utk menguatkan ini aku ada artikelnya ttg thimerosal..
sori URLnya ketlingsut... 

smoga membantu..

KEKHAWATIRAN TERHADAP THIMEROSAL DAN AUTISME 

oleh: dr. Widodo Judarwanto, Rumah Sakit Bunda Jakarta


Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum autisme

tampaknya semakin meningkat pesat. Autisme seolah-olah

mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara 
terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme 
yang cukup tajam. Jumlah tersebut di atas sangat 
mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab 
autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan 
diantara para pakar kesehatan di dunia . 

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada 
anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan 
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,

komunikasi dan interaksi sosial. Di Amerika Serikat 
disebutkan autisme terjadi pada 60.000 ? 15.000 anak 
dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka 
kejadian autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, 
bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak 

Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada

kemungkinan hubungan autisme dengan imunisasi anak. 
Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan 
informasi bahwa beberapa jenis imunisasi khususnya 
beberapa kandungan di dalam imunisasi seperti 
Thimerosal dapat mengakibatkan autisme. Akibatnya anak

tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk 
menghindari penyakit-penyakit justru yang lebih 
berbahaya seperti hepatitis B, Difteri, Tetanus, 
pertusis, TBC dan sebagainya. Banyak penelitian yang 
dilakukan secara luas ternyata membuktikan bahwa 
autism tidak berkaitan dengan thimerosal. Tetapi 
memang terdapat teori atau kesaksian yang menunjukkan 
bahwa Autisme dan berhubungan dengan thimerosal. 

Thimerosal atau thiomersal adalah senyawa merkuri 
organik atau dikenal sebagai sodium etilmerkuri 
thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan 
ini digunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet

dan stabilizer dalam vaksin, produk biologis atau 
produk farmasi lainnya. Thimerosal yang merupakan 
derivat dari etilmerkuri, sangat efektif dalam 
membunuh bakteri dan jamur dan mencegah kontaminasi 
bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang 
telah terbuka. Selain sebagai bahan pengawet, 
thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasi pada

pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler 
atau pertusis ?whole-cell?. Food and Drug 
Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan 
thimerosal sebagai bahan pengawet vaksin yang 
multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur. Vaksin 
tunggal tidak memerlukan bahan pengawet. Pada dosis 
tinggi, merkuri dan metabolitnya seperti etilmerkuri 
dan metilmerkuri bersifat nefrotoksis dan neurutoksis.

Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah 
otak, dan dapat merusak otak. 

Pendapat yang mendukung autism berkaitan dengan 
imunisasi : 
Terdapat dan beberapa teori, penelitian dan kesaksian 
yang mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan 
imunisasi yang mengandung Thimerosal. Toksisitas 
merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata

Jepang. Konsumsi ikan laut yang tercemari limbah 
industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan 
laut tersebut mencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg 
(batas toleransi kontaminasi sekitar 1 mcg/kg). Pada 
binatang yang dilakukan pada binatang ditemukan efek 
neurotoksik etilmerkuri dan metil merkuri, ditemukan 
kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil 
merkuri. Hal ini menunjukkan bahwa merkuri dapat 
menembus sawar darah otak. 

Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua dari 
seorang penderita Autisme bersama beberapa orang tua 
penderita Autisme lainnya melakukan pengamatan 
terhadap imunisasi merkuri. Kemudian mereka bersaksi 
di depan US House of Representatif (MPR Amerika) bahwa

gejala yang diperlihatkan anak autisme hampir sama 
dengan gejala keracunan merkuri. 

Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi 
didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini 
sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak 
penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang 
terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.

Sedangkan beberapa orang tua penderita autisme di 
Indonesiapun berkesaksian bahwa anaknya terkena 
autisme setelah diberi imunisasi 

Pendapat yang menentang bahwa imunisasi menyebabkan 
autisme 
Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa 
Thimerosal tidak mengakibatkan Autisme lebih banyak 
lagi dan lebih sistematis. Kreesten M. Madsen dkk dari

berbagai intitusi di Denmark mengadakan penelitian 
bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak 
tahun 1970 hingga tahun 2000. Mengamati 956 anak sejak

tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autisme. Sejak 
thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak 
didapatkan kenaikkan penderita auitisme secara 
bermakna. Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 
bersamaan dengan tidak digunakannya thimerosal pada 
vaksin ternyata jumlah penderita Autisme malah 
meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut 
adalah tidak ada hubungan antara pemberian Thimerazol 
dengan Autisme. 
Eto, 2000 mengatakan bahwa manifestasi klinis autisme 
sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Aschner, 2002

melaporkan tidk terdapat peningkatan kadar merkuri 
dalam rambut, urin dan darah anak autismo. Kedua hal 
inilah yang membantah penelitian yang dilakukan Saline

Benard dkk. 
Pichichero, 2002 melakukan pnelitian terhadap 40 bayi 
usia 2-6 bulan yang diberi vaksi yang mengandung 
thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol 
tanpa diberi thimerosal. Setelah itu dolakukan 
evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi 
tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar

merkuri dalam darah, karena etilmerkuri akan cepat 
dieliminasi dari darah melalui tinja. 

Stehr-Green P dari Department of Epidemiology, School 
of Public Health and Community Medicine, University of

Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003 melaporkan

antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi

dan insiden penderita autisme di California, Swedia, 
dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan imunisasi 
Thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 
insiden pemberian Thimerosal pada Autisme tidak 
menunjukkan hubungan yang bermakna. Geier DA dalam 
Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003, 
menungkapkan bahwa Thimerosal tidak terbukti 
mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan 
perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung. 
Melalui forum National Academic Press tahun 2001, 
Stratton K dkk melaporkan tentang keamanan thimerosal 
pada vaksin dan tidak berpengaruh terhadap gangguan 
gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan 
karena persarafan). 
Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 
mengungkapkan penelitian terhadap 2.986.654 anak 
pertahun didapatkan 440 kasus autisme. Dilakukan 
pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal

dan tidak menerima thimerosal. Ternyata tidak 
didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa 
pmeberian thimerosal tidak berhubungan dengan 
terjadinya autisme. 

Rekomendasi Institusi atau Badan kesehatan Dunia 
Beberapa badan dunia di bidang kesehatan yang 
independen dan sudah diakui kredibilitasnya juga 
melakukan kajian ilmiah dan penelitian tentang tidak 
adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil 
kajian tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga 
profesional untuk tetap menggunakan imunisasi MMR 
karena tidak terbukti mengakibatkan Autisme. 
The American Academy of Pediatrics (AAP), berdasarkan 
data the Vaccine Adverse Event Reporting System 
(VAERS) pada tanggal 16 Mei 2003, mengungkapkan bahwa 
tidak ada data ilmiah yang menunjukkan hubungan antara

Thimerosal dengan penyakit kelianan nerurologi (saraf)

termasuk autisme. 
CDC (Center for Disease Control and Prevention atau 
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) Atlanta, 
Amerika Serikat pada bulan November 2003, berdasarkan 
Vaccine Safety Datalink (VSD) mengeluarkan rekomendasi

bahwa penggunaan thimerosal di dalam vaksin tidak 
berkaitan dengan gangguan autisme atau gangguan 
neurodevelopment lainnya. 

WHO, dalam rekomendasinya yang terakhir pada bulan 
Agustus 2003 tetap menetapkan bahwa imunisasi yang 
mengandung Thimerosal tidak berhubungan dengan 
terjadinya Autisme. Kandungan yang ada di dalam vaksin

adalah etilmerkuri bukan metilmerkuri. Etilmerkuri 
hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh, 
sekitar 1,5 jam, selanjutnya akan dibuang melalui 
saluran cerna. Sedangkan metilmerkuri lebih lama 
berada di dalam tubuh. 

Bagaimana sikap kita sebaiknya ? 
Bila menyimak dan mendengar kontroversi tersebut tanpa

memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan 
beberapa klinisipun jadi bingung. Untuk menyikapinya 
kita harus cermat dan teliti dan berpikiran lebih 
jernih. Kalau mengamati beberapa penelitian yang 
mendukung adanya autisme berhubungan dengan 
thimerosal, mungkin benar sebagai pemicu. Secara umum 
penderita autisme sudah mempunyai kelainan genetik 
(bawaan), biologis dan metabolisme tubuh sejak awal. 
Hal ini dibuktikan bahwa genetik tertentu sudah hampir

dapat diidentifikasi, terdapat kelainan metabolisme 
dan penelitian terdapat kelainan otak sebelum 
dilakukan imunisasi. Kelainan autisme ini bisa dipicu 
oleh bermacam hal seperti imunisasi, alergi makanan, 
logam berat dan sebagainya. Jadi bukan hanya imunisasi

yang dapat memicu timbulnya autisme. 

Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan 
imunisasi dan autism hanya dilihat dalam satu kelompok

kecil (populasi) autism. Secara statistik hal ini 
hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab 
akibat. Kita juga tidak boleh langsung terpengaruh 
pada laporan satu atau beberapa kasus, misalnya bila 
orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul

gejala autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut 
tidak bisa digeneralisasikan terhadap anak sehat 
secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi 
bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan 
yang harus dihindari oleh penderita autism juga juga 
akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi logika 
tersebut harus dicermati dan dimengerti. 

Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung 
keterkaitan autisme dan imunisasi tanpa melihat fakta 
penelitian lainnya yang lebih jelas, maka kita akan 
mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang 
jauh lebih berbahaya pada anak. Penelitian dalam 
jumlah besar dan luas tentang thimerosal tidak 
mengakibatkan autisme secara epidemiologis lebih bisa 
dipercaya untuk menunjukkan sebab akibat. Sedangkan 
laporan beberapa penelitian dan kasus yang jumlahnya 
relatif tidak bermakna dan dalam populasi yang sempit 
secara umum hanya menunjukan kemungkinan hubungan 
tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi 
atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah 
mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan 
pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah 
keyakinan kita bahwa memang Thimerosal dalam vaksin 
memang benar aman. 

Kontroversi kandungan thimerosal di dalam vaksin yang 
dapat mengakibatkan autsme terus bergulir. Kita harus 
lebih mencermati beberapa pendapat yang mendukung dan 
menentang tersebut. Walaupun paparan merkuri terjadi 
pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang

mengalami gejala autisme. Peristiwa tersebut mungkin 
berkaitan dengan teori genetik, salah satunya 
berkaitan dengan teori Metalotionin. Metallothionein 
merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 
61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki kemampuan 
untuk mengikat logam. Beberapa penelitian anak autisme

tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan 
metabolisme metalotionin. Gangguan metabolisme 
tersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi 
(pengeluaran) logam berat (merkuri dll) dari tubuh 
anak autisme. Gangguan itu mengakibatkan peningkatan 
logam berat dalam tubuh yang dapat mengganggu otak, 
meskipun anak tersebut menerima merkuri dalam batas 
yang masih ditoleransi. WHO (Worls Health 
Organization), FDA (Food and Drug Administration), EPA

(US Enviromental Protection Agency), dan ATSDR US 
Agency for Toxis Substances and Disease Registry) 
mengeluarkan rekomendasi tentang batasan paparan 
metilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 ? 
0,47 ug/kg berat badan/hari.. 

Pada anak sehat bila menerima merkuri dalam batas 
toleransi, tidak mengakibatkan gangguan. Melalui 
metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logam berat 
tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada 
anak Autisme terjadi gangguan metabolisme 
metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa 
imunisasi yang mengandung thimerosal harus diwaspadai 
pada anak yang beresiko autisme, tetapi tidak perlu 
dikawatirkan pada anak normal lainnya. FDA menetapkan 
peraturan penggunaan thimerosal sebagai bahan pengawet

vaksin yang multidosis untuk mencegah bakteri dan 
jamur. Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet.


Dari beberapa hal tersebut diatas, tampaknya dapat 
disimpulkan bahwa Timerosal tidak mengakibatkan 
Autisme, bila anak kita sehat dan tidak berbakat 
autisme. Tetapi diduga imunisasi dapat memicu 
memperberat timbulnya gangguan perilaku pada anak yang

sudah mempunya bakat autisme secara genetik sejak 
lahir. Penelitian atau pendapat beberapa kasus yang 
mendukung keterkaitan autisme dengan imunisasi, tidak 
boleh diabaikan bergitu saja. Meskipun laporan 
penelitian yang mendukung hubungan Autisme dan 
imunisasi hanya dalam populasi kecil atau bahkan 
laporan perkasus anak autisme. Sangatlah bijaksana 
untuk lebih waspada bila anak kita sudah mulai tampak 
ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku 
sejak dini, memang sebaiknya untuk mendapatkan 
imunisasi Thimerosal harus berkonsulasi dahulu dengan 
dokter anak. Bila anak kita sudah dicurigai ditemukan 
bakat kelainan Autism sejak dini atau beresiko terjadi

autisme, mungkin bisa saja menunda dahulu imunisasi 
yang mengandung thimerosal sebelum dipastikan 
diagnosis Autisme dapat disingkirkan. Meskipun 
sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat Autisme

bukan hanya imunisasi. Dalam hal seperti ini kita 
harus memahami dengan baik resiko, tanda dan gejala 
autisme sejak dini. Tetapi bila anak kita tidak 
beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini 
terjadinya autisme maka kita tidak perlu kawatir untuk

mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiran terhadap 
imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik, akan 
menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru pada anak

kita. Dengan menghindari imunisasi maka akan timbul 
permasalahan baru yang lebih berbahaya dan mengancam 
jiwa, bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah 
dengan imunisasi. 


--- intan dima <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>   maaf ya...apakah thimerosal ini buat pengawet ya?
> 
>   kalo gak salah, 
>   pengawet memang dibutuhkan untuk menjaga agar
> kualitas vaksin tetep tinggi...
> 
>   kalo gak ada pengawet, resiko vaksin rusak bisa
> sangat tinggi.. dan justru berbahaya bila diberikan
> pad aanak...
> 
>   jadi, kembali ke timbang2 antara risk dan
> benefitnya
> 
>   r----- Original Message ----- 
>   From: fithri Purwanti Devi 
>   To: Balita-anda 
>   Sent: Thursday, March 08, 2007 1:17 PM
>   Subject: [balita-anda] Q:thimerosal
> 
> 
>    
>   Ada pertanyaan dari temenkoe.
> 
>   =========================
> 
>   iya, sebenarnya thimerosal itu disebutkan nggak
> yach dibotol suntik serumnya itu ? kalau jelas-jelas
> ada, khan kita bisa liat trus menolak agar diberikan
> serum dengan merk yang lain...
> 
>    
> 
>   - didi
> 
>   Moms n dads pernah ndak pengalaman pas mo'
> imunisasi truss bilang ke dokternya .. Pa'/bu'
> dokter  jgn yg ada thimerosalnya ya?!
> 
>    
> 
>   Salam,
> 
>   Umminya Abi n Farras 
> 
>    
> 
> 


Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke