Selasa, 13 Maret 2007 Carrefour Diduga Terjerat Utang
PARIS -- Carrefour SA, perusahaan ritel terbesar nomor dua di dunia, tengah dililit masalah. Setelah ditinggal pemimpinnya, Luc Vandevelde Rabu (7/3) lalu, perusahaan berbendera Prancis itu diduga terjerat utang. Dikabarkan, Carrefour telah menjual 37 gerainya di Jepang dan Meksiko. Mundurnya Vandevelde dari perusahaan yang bermarkas di Paris itu telah memicu munculnya berbagai dugaan. Sejumlah media di Eropa melaporkan, Vandevelde lengser sebagai pimpinan Carrefou, karena terkait dengan persoalan yang sedang melanda perusahaan. Robert Halley dari keluarga Halley, pemegang 13 peresn saham Carrefour telah ditetapkan mengganti posisi yang ditinggalkan Vandevelde. Gagalnya proyek Carrefour di Jepang dan Meksiko pun dituding menjadi pemicu mundurnya Vandevelde. Menurut sejumlah analis analis ritel dunia, bisnis ritel Carrefour di Jepang dan Meksiko banyak mendapat batu sandungan dan tak berjalan mulus. Tak heran, bila Carrefour pun melego aset-aset utamanya di kedua negara itu. Di negeri Sakura, Carrefour terpaksa harus melepas delapan hipermarket yang dikendalikannya kepada peritel lokal, Aeon, senilai 10 miliar yen atau 96 juta dolar AS. Sedangkan, di Meksiko, Carrefour menjual lebih banyak hipermarketnya, yakni mencapai 29 gerai. Di Meksiko, hipermarket Carrefour diambil alih peritel makanan Organizacion Soriana SA dari peritel makanan lokal Chedraui. Sehingga, total hipermarket yang ditutup mencapai 37 gerai. Masalah yang dihadapai Carrefour di negeri Matahari Terbit juga dialami pesaingnya, Wall-Mart -- perusahaan ritel terbesar di dunia asal Amerika Serikat. Dugaan Carrefour tengah dililit masalah pun diperkuat langkah yang diambil pemilik ritel terbesar di Eropa itu.Keluarga Halley menjual sekitar 9,8 persen saham yang dikuasainya kepada Colony Capital dan Groupe Arnault. Menurut analis di beberapa bursa terkemuka Eropa, keputusan keluarga Halley untuk melepas sahamnya itu terkait dengan belitan utang yang sedang mendera Carrefour. Kantor berita Reuters melaporkan, masa depan Vandevelde sudah lama menjadi perbincangan di tengah rumor perpecahannya dengan keluarga Halley. Kalangan analis memperkirakan, posisi Vandevelde telah melemah menyusul kepergiannya dari holding company milik keluarga Halley, yang menguasai 26 persen hak suara pemegang saham. Penjualan saham itu memicu spekulasi bahwa peritel terbesar kedua dunia itu sedang mempertimbangkan leveraged buyout, yang akan mengekspose Carrefour ke level utang lebih tinggi. Pengunduran diri Vandevelde diumumkan setelah Colony Capital dan Groupe Arnault -kendaraan investasi miliarder Prancis Bernard Arnault- membeli sebagian saham Carrefour. Colony Capital adalah perusahaan equity fund asal Amerika Serikat. Arnault, orang terkaya Prancis dan CEO LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton SA, bersama Colony Capital mengendalikan 9,8% saham Carrefour. (afp ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=286074&kat_id=4