, menurut Robert, tidak akan ada
dua penderita systemic lupus memiliki gejala yang sama. "Tipu daya"
macam itu tidak jarang menyebabkan dokter maupun penderita frustasi
akibat penyakitnya tak kunjung membaik.

Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti diperlukan pemeriksaan
darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi-antibodi yang
muncul ketika lupus sedang aktif.

Hamil boleh, tapi direncanakan
Meski masih belum bisa disembuhkan, odapus tetap bisa mendapatkan
pengobatan agar bisa hidup lebih lama seperti orang sehat. Pengobatan
ditujukan untuk menghilangkan gejala lupus yang ada. Pengobatan juga
perlu didukung perubahan pola hidup, pengendalian emosi, pemakaian obat
secara tepat, dan pengaturan gizi seimbang.

Menurut dr. Harry Isbagyo, SpPD, KR, dari Sub Bagian Reumatologi, Bagian
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM, dalam proses pengobatan pasien mesti
dievaluasi minimal tiga bulan sekali, tergantung status kesehatannya.
Tujuannya, mengevaluasi aktivitas penyakit dan menentukan pengobatan
selanjutnya. "Penyakit ini berlangsung lama, bisa bertahun-tahun. Jadi
harus sabar dalam menjalani pengobatan," jelas dr. Harry.

Penderita memerlukan program pengaturan lama beraktivitas dan lama
tidur. Menurut dr. Harry, bagi odapus, kecapekan dan stres berat
merupakan penyebab tercetusnya gejala lupus. Karena itu, hidup teratur
merupakan keharusan. "Olahraga juga boleh. Tapi jangan dipaksakan,
misalnya jangan dilakukan pada siang hari saat matahari sudah kuat,"
tambah dr. Heru.

Meski tidak semua odapus sensitif terhadap sinar matahari, mereka
dianjurkan menghindari paparan sinar matahari secara langsung untuk
waktu lama karena kekambuhan penyakit sering terjadi setelah terpapar
sinar ultraviolet. Dr. Heru menganjurkan penderita keluar rumah hanya
sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Ketika keluar rumah,
penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari
sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar. Dr. Harry
juga menyarankan penderita mengenakan pakaian yang tepat.

Menurut dr. Harry, penderita perlu segera mencari pertolongan medis bila
timbul gejala panas tanpa diketahui penyebabnya. Bila hendak mendapat
berbagai tindakan medik, macam pengobatan gigi, tindakan terhadap
saluran kemih dan kandungan, atau tidakan bedah lainnya, penderita perlu
berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan antibiotika pencegahan.
Bila penderita terserang pada organ utama, seperti ginjal, paru,
jantung, dsb., penyakitnya sedang aktif, atau dalam pengobatan dengan
obat-obatan imunsurpresif, dia sebaiknya dicegah dari kehamilan.

"Penderita yang penyakitnya sedang aktif, jarang sekali bisa hamil.
Kalaupun bisa hamil biasanya akan menimbulkan keguguran. Karena itu,
kalau berhasil hamil sebaiknya penyakitnya selalu dikontrol," tegas dr.
Harry. Namun dokter ini juga mengingatkan bahwa yang terbaik adalah
kehamilan terencana. Artinya, selama penyakitnya aktif, kehamilan
dihindarkan dan pengobatan dilakukan secara intensif. Odapus dianjurkan
menghindari kontrasepsi yang mengandung estrogen. Setelah penyakitnya
teratasi, barulah merencanakan kehamilan.

Dalam pengobatan lupus, ada dua kategori obat yang digunakan, yakni
golongan kortikosteroid dan golongan selain kortikosteroid. Golongan
kortikosteroid merupakan obat utama penyakit lupus. Untuk kelainan kulit
diberikan dalam bentuk topikal (salep, krem, atau cairan). Untuk lupus
ringan digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet dosis rendah. Bila
lupus sudah dalam kondisi berat, digunakan kortikosteroid dalam bentuk
tablet atau suntikan dosis tinggi. "Kalau sudah menyerang otak,
misalnya, dosisnya bisa sampai 1.000 mg per hari," jelas dr. Harry.
Setelah kondisinya teratasi, dosis diturunkan sampai dosis terendah yang
dapat mencegah kambuhnya penyakit.

Obat golongan bukan kortikosteroid biasanya merupakan pelengkap obat
kortikosteroid. Di antara obat golongan ini adalah antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak sendi; obat
antimalaria (kloroquin/resochin, dihidroksi kloroquin/plaquenil) untuk
mengatasi gejala penyakit pada kulit, rambut, nyeri otot dan sendi,
bahkan untuk odapus dengan gejala ringan; dan obat imunosupresif macam
siklofostamid untuk kondisi yang disertai gangguan ginjal, azatioprin
yang merupakan obat pendamping kortikosteroid agar kebutuhan
kortikosteroid dapat dikurangi, dan klorambusil.

Penggunaan obat-obat tadi mesti dengan pertimbangan matang mengingat
efek sampingan yang ditimbulkan. Obat kortikosteroid, misalnya, bisa
memberi efek sampingan berupa wajah membulat (moonface), penyakit
cushing, osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi, gangguan lambung,
dsb. OAINS menimbulkan gangguan lambung, ginjal, darah, dsb. Obat
antimalaria memberi dampak gangguan penglihatan akibat deposit di kornea
mata dan retinopati. Sedangkan imunosupresif memberi efek sampingan
berupa mual atau muntah, gangguan darah, ginjal, dan mudah terkena
infeksi.

Meski efek sampingan tak dapat dihindarkan (yang bisa hanya mengurangi),
pengobatan mesti dilakukan. "Pencegahan penyakit ini belum bisa
dilakukan karena penyebab pastinya saja belum diketahui," ungkap dr.
Heru. Meski begitu, kalau sudah positif terkena lupus, segala upaya
mesti tetap dilakukan agar penderita bisa menikmati hidup dengan baik.
"Odapus bisa bertahan lebih lama dengan penggunaan obat secara
terkontrol," tegas dr. Harry. "Yang penting adalah dosisnya. Dosis
dipilih seringan mungkin," tambahnya.

Kini, angka harapan hidup penderita lupus sudah termasuk sangat tinggi.
Di AS dan Eropa, kalau pada tahun 1955 harapan hidup penderita lupus
dalam waktu lima tahun kurang dari 50%, maka pada tahun 1991 telah
mencapai 89 - 97%. Bahkan, harapan hidup 10 tahun telah mencapai 83 -
93%. Semuanya lantaran adanya cara-cara diagnosis lebih dini dan metode
pengobatan lebih baik. (Gde)



On 1/17/07, Agus Susanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Dear Parents,
>
> Ada yang masih nyimpen atau punya artikel yang mengupas tuntas tentang
> penyakit Lupus, klo ada
> tolong dishare donk urgent nih, soalnya sodaraku sudah ada yg di vonis
> dokter positif terkena
> penyakit ini, klo ada yg lengkap beserta penanggulangan / Dokter / RS yg
di
> recommended.
>
> Thanks ya sebelumnya,
>
> Best Regards,
>
> Agus Susanto
>
>
> --------------------------------------------------------------
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke