Jumat, 16 Maret 2007

Gorengan Enak tapi Mematikan 

Asam lemak trans juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur. 


''Belum lengkap kalau belum makan gorengan,'' ungkap Rosa (33 tahun), mahasiswi 
pascasarjana Universitas Indonesia, Depok, sambil membeli lima gorengan yang 
dijual di kantin kampusnya. 

Bagi Rosa, mengonsumsi makanan praktis tersebut seperti candu yang dilakoninya 
nyaris setiap hari. Padahal, Rosa paham sekali jika makanan tak sehat itu 
sangat berisiko bagi kesehatan dirinya. ''Bagaimana ya, sulit melepaskan diri 
dari gorangan,'' ungkapnya. 

Mengonsumsi gorengan yang lazim dijual di pinggir jalan dan di banyak tempat di 
Tanah Air memang sangat berisiko. Makanan gorengan umumnya dimasak dengan 
minyak goreng hasil pengulangan dalam suhu tinggi dan jangka waktu lama (deep 
frying). Makanan jenis inilah yang sesungguhnya memberikan kontribusi tertinggi 
terhadap asupan asam lemak trans. Asam lemak jenis ini menjadi salah satu 
penyebab meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, salah satunya 
adalah penyakit jantung koroner.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil riset Ratu Ayu Dewi Sartika, mahasiswa 
program doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, Depok. Hasil 
penelitian Ratu Ayu Dewi Sartika dalam disertasi berjudul 'Pengaruh Asupan Asam 
Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah' tersebut akan dipresentasikan dalam 
promosi doktor di FKM-UI, hari ini (Jumat, 16/3).

Menurut Ayu, masalah gizi di Indonesia menunjukkan adanya transisi 
epidemiologis. Maksudnya, penyakit-penykit 'pembunuh' dulu hanya didominasi 
oleh penyakit infeksi. Kini, penyakit mematikan tersebut kian meningkat oleh 
penyumbatan pembuluh darah yang merupakan ciri penyakit modern. 

''Penyebabnya antara lain karena gaya hidup sebagian anggota masyarakat yang 
cenderung lebih sedentary life style (gaya hidup santai yang tak banyak 
melibatkan gerakan fisik-red),'' ungkap Ayu dalam rilis yang diterima 
Republika, Kamis (15/3). 

Tingginya asupan lemak sebesar 80 persen hingga 90 persen berasal dari minyak 
goreng. Penelitian sebelumnya menunjukkan, ungkap Ayu, kontribusi tertinggi 
asupan lemak total dan asam lemak jenuh berasal dari makanan gorengan. Beberapa 
makanan gorengan yang mengandung asam lemak trans antara lain pisang goreng, 
ubi goreng, kroket, tempe goreng, singkong goreng, dan ayam goreng tepung.

''Padahal, jenis bahan makanan ini pada dasarnya tidak mengandung asam lemak 
trans,'' ujarnya. Karena itu, lanjut Ayu, hal ini menarik untuk diteliti. 
Karena, kemungkinan terjadinya asal lemak trans pada makanan tersebut berasal 
dari minyak goreng hasil pengulangan atau pemanasan dengan cara deep frying. 

Kini, asam lemak trans yang merupakan salah satu jenis asam lemak selain asam 
lemak jenuh ini, kian menjadi sorotan. Maklum saja, asam lemak trans ini dapat 
meningkatkan kolesterol LDL (K-LDL) alias kolesterol 'jahat', rasio kolesterol 
total (K-HDL), rasio K-LDL dan H-LDL, serta menurunkan kolesterol 'baik' HDL 
(K-HDL). 

Asam lemak trans ini secara alami terdapat pada ruminansia yaitu hewan yang 
memamah biak seperti sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain. Selain itu, asam 
lemak 'jahat' ini juga berasal dari hasil proses menggoreng deep frying serta 
margarin atau produk makanan jadi yang menggunakan minyak terhidrogenasi. 

Di Indonesia, ungkap Ayu, data mengenai kadar asam lemak trans dalam makanan 
serta rerata asupan lemak trans belum pernah diteliti sebelumnya. Padahal, 
konsumsi makanan gorengan di masyarakat Indonesia cukup tinggi. Karena itu, Ayu 
melakukan penelitian dengan mengambil sampel 388 orang di Perusahaan Migas 
Kalimantan Timur. 

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kontribusi tertinggi asupan asam lemak 
trans total adalah makanan gorengan. Selain itu, asupan asam lemak trans 
berkorelasi positif dengan asam lemak jenuh. Setiap penambahan asupan asam 
lemak jenuh akan menaikkan asupan asam lemak trans sebesar 0,03 energi total. 

Efek dua kali lipat
Asam lemak trans memiliki ikatan rangkap yang terdapat di dalam minyak atau 
lemak cair. Asupan lemak trans yang tinggi di atas enam persen dari energi 
total secara terus menerus bisa berakibat buruk pada banyak hal. Menurut Kepala 
Instalasi Gizi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Miranti Gutawa, pengaruh 
negatif asam lemak trans lebih besar dari asam lemak jenuh dan kolesterol. 
Konsumsi asam lemak trans akan menaikkan kadar kolesterol jahat dan bisa 
menurunkan kadar kolesterol baik. Asam lemak trans mempunyai efek negatif dua 
kali lipat dibanding asam lemak jenuh. Menurut Institute of food science and 
technology pada 2004, setiap peningkatan satu persen asam lemak trans dapat 
meningkatkan kadar LDL sebesar 0,04 mmol per liter dan menurunkan kadar HDL 
sebanyak 0,013 mmol per liter. 

Asam lemak trans juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Pasalnya, konsumsi 
asam lemak trans pada ibu hamil dapat mengganggu asupan asam lemak esensial 
yang sangat dibutuhkan oleh calon bayi. Sebuah studi menunjukkan, wanita di 
negara yang mengonsumsi asam lemak trans tinggi akan menghasilkan ASI dengan 
kadar asam lemak trans sebesar 2 persen hingga 5 persen dari total asam lemak 
susu. European Community Multicenter Study on Antioksidant Myocardial 
Infraction and Breast Cancer (EURAMIC) menemukan hubungan positif antara 
konsumsi asam lemak trans dengan kanker payudara pada wanita yang telah 
mengalami menopause. 

Jumlah asam lemak trans dapat meningkat di dalam makanan berlemak, terutama 
akibat dari proses pengolahan yang diterapkan. Proses pemakaian minyak jalantah 
dapat meningkatkan kadar asam lemak trans. Itu berarti makanan yang 
dihasilkannya pun mengandung asam lemak trans. Hal itu bisa dihindari dengan 
penggunaan minyak goreng secukupnya, sehingga tidak ada minyak goreng sisa. 
Secara alami, asam lemak trnas diproduksi oleh sisa metabolisme hewan. Secara 
sintesis asam lemak dapat terbentuk akibat hidrogensi asam lemak, sehingga 
menyebabkan terjadinya isomerisasi ikaatan rangkap bentuk alami menjadi bentuk 
isomer trans. 

Asupan asam lemak trans penduduk Indonesia diperkirakan sangat tinggi. Hal ini 
terkait dengan kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan yang 
digoreng. Sedangkan di masyarakat kalangan menengah ke atas penggunaan margarin 
merupakan penyumbang asam lemak trans. ''Pengunjung restoran siap saji makin 
banyak,'' ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Fahmi Idris, di Jakarta 
beberapa waktu lalu. Fahmi menjelaskan, tren di Indonesia khususnya anak-anak 
adalah merayakan ulang tahun di restoran siap saji. Bahkan, untuk makan 
sehari-haripun mereka selalu ingin makan fast food. 

''Kesibukan orang, gaya hidup yang diterapkan pada anak, seolah-olah membuat 
empat sehat lima sempurna hilang, dan itu berbahaya buat jantung,'' katanya. 
Padahal, empat sehat lima sempurna merupakan makanan yang sangat sehat untuk 
segala jenis penyakit. 



http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=286563&kat_id=13

Kirim email ke