Penembakan di Universitas Virginia, 33 Tewas
Selasa, 17 April 2007 | 09:34 WIB
TEMPO Interaktif, Virginia:Seorang pria bersenjata menewaskan 32 orang di
kampus Universitas Virginia Tech, Senin waktu setempat.
Para korban tewas adalah mahasiswa kampus itu, sebagian besar di antaranya
tengah mengikuti kuliah. Horor itu berakhir setelah pelaku menembak dirinya
sendiri, sehingga korban tewas menjadi total 33 orang.
Polisi setempat belum mengungkap motif maupun nama si penembak, dan belum
diketahui pula apakah dia mahasiswa di Virginia Tech.
Si pelaku membawa dua senjata api dan amunisi. Peluru pertama meletus sekitar
pukul 7.15 pagi di lantai empat asrama West Ambler Johnston. Pelaku kemudian
menembakkan senjatanya di Norris Hall, sebuah kelas yang jaraknya setengah mil
di sisi lain kampus seluas lebih dari 1.000 hektare itu. Pintu-pintu di Norris
Hall dirantai dari dalam oleh si pelaku.
Dua orang tewas di asrama, dan 31 lainnya di Norris Hall, termasuk si pelaku
yang menembak kepalanya sendiri. Sebanyak 15 orang terluka dalam teror itu. Di
tengah panik, para mahasiswa berloncatan dari jendela.
Trey Perkins, 20 tahun, yang tengah berada di kelas bahasa Jerman di Norris
Hall, mengatakan si pelaku masuk ke kelas sekitar pukul 9.50 pagi, dan
menembakkan senjatanya selama sekitar satu setengah menit. "Parasnya serius,
namun tenang," kata Trey pada Washington Post. Dia memperkirakan mendengar
sekitar 30 tembakan. Si pelaku, berusia sekitar 19 tahun, menembak kepala
dosen, kemudian menembak mahasiswa kelas itu. Panik, para mahasiswa bertiarap
di lantai kelas.
Hanya empat orang dari sekitar dua lusin mahasiswa kelas itu yang berhasil
melarikan diri dari kelas. Sisanya tewas dan terluka. Menurut Erin Sheehan,
salah satu dari empat orang itu, si pelaku sempat mengintip ruang kelas dua
kali. "Seperti sedang mencari seseorang," ujarnya. Si pelaku, kata Erin,
berciri Asia.
Beberapa mahasiswa kampus menyesalkan tak adanya peringatan dari universitas.
Mereka justru mendapatkan kabar buruk itu dari sebuah email, dua jam setelah
peluru pertama ditembakkan. "Universitas kami terkejut dan merasa ngeri," kata
Presiden Virginia Tech, Charles Steger.
Menurut Steger, otoritas kampus awalnya menyangka suara tembakan itu berasal
dari perselisihan pribadi di asrama, dan menyangka si pembawa senjata sudah
meninggalkan kampus. "Kami tidak menyangka insiden lain menyusul," ujarnya.
Presiden AS George Bush menyatakan rasa ngerinya terhadap penembakan massal
itu. "Presiden percaya pada hak rakyat memegang senjata, namun semua hukum
harus dipatuhi," kata juru bicara Gedung Putih, Dana Perino.
Setelah insiden ini, semua jalan masuk ke kampus itu ditutup. Semua kelas
dibatalkan hingga Selasa. Penutupan akibat insiden bersenjata ini adalah yang
kedua kali di kampus itu. Agustus lalu, kampus ditutup setelah seorang tahanan
penjara melarikan diri setelah membunuh pengawal dari rumah sakit. William
Morva, narapidana itu, kabur dan masuk ke wilayah Virginia Tech. Perburuan
terhadap buron itu menewaskan seorang polisi setempat, tak jauh dari kampus.
Teror bersenjata itu bukan yang pertama kali, namun tercatat sebagai yang
tersadis dalam sejarah AS. Pada 20 April 1999, dua remaja membunuh 12 rekan
siswa dan seorang gurunya, untuk kemudian bunuh diri. Teror delapan tahun lalu
itu terjadi di SMU Columbine, dekat Littleton, Colorado.
Penembakan di kampus juga bukan pertama kali di AS. Pada 1966, di Universitas
Texas di Austin, seorang mahasiswa menewaskan 16 orang dengan senapan. Charles
Whitman, si pelaku, kemudian tewas oleh peluru polisi.
AFP/IBNU
http://www.tempointeraktif.com/