Tambahan info lagi dari milis sehat 
Anti vaksin ala Indonesia
Monday, July 24, 2006

Anti vaksin ala Indonesia 
Bertahun yang lalu, saya membuat mailing list untuk
pemerhati dan orang tua
dari anak berbakat (gifted atau hoogbegaafd) . Salah
satu yang paling saya
tidak bisa suka adalah bila orang main meneruskan
email yang tidak jelas,
apalagi bila email tersebut sudah sering berkeliaran
di dunia maya.
Seringkali alasannya karena mereka tidak bisa browsing
sehingga tidak bisa
mengecek kebenarannya. Tapi kadang alasan itu tidak
bisa saya terima karena
email yang sama sudah muncul beberapa minggu
sebelumnya dan sudah dibahas.

Tiap mailing list mempunyai aturannya sendiri<sum>.
Satu hal yang akan membuat
anggota mailing list anakberbakat
<http://groups. yahoo.com/ group/anakberbak at/>
automatis kehilangan
keanggotaannya adalah bila mereka mengirim email anti
thimerosal karya Ines
yang sudah wira wiri sejak Desember 2003 di dunia
permilisan Indonesia.
Cuplikan email itu sebagai berikut:
From: Ines Indrati Muljawan [mailto:inesim@ ...]
Sent: Wednesday, December 03, 2003 11:23 AM
To: aksek_tarakanita@ yahoogroups. com
Subject: [milis tarki] Hati-hati Thimerosal dalam
Vaksin

Setelah kesibukan Lebaran yang menyita waktu, baru
sekarang saya
bisa
dapat waktu luang membaca buku "Children with Starving
Brains"
karangan Jaquelyn McCandless,MD yang diterjemahkan dan
diterbitkan
oleh Grasindo. Ternyata buku yang saya beli di toko
buku Gramedia
seharga Rp. 50,000,- itu benar-benar membuka mata
saya, dan sayang,
sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27
bln) didiagnosa
mengidap Autisme Spectrum Disorder.
Karena kalimat awalnya berhubungan dengan Lebaran,
maka selama
bertahun-tahun setiap habis Lebaran mulailah email itu
berkeliaran, harus
dibahas lagi karena orang tua panik. BOSAN. Lebih baik
membahas yang lain
daripada mengulang<sum> seperti piringan hitam rusak.
Belum lagi konsekuensi
dari kepanikan itu, banyak orang tua menolak anaknya
divaksinasi. Akibatnya
sekarang semakin banyak terjadi anak terkena penyakit
menular seperti
campak. Katanya mendingan kena campak daripada kena
autis. Padahal campak
bisa menyebabkan kematian.

Rupanya sejak sering dikomentari bahwa itu email lama
dan bukan musim
lebaran lagi, email diatas diupgrade pada bagian
awalnya tapi sisanya sama
persis walau nama Ines dihapus. Subyek email tersebut
makin bombastis, dari
Hati-hati Thimerosal dalam Vaksin menjadi Vaksin
penyebab Autis. Contohnya
sebagai berikut:
Subject: [Isi sendiri nama milisnya] Fw: Vaksin
Penyebab Autis
Vaksin penyebab Autis

Buat para Pasangan MUDA. om dan tante yg punya
keponakan... atau
bahkan
calon ibu ... perlu nih dibaca ttg autisme.. Bisa di
share kepada
yang
masih punya anak kecil supaya ber-hati2... .....
Setelah kesibukan
yang
menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu
luang membaca
buku
"Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn
McCandless,MD yang
diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo.

Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia
seharga Rp.
50,000,-
itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang
sekali baru
terbit
setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap
Autisme Spectrum
Disorder.
Saya bisa mengerti mengapa Ines menulis email
tersebut, menurutnya Joey
terkena autis karena vaksin berthimerosal. Efek
thimerosal
<http://en.wikipedia .org/wiki/ Thimerosal> yang
digunakan sebagai pengawet
vaksin serta ada di tinta untuk tattoo masih belum
banyak dipelajari. Hanya
saja sampai sekarang masih belum diketahui penyebab
autisme itu persisnya
apa karena banyak faktor yang saling terkait. Tapi
para ahli sepakat sebab
utamanya genetis. Tentunya hal ini tidak ingin
didengar oleh orang tua,
karena kesannya mereka itu penyebab penderitaan
anaknya. Jadi dicarilah
kambing hitam: Vaksin. Yang harus diingat, dalam MMR,
yang sering disalahkan
sebagai penyebab autisme, tidak pernah digunakan
thimerosal sebagai
pengawet.

Untuk menyebut penyebab autisme adalah vaksin yang
membuat orang panik
menurut saya kelewatan. Bahkan cukup banyak study
<http://www.ncbi. nlm.nih.gov/ entrez/query. fcgi?CMD=
search&DB= pubmed> yang
tidak bisa menunjukkan koneksi antara vaksin (terutama
MMR) dengan autisme,
salah satunya study di Canada
<http://news. bbc.co.uk/ go/pr/fr/ -/2/hi/health/
5149670.stm> yang baru
dilansir awal Juli ini. Yang menarik, study
<http://www.thelance t.com/search/ results?search_
mode=cluster& search_cluster=
thelancet&search_ text1=Hiroshi+ Kurita&x= 10&y=11> di
Yokohama, Jepang dan
Denmark menunjukkan jumlah penderita Autisme meningkat
biarpun vaksin disana
sudah tidak menggunakan thimerosal dan tidak diberikan
MMR.

Salah satu akibat dari kepanikan massa di Indonesia,
sekarang banyak dokter
yang tidak mau memberikan vaksin MMR tepat waktu ke
anak yang telat bicara.
Alasannya takut nantinya si anak autis , jadi ditunda
sampai anak bisa
bicara. Selain takut dibawa kepengadilan bila ternyata
si anak betulan
autis, padahal sebenarnya menurut Volmer mereka yang
autis sudah tampak
gejalanya sejak bayi jauh sebelum diberikan MMR.
Sebetulnya praktek ini
tidak sesuai dengan petunjuk satgas imunisasi
Indonesia. Ironisnya petunjuk
ini bahkan tidak diikuti oleh beberapa dedengkotnya
sendiri. Dengan
berkurangnya jumlah anak yang divaksinasi, maka
kekebalan kelompok (herd
immunity) pun turun yang artinya resiko anak tertular
penyakit menular
seperti polio, campak, semakin tinggi.

Sebetulnya gerakan anti vaksin ini tidak hanya di
Indonesia, tapi di mana<sum>,
terutama di Amerika. Hanya saja bedanya, di negara
maju pelayanan dan
fasilitas kesehatannya jauh lebih baik daripada di
Indonesia. Begitu ada
satu kasus meningitis misalnya, semua anak langsung di
vaksin seperti yang
terjadi di Inggris dan Belanda misalnya. Ingat apa
yang terjadi di Indonesia
beberapa saat lalu dengan wabah polio? Butuh waktu
lama bagi pemerintah
untuk melakukan imunisasi massal, itupun tidak semua
anak tervaksinasi.
Akibatnya penyakit seperti polio sulit diberantas.

Jadi tolong, kalau melihat email seperti di atas,
jangan diteruskan karena
cenderung menyesatkan. Gunakan cara lain untuk membuat
pemerintah
menyediakan vaksin gratis tanpa thimerosal, misalnya
dengan menulis ke
mediamassa, atau ke perwakilan anda di parlemen atau
ke mentri Kesehatan.
Sementara itu, bila takut menggunakan vaksin gratis
dari pemerintah, belilah
sendiri vaksin tanpa thimerosal. Banyak jalan menuju
Roma, tanpa harus
menciptakan panik massal. 
Labels: Health <http://osculate. blogspot. com/search/
label/Health>
posted by triesti

--- Antony Hoon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Thanks infonya mbak.. :-)
> 
> On 3/20/07, Lif Rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Mas Antony,
> >
> > Berita yang sudah lama sekali, jadi daripada
> panjang2 dibahas di milist,
> > coba aja baca link berikut ini:
> >
>
http://lita.inirumahku.com/health/lita/ajakan-menolak-imunisasi
> >
> > Imel yang mas sampaikan ini kalau saya hitung2
> udah dari tahun 2003 lho
> > beredarnya.
> >
> > Mama Nayma
> >
> 


Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke