sabar ya..
nanti sy umumkan pemenang lomba menulis cerpennya

apakah sodari noni ato sodara angel (lelga kah?)






"Angelina Widayati" <[EMAIL PROTECTED]> 
03/13/2007 02:11 PM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
balita-anda@balita-anda.com
cc

Subject
Re: [balita-anda] kantung dongeng






Alkisah
Dulu kala hidup seorang keluarga yang saudagar kaya raya,Sang saudagar 
punya
banyak relasi dan sangat sibuk hampir setiap hari dia selalu ada acara 
makan
malam dengan klien bahkan sering keluar kota untuk membesarkan usahanya.

Sang Istri sering kesal dan juga cemburu, karena setiap kali sang suami
pergi selalu di kamar iyem sang pembantu ada suara-suara gaduh dan
mencurigakan.

Suatu hari ketika sang suami pamit keluar kota, sang istri minta pada iyem
untuk tidur dikursi, awalnya iyem menolak tapi karena sang Istri memaksa
akhirnya dia nurut juga,

Pada malam itu sang Istri tidur dikamar Iyem, lampu dimatikan, selang
beberap menit kemudian pintu terbuka dan terdengar langkah mendekat, sang
istri berbisik dalam hati rasain lo gua kerjainnnnnnnnnnnn, dan tak lama
kemudian ada gempa bumi lokal yang cukup dasyat dikamar itu, pagi harinya
: dalam hati sang istri berkata aku puas tadi malam, kok besar banget ya?
padahal kalau diranjang ama biasanya  cuma kecil? batin sang istri.

Pada malam kedua yang istri minta iyem tidur lagi sofa dan seperti malam
sebelumnya dikamar iyem juga ada gempa lokal, pagi sang istri berkata Puas
buanget tadi malam lebih kuat  ? kok biasanya diranjang cepet loyo ya, 
batin
yang istri ?

Pada malam ketiga sang istri minta iyem tidur lagi disofa, dan hal sama
terjadi lagi, paginya sang istri bilang puassss banget besar, kuat dan 
tahan
lama...............pas banget katanya, rasain kamu dasar buaya?

Pada malam keempat sang Istri minta iyem tidur si sofa lagi, tapi iyem
menolak dia bilang Maaf bu tidak bisa, saya malam ini harus tidur dikamar,
sekarang giliran iyem bu? malam pertama ibu udah ama udin situkang kebun,
malam kedua ibu dah ama yayan sang sopir, dan malam ketiga ibu dah ama 
ijong
sang satpam, malam ini giliran stev anak ibu, nanti ibu bisa kuawat lho ?

sesaat kemudian gedubrakkkkkkkkkkk sang istri pingsan dan masuk
ICU............

Pada tanggal 12/03/07, erni fajarwatie <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
> walahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
>
> On 3/8/07, melisa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Jadi kalo denger ada gosip2 asyik, harus disebarkan gitu? Jangan
> disimpen
> > aja?
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: "Noni MT" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <balita-anda@balita-anda.com>
> > Sent: Thursday, March 08, 2007 11:01 AM
> > Subject: [balita-anda] kantung dongeng
> >
> >
> > ***********************
> > No virus was detected in the attachment no filename
> > No virus was detected in the attachment no filename
> >
> > Your mail has been scanned by InterScan.
> > ***********-***********
> >
> >
> > KANTUNG DONGENG
> >
> >
> >
> > Syahdan, hiduplah sebuah keluarga yang kaya raya. Mereka hanya 
memiliki
> > seorang putra, yang suka mendengar dongeng. Setiap kali ia bertemu
> dengan
> > seseorang yang baru dikenalnya, ia akan berkata, "ceritakan aku kisah
> yang
> > baru." Dan setiap kali ia akan menyimpan dongeng yang telah 
didengarnya
> di
> > dalam kantung kecil yang dibawanya tergantung pada ikat pinggangnya.
> > Begitu
> > banyak dongeng yang didengarnya sehingga  kantung itu cepat penuh.
> Setelah
> > memadatkan dongeng-dongeng di dalam kantung, ia mengikat kantung itu
> > erat-erat lalu menyimpannya. Kemudian, untuk meyakinkan bahwa tidak
> sebuah
> > dongeng pun yang bisa keluar dari kantung itu, ia terus membiarkan
> kantung
> > itu terikat erat.
> >
> > Anak lelaki itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan. Tibalah 
waktu
> > bagi dirinya untuk mencari seorang istri. Seorang pengantin perempuan
> > telah
> > dipilihkan untuknya, lalu seluruh rumah dipersiapkan untuk menyambut
> istri
> > baru sang tuan muda. Segalanya menjadi gempar.
> >
> > Di dalam rumah keluarga kaya raya itu tinggallah seorang pelayan tua
> yang
> > setia yang telah bekerja untuk keluarga tersebut sejak si anak lelaki
> > pecinta dongeng itu masih kecil. Ketika pengurus rumah tangga 
menyiapkan
> > sang tuan muda untuk menyambut hari pernikahannya, pelayan tua itu
> > mengawasi
> > api di tungku dapur. Tiba-tiba telinganya menangkap bisikan lirih yang
> > datang entah dari mana. Setelah mendengarkannya dengan saksama, maka 
ia
> > mengetahui sumber suara itu yang ternyata berasal dari kantung yang
> > tergantung di dinding. Kantung itu adalah kantung dongeng yang telah
> > disimpan tuan muda sejak masa kanak-kanaknya. Kantung itu tergantung
> pada
> > paku di dinding dapur, dan terlupakan. Si pelayan tua mendengarkan
> dengan
> > hati-hati.
> >
> > "Semuanya, dengarkan aku," kata sebuah suara, "pernikahan anak muda 
itu
> > berlangsung besok. Ia telah menyekap kita terlalu lama di dalam 
kantung
> > ini,
> > kita berdesakan begitu padat sehingga merasa tidak nyaman. Kita telah
> > menderita terlalu lama. Kita harus membalasnya dengan cara apa pun."
> >
> > "Ya," kata suara yang lainnya, "aku setuju. Besok pemuda itu akan 
pergi
> > naik
> > kuda untuk menjemput pengantinnya. Aku akan mengubah diri menjadi buah
> > beri
> > matang berwarna merah manyala yang tumbuh di sisi jalan. Aku akan
> > menunggunya di sana. Aku akan tampak sangat indah sehingga ia akan
> tergiur
> > untuk memakanku padahal sesungguhnya aku beracun. Jika ia memakanku, 
ia
> > akan
> > mati."
> >
> > "Tetapi kalau ia tidak mati setelah makan buah beri itu," terdengar
> suara
> > kecil lainnya, "aku akan menjadi mata air jernih yang membuncah di 
tepi
> > jalan. Akan ada buah labu yang mengapung di atasnya. Ketika ia melihat
> > labu
> > ia akan merasa haus sehingga harus meminum airku. Ketika aku berada di
> > dalam
> > perutnya, aku akan membuatnya sangat kesakitan."
> >
> > Kemudian ada suara keempat. "Jika kau gagal, maka aku akan menjadi
> sebuah
> > tusukan daging yang dipanaskan hingga membara kemerahan. Aku akan
> > bersembunyi di dalam tas dedak yang diletakkan di sisi kuda yang akan
> > digunakan pemuda itu sebagai pijakan untuk turun dari kudanya ketika
> tiba
> > di
> > rumah pengantin perempuan. Ketika ia menginjakku, kakinya akan 
terbakar
> > hebat."
> >
> > Lalu suara kelima berbisik, "jika itu juga gagal, aku akan menjadi 
ular
> > berbisa, yang pipih seperti benang. Kemudian aku akan bersembunyi di
> kamar
> > pengantin. Ketika pengantin perempuan tidur, aku akan keluar dari
> > persembunyian dan menggigit mereka."
> >
> > Si pelayan tua itu menjadi sangat ketakutan setelah mendengar itu 
semua.
> > "Mengerikan sekali," katanya pada dirinya sendiri. "Aku tidak boleh
> > membiarkan tuan muda celaka. Ketika ia berangkat meninggalkan rumah
> besok,
> > aku harus memegangi tali kekang kuda dan menuntun kuda tuan muda
> sendiri."
> >
> > Pagi-pagi sekali setelah persiapan selesai dan upacara pernikahan siap
> > diselenggarakan, sang pengantin pria, dengan mengenakan pakaian
> > terbaiknya,
> > keluar dari rumah dan menaiki kudanya. Tiba-tiba si pelayan setia 
keluar
> > sambil berlari dan meraih tali kekang kuda.
> >
> > Pemimpin pelayan yang tua berkata, "kau punya tugas lain. Sebaiknya 
kau
> > berjalan di belakang saja."
> >
> > "Tetapi aku yang harus memandu kuda tuan muda hari ini," sahut si
> pelayan.
> > "Aku tidak perduli, pokoknya aku lah yang akan menuntun kuda ini."
> >
> > Ia tidak mau mendengarkan lagi, lalu akhirnya, sang tuan muda yang
> > terheran-heran karena kekerasan hati si pelayan, mengijinkannya 
menuntun
> > kudanya.
> >
> > Rombongan calon pengantin itu membelok, lalu mereka tiba di lapangan
> > terbuka. Di tepi jalan banyak tumbuh buah beri yang berwarna cerah.
> Mereka
> > tampak begitu segar menggoda dan lezat.
> >
> > "Tunggu!" seru sang pengantin. "Hentikan kuda dan petikkan aku 
beberapa
> > buah
> > beri yang besar dan banyak airnya."
> >
> > Namun si pelayan, tidak mau berhenti. Ia bahkan menggiring kuda sang
> tuan
> > muda dengan lebih cepat sambil berkata, "oh, buah beri itu. Kau bisa
> > mendapatkannya di mana-mana. Bersabarlah sedikit. Aku akan petikkan
> > beberapa
> > buah untukmu nanti." Lalu ia mencambuk kuda tersebut supaya berjalan
> lebih
> > cepat.
> >
> > Tidak lama setelah itu, mereka tiba di sebuah mata air yang bergolak.
> Air
> > beningnya tampak sejuk dan mengundang. Bahkan ada sebuah labu kecil
> > mengambang di atas permukaan airnya, seolah mengundang orang yang 
lewat
> > untuk minum airnya.
> >
> > "Ambilkan aku air itu," kata sang pengantin pada pelayannya. "Aku 
sudah
> > kehausan sejak tadi."
> >
> > Namun, lagi, si pelayan menarik kuda tuan mudanya dengan lebih cepat.
> > "Begitu kita tiba di keteduhan pepohonan itu rasa hausmu akan hilang,"
> > katanya. Lalu mencambuk kuda itu lagi, lebih keras dari yang tadi.
> >
> > Sang pengantin menggerutu dan cemberut di atas punggung kudanya. Ia
> > menjadi
> > sangat kesal, tetapi si pelayan tidak menghiraukannya. Ia hanya
> mencambuki
> > kuda itu supaya berjalan lebih cepat lagi.
> >
> > Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah pengantin perempuan. Di 
halaman
> > rumah telah berkumpul banyak sekali orang. Si pelayan yang menuntun 
kuda
> > itu
> > memasuki halaman rumah dan berhenti di samping kantung dedak yang 
sudah
> > disiapkan tuan rumah. Ketika sang pengantin pria menurunkan kakinya
> untuk
> > menginjak tanah, si pelayan berpura-pura tersandung kantung dedak itu
> dan
> > mendorong sang pengantin pria sehingga tidak menginjak kantung dedak
> itu.
> >
> > Sang pengantin terjatuh di atas tikar jerami yang digelar di atas 
tanah.
> > Ia
> > sangat malu karena jatuh sehingga pipinya menjadi merah. Tetapi ia 
tidak
> > dapat memarahi pelayannya di depan orang banyak. Maka ia diam saja dan
> > beranjak masuk ke rumah sang pengantin perempuan.
> >
> > Di sana uparaca pernikahan dilangsungkan tanpa kejadian yang tidak
> > menyenangkan. Kemudian pasangan pengantin baru itu kembali ke rumah
> > keluarga
> > pengantin lelaki.
> >
> > Begitu malam tiba, pasangan pengantin baru itu beristirahat di kamar
> > mereka.
> > Si pelayan setia membawa senjata berupa pedang dan bersembunyi di 
bawah
> > beranda di luar kamar pengantin. Begitu pasangan itu memadamkan lampu
> dan
> > pergi tidur, si pelayan membuka pintu kamar itu dan menyelinap masuk.
> >
> > Kedua pasangan pengantin baru itu sangat terkejut dan bingung. "Siapa
> > itu?"
> > teriak mereka berdua, sambil meloncat dari tempat tidur mereka.
> >
> > "Tuan muda," kata si pelayan, "Aku akan jelaskan nanti. Sekarang,
> cepatlah
> > keluar dari kamar ini."
> >
> > Si pelayan menendang tempat tidur dan membalik kasurnya. Mereka 
melihat
> > sebuah pemandangan mengerikan. Di sana ada ratusan ular kecil 
melingkar
> > dan
> > bergulung menjadi sebuah bola. Si pelayan membabat ular-ular itu 
dengan
> > pedang di tangannya. Ketika ia memotong-motongnya, ular-ular itu 
membuka
> > mulut merah mereka dan mengeluarkan lidah hitam bercabang mereka ke 
arah
> > si
> > pelayan. Ular-ular yang lainnya merayap ke sana ke mari, mencoba
> > menghindari
> > babatan pedang si pelayan. Si pelayan menyabetkan pedang ke sana ke 
mari
> > seperti orang gila dan akhirnya membunuh seluruh ular di ruangan itu.
> >
> > Kemudian ia mendesah lega dan mulai menjelaskan pada sang tuan muda.
> "Tuan
> > muda, begini ceritanya...." Si pelayan menceritakan kembali segala
> > bisik-bisik yang berasal dari kantung tua yang tergantung di dinding
> > dapur.
> >
> > Maka, jika kau telah selesai mendengar dongeng, jangan hanya disimpan
> > saja,
> > karena dongeng-dongeng itu akan wujud menjadi buruk dan jahat. Kalian
> > harus
> > menceritakannya kembali pada orang lain sehingga semakin banyak orang
> yang
> > dapat menikmatinya.
> >
> > sumber: kumpulan dongeng klasik Korea
> >
> >
> >
> >
> > --------------------------------------------------------------
> > Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
> > Info balita: http://www.balita-anda.com
> > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> > menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> >
> >
>

Kirim email ke