Dibantu juga ya, pak.. spy komplit infonya dari milis ayahbunda.
Bagaimana jadwalnya?
Imunisasi IPD pada usia (1):
* < 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan (booster) pada usia 12 - 15 bulan. ==> 4 kali
* 6 - 12 bulan diberikan dasar 2 kali, dan penguat seperti diatas ==> 3 kali
* 12 - 24 bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. ==> 2 kali
* > 24 bulan. Diberikan 1 kali ==> 1 kali

Apa nama vaksin IPD?
Ada dua jenis yang sudah beredar, dan ada yang dalam pengembangan/penelitian.

* Prevenar atau PCV 7 (diseluruh dunia sama mereknya): berisi 7 serotype (4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F and 23F). Bisa diberikan pada
sejak bayi usia 2 bulan. Harganya relatif mahal.

* Pneumo23: berisi 23 serotype:1,2,3,6B,7F,8,9N,9V,10A,11A,12F,14,15B,17F18C,19A,19F,20,22F,23F,33F
, diberikan pada anak berusia lebih dari 2 tahun. Harganya lebih murah

* Sedang dikembangkan vaksin baru berisi 9 serotype (prevenar ditambah serotype 1 dan 5, yang banyak menimbulkan pneumococcus disease di negara berkembang). Diharapkan ijinnya akan keluar 2-3 tahun lagi. (Produksi Wyeth)

* Sedang dikembangkan juga vaksin berisi 11 serotype (produksi GSK dan Sanofi-Pasteur).

Ada keuntungan lain dalam penelitian vaksin produksi baru ini bahwa:
In addition, an unexpected benefit of vaccination (9 serotype
vaccine) was the decrease of symptomatic pneumonia cases associated
with a viral infection, whether influenza virus or one of the
paramyxoviruses.

(WHO: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs289/en/)Apa efek samping vaksinasi ini?
Menurut labelnya, efek samping yang sering terjadi (Very common)
pada pemberian prevenar pada saluran pencernaan adalah diare dan
muntah.

Menurut artikel oleh dokter Sukman Tulus Putra: Reaksi terhadap
vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam ringan < 38 derajat
Celcius, rewel, mengantuk (drowsy), dan beberapa reaksi ringan
lainnya yang biasa ditemui pada pemberian berbagai jenis vaksin.

Dalam praktek, salah seorang dokter di milis sehat(1) menyampaikan:
dari 20 an kasus, 5-8 pasien menelefon dan mengatakan panas tapi
tidak tinggi (<38). Ada 1 pasien yang nafsu makannya menurun dan
panasnya > 38. Belum ada yang mengeluh diare dan muntah.

Apa yang perlu diperhatikan?
Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT),
maka tidak diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi),
karena dalam Prevenar ada kandungan varian dari Diphteria toxin
(sebagai protein-carrier).

Pemberian imunisasi IPD tidak menghapus jadwal imunisasi yang lain
(seperti HiB, tetap seperti jadwalnya, karena bakteri penyebabnya
berlainan jenis).

Apa ada yang perlu diperhatikan?
Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT),
maka tidak diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi),
karena dalam Prevenar ada kandungan varian dari Diphteria toxin.

Apa kendalanya?
Harga vaksinasi masih relatif tinggi. Dilaporkan berkisar 850-950
ribu rupiah (Prevenar).

WHO menyebutkan:
A vaccine providing effective protection against pneumococcal
disease for
young children in developing countries may be ready for use in 2008-
2009,
and could be introduced in such countries provided adequate supply
and
financial help are arranged.

Apakah benar-benar diperlukan di Indonesia?

Menurut WHO:
It can be difficult to establish the extent of pneumococcal disease
as developing countries often lack the clinical and laboratory
facilities, the expertise, and the resources to do so. As a result,
public health decision-makers are often unaware of the prevalence of
the disease and of the toll it exacts in death and disability.
Because of the scarcity of data from developing countries, there is
concern over whether the seven-and nine-valent vaccines contain the
serotypes appropriate for all countries. Concerns remain - although
results to date are encouraging - that prevention of some serotypes
of pneumococcal disease may lead to increased incidence of other
serotypes. The price of the vaccine, although still to be set for
developing countries, may be too high for them to afford without
special financing arrangements.

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(2):
Sebenarnya masih ada pertanyaan apakah serotype yang digunakan pada
Prevenar
sesuai dengan serotype di Indonesia. Karena itu baru akan dilakukan
penelitian. Kalau misalnya lebih spesifik dan lebih sedikit
jumlahnya, mungkin bisa diproduksi dengan harga lebih murah.

Menurut informasi dari seorang SpA(3):
Sakit IPD-nya sudah jelas ada, hanya soal apa serotypenya. Pemilihan
7 serotype ini didasarkan pada pemberian di Malaysia, Singapura,
Philiphina dan Australia yang dianggap berdekatan dan memiliki ciri
geografis seperti Indonesia.

Saat ini yang sudah diteliti ada di tiga tempat: Jakarta (3),
Bandung (4) dan Mataram (5). Dari ketiganya, baru Mataram yang sudah
diketahui serotypenya. Tahun ini akan dilakukan penelitian multi-
senter di 5 tempat, untuk memastikan jenis serotype-nya. Hasilnya
mungkin baru tahun depan diketahui dengan pasti.

Keterangan:
1: dr. JS Wibisono, SpA
2: dr. Purnamawati, MMPed. SpA(K)
3: Prof. Hardiono Pusponegoro, SpA(K)
4: Prof. Cissy Kartasasmita, SpA(K)
5: Prof. Soewignyo, SpPD(K)----- Original Message ----- From: "Irma Sri Aryani" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Thursday, January 18, 2007 3:36 PM
Subject: RE: [balita-anda] Balasan: Re: [balita-anda] Balasan: Re: [balita-anda] Perkenalan


Coba bantu ya, ini ada artikel dr BA juga...

http://www.republika.co.id/kirim_berita.asp?id=232300&kat_id=105&edisi=Cetak

Waspadai Penyakit IPD Pada Anak
(jar )
Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia dua
tahun pernah menjadi carrier bakteri pneumokokus di dalam saluran
pernapasan mereka.

Sampai saat ini sebagian besar masyarakat belum mengenal dan memahami
penyakit invasive pneumococcal disease (IPD) pada anak, khususnya anak
berumur di bawah dua tahun. Padahal penyakit ini bisa mengakibatkan
kematian dan kecacatan.

Ahli respirologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
(Unpad)/RS Hasan Sadikin Bandung, Prof Dr Cissy B Kartasasmita PhD MSc SpA
(K), menjelaskan, IPD adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
bakteri pneumokokus (Streptococcus pneumoniae). Ini berupa serangan
infeksi yang secara cepat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak
(invasive), seperti infeksi selaput otak (meningitis) atau biasa disebut
radang otak.

Menurut Cissy, apabila bakteri pneumokokus masuk dalam sirkulasi darah
(disebut bakteremia), maka ia akan menyebabkan berbagai gangguan organ
tubuh (disebut sepsis). Akhirnya ini bisa menimbulkan kegagalan fungsi
organ (multi organ failure).

''Bakteri pneumokokus juga bisa menimbulkan penyakit secara lokal atau
non-invasive, seperti infeksi telinga tengah atau otitis media, infeksi
atau radang paru yang disebut pneumonia dan sinusitis,'' ungkapnya pada
seminar media yang diselenggarakan PT Wyeth Indonesia, beberapa hari lalu
di Jakarta.

Menurut data WHO, lanjut Cissy, setidaknya dilaporkan satu juta anak di
bawah usia lima tahun meninggal setiap tahun akibat infeksi pneumokokus,
terutama yang menyebabkan pneumonia. Gejala pneumonia di antaranya napas
cepat, sesak, nyeri dada, menggigil, batuk dan demam.

Otitis media adalah infeksi bakteri pada telinga tengah yang dapat
menyertai infeksi saluran pernapasan. Gejalanya antara lain nyeri telinga,
demam, rewel, dan gangguan pendengaran sementara. Infeksi telinga tengah
cenderung terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak sehingga bisa menyebabkan
gangguan pendengaran yang menetap dan mengalami keterlambatan bicara.

''Gejala bakterimia pada bayi kadang-kadang sulit diketahui karena pada
awalnya dapat serupa dengan infeksi virus biasa, seperti bayi menderita
demam tinggi dan rewel terus-menerus diikuti dengan atau tanpa infeksi
saluran pernapasan,'' jelas anggota satgas imunisasi Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) ini.

Bayi carrier
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga itu
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang sering kali menyerang anak di
bawah usia dua tahun.

Gejala meningitis di antaranya demam tinggi, nyeri kepala hebat, mual,
muntah, diare, leher kaku, dan takut pada cahaya (photophobia). Bayi
rewel, tampak lemah dan lesu (lethargic), menolak makan, dan pada
pemeriksaan teraba ubun-ubun menonjol, serta dapat terjadi penurunan
kesadaran dan kejang.

''Meningitis karena bakteri pneumokokus dapat menyebabkan kematian pada 17
persen penderitanya hanya dalam waktu 48 jam. Dan apabila sembuh, sering
kali meninggalkan kecacatan permanen, misalnya gangguan pendengaran dan
saraf seperti gangguan motorik, kejang, keterbelakangan mental, dan
kelumpuhan,'' Cissy menjelaskan.

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi dan anak di bawah usia
dua tahun pernah menjadi pembawa (carrier) bakteri pneumokokus di dalam
saluran pernapasan mereka. Karena itu, lanjut Cissy, bayi baru lahir
hingga usia dua tahun berisiko terkena penyakit IPD. Bakteri ini menyebar
di udara saat seseorang bersin atau batuk.

Ada beberapa lokasi yang berpotensi bagi penyebaran bakteri pneumokokus,
yaitu interaksi antara anak dan manula yang mengidap penyakit ini secara
terus-menerus, antar bayi dan anak di tempat-tempat umum, kendaraan umum,
lingkungan tetangga, tempat penitipan anak (TPA), dan kelompok bermain
(playgroup).

Vaksinasi
Ahli infeksi dan penyakit tropik anak FK UI/RSCM, Prof Dr dr Sri Rezeki S
Hadinegoro SpA (K), mengatakan pengobatan IPD semakin dipersulit dengan
adanya peningkatan bakteri pneomokokus terhadap beberapa jenis antibiotik,
infeksi bakteri yang sangat cepat dan merusak organ tubuh dan sistem
saraf, serta meninggalkan kecacacatan permanen yang akan menurunkan
kualitas hidup anak sepanjang usianya.

''Karena itu kami sangat merekomendasikan upaya preventif sedini mungkin
dengan pemberian vaksin pneumokokus kepada bayi dan anak di bawah usia dua
tahun,'' ujarnya.

Badan POM, sebagai lembaga yang mengeluarkan izin edar, telah menyetujui
vaksin untuk mencegah IPD kepada bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Vaksin pneomokokus diberikan dengan jadwal pemberian empat kali pada usia
2, 4, 6, dan antara 12 hingga 15 bulan. Dalam hal ini, orang tua bisa
berkonsultasi dengan dokter spesialis anak mengenai jadwal pemberian
vaksinasi yang tepat sesuai usia dan kondisi kesehatan anaknya.




Program Protect The Children

Dalam rangka melindungi anak dari kemungkinan terserang penyakit invasive
pneumococcal disease (IPD), PT Wyeth Indonesia bekerja sama dengan satgas
imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI)
meluncurkan program Protect The Children, Don't Take Risk, Vaccinate Now.

Ketua PP IDAI, Dr Sukman Tulus Putra SpA (K) FACC FESC, mengungkapkan
program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada
pentingnya melindungi anak-anak dari infeksi penyakit berbahaya melalui
vaksinasi. ''Masyarakat belum banyak mengetahui tentang penyakit IPD yang
sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan baik,'' katanya.

Penyakit IPD, menurut Sukman, sebenarnya dapat dicegah efektif dengan
pemberian vaksinasi seperti penyakit-penyakit infeksi lainnya. ''Tugas
kita semua untuk melindungi anak-anak. Bagaimanapun juga mencegah lebih
baik daripada mengobati,'' ujarnya.

Sementara itu, Dr Helena Rahayu, pharma director PT Wyeth Indonesia,
menyatakan orang tua harus waspada dan menyadari bahwa penyakit IPD
merupakan jenis penyakit yang berbahaya, yang bisa menyerang bayi dan anak
di mana pun dan kapan pun. Karena itu, tindakan pencegahan sangat penting.


''Sebagai perusahaan yang berpengalaman di bidang nutrisi dan farmasi yang
berbasis teknologi dan riset, Wyeth berkomitmen pada peningkatan kualitas
kesehatan dan tumbuh kembang anak. Salah satu terobosan teknologi yang
kami lakukan adalah dengan menciptakan vaksin 7-valent Pneumococcal
Conjugate Vaccine atau 7vPCV. Vaksin ini bisa mencegah IPD pada bayi dan
anak di bawah usia dua tahun,'' ujarnya



-----Original Message-----
From: Sandy Nugraha [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, January 18, 2007 3:25 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Balasan: Re: [balita-anda] Balasan: Re:
[balita-anda] Perkenalan


Bunda Salwaa,
 thanks atas tips nya, akan saya coba mudah-mudahan berhasil
 kalau hari minggu saya sediakan waktu saya full untuk anak istri
 saya pernah dengar ada imunisasi IPD , anak saya kebetulan
 belum pernah imunisasi IPD , mungkin ada yang bisa bantu menerangkan





--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke