Hi all,

Cuma drop info dari salah satu majalah bulanan... (maaf untuk yang sudah
baca)

happy reading :)
Sylvia - mum to Jovan & Rena

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

JADILAH PASIEN YANG CERDAS!

Sumber Artikel: Reader's Digest Indonesia – Edisi January 2007

Pasien yang cerdas tidak menggantungkan nasib mereka di tangan orang
lain.  Mereka rajin bertanya, mencari tahu, dan meminta pendapat ahli
mengenai masalah kesehatan.  Inilah delapan tip dari delapan ahli untuk
menjadikan kita pasien yang lebih cerdas.

1. TAK PERLU RAMAI
(dr. Handrawan Nadesul, dokter umum dan pengasuh rubrik kesehatan di
berbagai media)

Umumnya kita baru mempercayai seorang dokter bila melihat daftar tunggu yang
panjangnya bermeter-meter.'Dokter ini bagus karena pasiennya banyak',
mungkin itu pemikiran kita.  Ternyata mendapatkan seorang dokter ternama
dengan jumlah pasien yang berlebihan tidak selalu berarti benar.

Bayangkan jika seorang doter harus memeriksa hampir 100 pasien dalam sehari,
pasti dia tidak lagi dapat melakukan anamnesis (wawancara) dengan penuh
perhatian.  Padahal kegiatan anamnesis harus dilakukan dengan khusuk, sabar
dan cermat sehingga membutuhkan waktu yang cukup banyak.  Dokter sebrilian
apa pun tidak dapat melakukan kerja dengan baik bila dituntut untuk bekerja
melebihi kemampuan fisik dan mentalnya.

Oleh karena itu pilihlah dokter yang memiliki sedikit pasien karena tentuny
dia akan memeriksa kita dengan lebih telaten.  Saat menderita penyakit yang
tidak membutuhkan dokter spesialis, carilah dokter yang tidak memiliki
daftar tunggu yang panjang sehingga kita bisa langsung ditangani.  Misalnya,
bila kita sedang mengandung kita membutuhkan seorang dokter yang siap sedia
di tempat, bukan yang sedang sibuk mengurusi pasien lain, bukan?

2. APA YANG HARUS DILAKUKAN DENGAN HASIL TES
(dr. Yusfa Rasyid, dokter spesialis kandungan RS. YPK, Jakarta)

Kebanyakan pasien tidak tahu ap ayang harus dilakukan dengan hasil tes
merkea.  Biasanya, setelah mendapatkan hasil laboratorium, pasien langsung
melupakannya.  Padahal itu salah.
Tidak banyak pasien yang menyadari bahwa semua hasil pemeriksaan penunjang,
seperti tes darah, tes urine dan rontgen, adalah milik sang pasien, jadi
mereka punya hak untuk memilikinya.  Mintalah hasil tes itu!

Memiliki salinan hasil tes dapat membantu kita mencari pendapat kedua dari
dokter lain mengenai penyakit yang kita derita.  Selain itu, bila kita akan
berpindah dokter, arsip dari hasil tes yang pernah dijalani akan membantu
doter baru kita memahami sejarah kesehatan kita.

3. AYO, BERCERITA
(drg. Djauhar Harini, Kepala Puskemas I, Bantul)

Anamnesis adalah hal yang pertama kali dilakukan dokter untuk menemukan
masalah kesehatan sang pasien.  Dalam anamnesis, dokter akan menggali
keterangan sehubugan dengan gejala yang dialami pasien.  Sebagai seorang
pasien yang cerdas, baiknya dipersiapkan apa yang akan dikatakan di
pertemuan awal dengan sang dokter.

Bercerita dengan lengkap adalah awal yang baik dalam menghadapi
dokter.  Untuk mendapatkan cerita yang detail, biasanya para dokter akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada kondisi dan gejala
yang dialami pasien.  Untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan tsb.,  ada
baiknya bila pasien datang dalam keadaan siap untuk ditanyai.  Persiapkanlah
catatan kecil mengenai informasi detail yang mungkin nanti akan ditanyakan
dokter.  Informasi mengani gejala awal dan apa yang dirasakan saat diperiksa
ditambah beberapa detail, seperti makanan yang dimakan sebelum mengalami
gejala, tempat mana saja yang dikunjungi sebelum mengalami gejala,
orang-orang yang ditemui sebelum menderita gejala tsb., perlu diceritakan
untuk membantu dokter memberikan diagnosis yang tepat.

4. MINTALAH RENCANA PERAWATAN
(dr. Ali Nurrahman, kepala kesehatan perusahan pertambangan minyak
multinasional, Jakarta)

Dari pengalaman sebagai dokter, sering kali ditemukan pasien yang gemar
berpindah-pindah dokter.  Alasannya sederhana saja, sang pasien kurang
merasa 'sreg' dengan sang dokter.  Rasa tidak cocok ini kemungkinan besar
karena antara dokter dan pasien tidak ada pembahasan mengenai rencana
perawatan.

Apa itu rencana perawatan?  Banyak pasien yang tidak tahu apa rencana
perawatan itu, sehingga dia tidak menanyakannya pada sang dokter.  Rencana
perawatan atau 'treatment plan' adalah informasi mengenai rencana
pengobatan, lama pengobatan, obat-obatan yang digunakan, estimasi biasaya
pengobatan dan pengaruh obat tsb. pada tubuh selama pengobatan.

Informasi mengenai rencana pengobatan ini bisa didapatkan dengan jalan
bertanya.  Pasien yang cerdas akan menanyakan hal ini kepada dokternya,
karena dengan mendapat informasi mengenai rencan perawatan, pasien akan
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya
selama dalam perawatan dokter.

Kondisi pasien dan dokter yang saling berbagi informasi ini akan membuahkan
rasa nyaman selama perawatan, sehingga meminimalisir rasa tidak nyaman
pasien dengan dokternya.

5. BERTEMANLAH DENGAN APOTEKER
(Nina Maulani, S.F., APT., Apoteker)

Jarang sekali orang berhubungan dengan apoteker. Biasanya mereka hanya
datang, mengambil obat, dan bertanya bila ada sesuatu yang tidak mereka
mengerti petunjuk di label obat.

Padahal, berkonsultasi dengan apoteker mengenai obat yang akan dimakan
penting sekali.  Dari apoteker, pasien bisa tahu efek samping obat.  Selain
itu, apoteker dapat membantu pasien bila obat yang tertera di resep tidak
termasuk dalam merek yang ditanggung asuransi kesehatan pasien.  Apoteker
dapat mengganti obat tsb. dengan obat yang sama, namun dikeluarkan perusahan
farmasi yang berbeda – yang ditanggung asuransi kesehatan.

Konsultasikan dengan apoteker, tanyakan hal-hal yang mengganggu pikiran
kita, efek samping obat yang kita konsumsi, obat generik yang kita beli,
sampai obat apa yang sering dibeli orang untuk penyakit tsb.  Tentu para
apoteker akan senang menjawab pertanyaan dan menghilangkan kebingungan akan
obat yang kita makan.

6. BILA HARUS DIOPERASI
(dr. Ario Djatmiko, Dokter Spesialis Bedah RS Onkologi, Surabaya)

Operasi adalah sebuah pilihan!  Biasanya pasien melupakan hal itu.  Banyak
yang berpikir bahwa operasi adalah harga mati, padahal operasi adalah hak
pasien.  Dengan hak itu, pasien memiliki kewajiban untuk bertanya, dan
segala pertanyaan itu harus dijawab dokter.
Pengetahuan dasar yang patut diketahui pasien sebelum memutuskan untuk
memilih operasi adalah mengenai tujuan, risiko, biaya, efek samping dari
operasi, sampai alternatif di luar operasi.

Memilih tempat untuk melakukan operasi juga harus diperhatikan bila
alternatif melakukan operasi diambil pasien.  Hampir semua RS besar mampu
melakukan operasi. Memilih tempat operasi perlu memerhatikan penyakit yang
diderita sang pasien.  Bila penyakitnya termasuk penyakit umum, seperti
opearsi tulang dan usus buntu, baiknya di RS umum saja.  Namun bila penyakit
yang dideritanya bersifat khusus, seperti kanker dan jantung, baiknya
dipilih RS yang bersifat 'carve out organization' – RS yang memiliki
subsistem khusus untuk menangani penyakit tsb.  Hal ini karena penanganan
penyakit yang khusus memerlukan sebuah tim dokter yang multi disiplin.

Memperhatikan kedua hal tsb. di atas, dan juga aktif bertanya kepada dokter
mengenai operasi yang akan dijalani, membuat pasien menjadi seorang pasien
yang cerdas.

7. KENALI DOKTER ANASTESI
(dr. Bambang Tutuko, SPAN KIC, Sekretaris Jendral Perhimpunan Dokter
Spesialis Anestesi Indonesia (IDSAI))

Dokter anastesi baru muncul dalam perawatan kesehan bila seorang pasien
memerlukan pembiusan dalam operasi yang besar.  Sedangkan dalam operasi yang
kecil, pembiusan langsung dilakukan dokter yang melakuka operasi tsb.

Dalam proses pembiusan, seorang dokter anastesi membutuhkan pengetahuan yang
menyeluruh dan mendalam mengenai kondisi pasien yang akan
dibiusnya.  Kondisi-kondisi khusus pasien, seperti tekanan darah tinggi,
penyakit gula, alergi obat, sejarah penyakit keluarga, menjadi sangat
penting untuk diketahui dokter anastesi, padahal tidak semua kondisi tsb.
tertera di catatan medis.  Pada saat itulah diperlukan komunikasi antara
dokter anastesi dengan pasien.

Selain untuk mendalami kondisi pasien, proses komunikasi yang baik antara
pasien dan dokter anastesi juga dapat membangun kepercayaan.  Hal ini pada
akhirnya akan mendukung kelancaran proses pengobatan dan penyembuhan pasien.

8. JAGALAH DIRI BILA HARUS RAWAT INAP
(Sr. Constansia, CB, Wakil Direktur Keperawatan RS Panti Rapih, Yogyakarta)

Masalah keamanan adalah salah satu hal yang penting untuk diperhatikan bila
seorang pasien harus berada di RS untuk rawat inap.

Barang berharga, seperti perhiasan, sebaiknya tidak dibawa.  Bila membawa
benda-benda pribadi, sebaiknya diletakkan di tempat yang aman, seperti di
laci terkunci, atau tempat yang tidak terlihat oleh orang lain.  Upaya
menjaga keamanan ini dilakukan karena banyak sekali orang yang datang pada
jam menjenguk, sehingga pengawasan tidak dapat ditangani RS.
Selain masalah keamanan, seorang pasien yang cerdas harus kritis dan
perhatian terhadap kondisinya sendiri.  Periksalah infus, kateter dan
selang-selang yang ada di tubuh kita, dan langsung panggil suster jaga bila
merasa ada masalah.  Jangan jadi pasien yang pasif, bertanyalah bila kita
tidak mengerti apa yang sedang terjadi.  Selain itu, mintalah informasi akan
setiap obat yang kita minum ke pada suster yang bertugas.

Meminta orang untuk mendampingi di RS juga merupakan tindakan yang
cerdas.  Kondisi seorang pasien yang tidak sehat butuh didampingi orang
terdekatnya, seperti keluarga atau sahabat, yang mampu membantu pasien
mengambil keputusan, dan beranggung jawab akan sang pasien di RS.

Kirim email ke