makasih ya mama kevin kiriman artikelnya dan advice-nya.. nanti saya print buat istri saya...

----- Original Message ----- From: "uci momkavin+ija" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, April 25, 2007 10:39 AM
Subject: [balita-anda] Balasan: Re: [balita-anda] [Tanya] kram perut dan pinggang


klo pegel2 di pinggang mahh wajar buat org hamil..
klo kram perut hmmm kram gimana maksudnya..krn sakit
perut kan macem2 yg perlu waspada klo sakitnya di
bagian perut bawah.. kenceng2 gitu..

atau lebih baiknya periksa ke DSOgnya aja utk keluhan
sakit perutnya..
krn klo keguguran spontan atau sebelmnya janin ga
berkembang kadang bsa ga pake pendarahan dulu..

aku bagi artikel ttg komplikasi kehamilan yaa


komplikasi kehamilan

http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=17&iddtl=570
NAMA
komplikasi kehamilan
DEFINISI
keguguran & kelahiran mati
keguguran (aborsi spontan) adalah kehilangan janin
karena penyebab alami sebelum usia kehamilan mencapai
20 minggu.
kelahiran mati (stillbirth) adalah kehilangan janin
karena penyebab alami pada saat usia kehamilan
mencapai lebih dari 20 minggu.
seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan berapapun
dan langsung bernafas atau jantungnya berdenyut
spontan, dikatakan lahir hidup. jika kemudian bayi
tersebut meninggal, maka dikatakan sebagai kematian
bayi baru lahir (kematian neonatus).
sekitar 20-30% wanita hamil mengalami perdarahan atau
kram minimal 1 kali selama 20 minggu pertama
kehamilan. sekitar separuhnya menyebabkan keguguran.
sekitar 85% keguguran terjadi pada trimester pertama
dan biasanya disebabkan oleh kelainan pada janin.
15% sisanya, terjadi pada minggu ke 13-20;
duapertiganya terjadi akibat kelainan pada ibu dan
sepertiganya penyebabnya tidak diketahui.
sebelum terjadinya keguguran, wanita hamil biasanya
mengalami spotting (bercak perdarahan) atau perdarahan
dan keputihan dari vagina. rahimnya berkontraksi,
menyebabkan kram. jika terjadi keguguran, maka
perdarahan, keputihan dan kram menjadi lebih berat.
pada akhirnya, sebagian atau seluruh isi rahim akan
keluar.
pada keguguran stadium awal, dengan usg bisa diketahui
apakah bayi masih hidup.
setelah keguguran, usg dan pemeriksaan lainnya
digunakan untuk melihat apakah semua isi rahim telah
keluar.
jika seluruh isi rahim telah keluar, maka tidak perlu
dilakukan pengobatan. jika hanya sebagian isi rahim
yang keluar, maka dilakukan kuretase untuk
membersihkan rahim.
jika janin telah mati tetapi tetap berada dalam rahim
(missed abortion), maka janin dan plasenta harus
dikeluarkan melalui kuretase.
untuk missed abortion stadium lanjut, bisa digunakan
obat yang menyebabkan kontraksi rahim sehingga rahim
mengeluarkan isinya (misalnya oksitosin).
jika perdarahan dan kram terjadi pada kehamilan 20
minggu (ancaman aborsi), maka dianjurkan untuk
menjalani tirah baring. wanita tersebut tidak boleh
bekerja dan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
tidak diberikan hormon karena hampir selalu tidak
efektif dan bisa menyebabkan cacat bawaan, terutama
pada jantung atau organ reproduksi.
ancaman aborsi bisa terjadi jika leher rahim (serviks)
membuka terlalu dini akibat kelemahan pada jaringan
fibrosa. kadang pembukaan servikal ini bisa ditutup
melalui pembedahan dengan menjahitnya, yang nanti akan
dibukan sesaat sebelum persalinan.
aborsi septik adalah infeksi yang sangat serius. isi
rahim harus segera dikeluarkan dan infeksi harus
diatasi dengan antibiotik dosis tinggi.
kehamilan ektopik
kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) adalah
suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim,
yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis
servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul
maupun rongga perut.
dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari
salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam
tuba falopii. di dalam tuba, dengan dorongan dari
rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa
hari, sel telur akan mencapai rahim. biasanya sel
telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di
dalam rahim.
jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka
sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan.
sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke
rahim dan terjadilah kehamilan ektopik.
resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada: -
kelainan tuba falopii
- sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik
- pemakaian des (dietilstilbestrol)
- kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana
dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba).
kehamilan ektopik biasanya terjadi pada salah satu
tuba falopii (kehamilan tuba).
kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan harus
segera diatasi.
gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan
kram. gejala ini timbul karena ketika janin mati,
lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada
menstruasi yang normal.
jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi
kerusakan tuba falopii. jika janin terus tumbuh, bisa
menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi
perdarahan.
jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa
menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan
pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah.
biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita
tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian
bawah, lalu pingsan. gejala ini biasanya menunjukkan
bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan
hebat ke dalam perut.
kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam
tubah dan sebagian di dalam rahim. keadaan ini
menyebabkan kram dan spotting.
janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan
ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya
pada minggu ke 12-16.
jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan
positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga
telah terjadi kehamilan ektopik. pada usg rahim tampak
kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut
terlihat darah.
laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik
secara langsung.
untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis,
yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat
kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan
lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. berbeda
dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak
membeku.
biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan
kehamilan ektopik.
pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam
tuba dan janin serta plasenta diangkat. tuba dibiarkan
terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan
jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan
penderita sulit untuk hamil lagi. prosedur ini kadang
dilakukan melalui suatu laparoskopi.
jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat
diperbaiki, maka tuba harus diangkat.
jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada
kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat
metotreksat.
anemia
anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut
oksigen) kurang dari normal.
selama hamil, volume darah bertambah sehingga
penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin
yang sifatnya menengah adalah normal.
selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi (yang
diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena
ibu harus memenuhi kebuhan janin dan dirinya sendiri.
jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan
adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang
biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat
besi di dalam makanan.
anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat
(sejenis vitamin b yang diperlukan untuk pembuatan sel
darah merah).
diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar
hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah.
anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan
tablet besi. pemberian tablet besi tidak berbahaya
bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung
dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi.

wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi
meskipun jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki
zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya sendiri.
anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
tablet folat.
untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit,
pengobatannya masih bersifat kontroversial; kadang
perlu dilakukan transfusi darah.
inkompatibilitas rh
inkompatibilitas rh adalah suatu ketidaksesuaian rh di
dalam darah ibu hamil dan darah bayinya.
sebagai akibat dari inkompatibilitas rh, tubuh ibu
akan membentuk antibodi terhadap sel-sel darah merah
bayi. antibodi menyebabkan beberapa sel darah merah
pecah dan kadang menyebabkan penyakit hemolitik
(sejenis anemia) pada bayi.
golongan darah ditentukan berdasarkan kepada adanya
molekul-molekul pada permukaan sel darah merah.
golongan darah rh terdiri dari beberapa molekul
tersebut.
salah satu dari molekul tersebut adalah rh-nol-d, yang
biasanya menyebabkan inkompatibilitas rh. jika sel
darah merah memiliki molekul rh-nol-d, maka dikatakan
rh-positif; jika tidak memiliki molekul rh-nol-d,
dikatakan rh-negatif.
inkompatibilitas rh terjadi jika ibu memiliki darah
dengan rh-negatif dan janin memiliki rh-positif yang
berasal dari ayahnya. darah janin bisa bercampur
dengan darah ibu melalui plasenta (ari-ari), terutama
pada akhir kehamilan dan selama persalinan.
sel darah janin dianggap sebagai benda asing oleh
tubuh ibunya, sehingga ibu menghasilkan antibodi untuk
menghancurkannya. kadar antibodi pada tubuh ibu terus
bertambah selama kehamilan dan antibodi ini bisa
melewati plasenta lalu masuk ke tubuh janin dan
menghancurkan sebagian sel darah merah janin.
akibatnya bisa terjadi penyakit hemolitik pada janin
(eritroblastosis fetalis) atau pada bayi baru lahir
(eritroblastosis neonatorum).
tetap pada kehamilan pertama, anak yang dilahirkan
jarang mengalami kelainan ini karena biasanya tidak
terjadi kontak yang berarti antara darah janin dan
darah ibu. pada setiap kehamilan berikutnya, ibu
menjadi lebih sensitif terhadap darah rh-positif dan
menghasilkan antibodi lebih dini.
penghancuran sel darah merah pada tubuh janin bisa
menyebabkan anemia dan peningkatan kadar bilirubin
(limbah hasil penghancuran sel darah merah). jika
kadar bilirubin ini sangat tinggi, bisa terjadi
kerusakan otak.
pada pemeriksaan kehamilan biasanya dilakukan
penyaringan untuk menentukan golongan darah ibu. jika
ibu memiliki rh-negatif, dilakukan pemeriksaan
golongan darah ayah. jika ayah memiliki rh-positif,
dilakukan pengukuran kadar antibodi rh pada ibu.
darah ibu dan darah bayi bisa mengadakan kontak selama
persalinan sehingga tubuh ibu membentuk antibodi.
karena itu sebagai tindakan pencegahan, diberikan
suntikan immunoglobulin rh-nol-d kepada ibu yang
darahnya memiliki rh-negatif dalam waktu 72 jam
setelah melahirkan bayi dengan rh-positif (bahkan juga
setelah mengalami keguguran atau aborsi).
pemberian suntikan ini menyebabkan hancurnya sel-sel
dari bayi yang mungkin mensensitisasi ibu, sehingga
biasanya kehamilan berikutnya tidak berbahaya.
tetapi sekitar 1-2% ibu yang mendapatkan suntikan ini
tetap mengalami sensitisasi, kemungkinan karena
sensitisasi terjadi lebih dini. untuk mencegah
terjadinya sensitisasi dini, suntikan bisa diberikan
pada kehamilan 28 minggu dan setelah persalinan.
dengan mengukur kadar antibodi rh pada ibu secara
periodik, bisa diambil tindakan untuk mengantisipasi
gangguan pada janin.
jika kadar antibodi rh terlalu tinggi, dilakukan
amniosentesis (pengambilan contoh cairan ketuban untuk
dianalisa). kadar bilirubin pada contoh cairan ketuban
diukur. jika kadarnya terlalu tinggi, dilakukan
transfusi darah pada janin.
transfusi tambahan biasanya diberikan setiap 10-14
hari sampai kehamilan 32-34 minggu. setelah lahir,
biasanya diberikan 1 atau beberapa kali transfusi.
pada kasus yang tidak terlalu berat, transfusi
biasanya baru dilakukan setelah bayi lahir.
abrupsio plasenta
abrupsio plasenta adalah pelepasan plasenta yang
berada dalam posisi normal pada dinding rahim sebelum
waktunya, yang terjadi pada saat kehamilan bukan pada
saat persalinan.
plasenta mungkin tidak menempel seluruhnya (kadang
hanya 10-20%) atau menempel seluruhnya. penyebabnya
tidak diketahui.
abrupsio lebih sering ditemukan pada wanita yang
menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes atau penyakit rematik dan wanita pemakai
kokain.
terjadi perdarahan rahim yang berasal dari sisi tempat
menempelnya plasenta. perdarahan eksternal terjadi
jika darah keluar melalui vagina, tetapi jika darah
terperangkap di belakang plasenta, akan terjadi
perdarahan tersembunyi.
gejala yang timbul tergantung kepada luasnya pelepasan
plasenta dan banyaknya darah yang hilang.
gejalanya berupa:
- perdarahan vagina
- nyeri perut yang timbul secara tiba-tiba
- nyeri kram perut
- nyeri jika perut ditekan.
untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan
pemeriksaan usg.
abrupsio plasenta menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen dan zat gizi untuk janin dan bisa menyebabkan
kematian janin.
sedangkan ibu bisa mengalami perdarahan yang serus,
dic (disseminated intravascular coagulation, bekuan
darah di dalam pembuluh darah), gagal ginjal dan
perdarahan ke dalam dinding rahim. keadaan ini lebih
sering terjadi pada wanita hamil yang mengalami
pre-eklamsi) dan bisa merupakan petunjuk bahwa janin
berada dalam keadaan gawat atau telah meninggal.
penderita segera dirawat dan menjalani tirah baring.
jika gejalanya berkurang, penderita mulai latihan
berjalan dan mungkin boleh pulang.
jika gejalanya semakin memburuk, dilakukan persalinan
dini untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
plasenta previa
plasenta previa adalah plasenta yang tertanam di atas
atau di dekat serviks (leher rahim), pada rahim bagian
bawah.
di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang serviks
secara keseluruhan atau hanya sebagian.
plasenta previa biasanya terajdi pada wanita yang
telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang
memiliki kelainan rahim (misalnya fibroid).
pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan
yang jumlahnya bisa semakin banyak. darah yang keluar
biasanya berwarna merah terang.
untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan usg.

jika perdarahannya hebat, dilakukan transfusi darah
berulang.
jika perdarahannya ringan dan persailinan masih lama,
bisanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring.
hampir selalu dilakukan operasi sesar karena cenderung
terjadi pelepasan plasenta sebelum waktunya, bayi bisa
mengalami kekurangan oksigen dan ibu bisa mengalami
perdarahan hebat.
hiperemesis gravidarum
hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan selama masa hamil, tidak seperti morning
sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan
kelaparan.
penyebabnya tidak diketahui.
faktor psikis bisa memicu atau memperburuk muntah.
berat badann pendertia menurun dan terjadi dehidrasi.
dehidrasi bisa menyebabkan perubahan kadar elektrolit
di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.
jika muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan
hati.
komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang
disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika
penderita muntah.
penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa,
elektrolit serta vitamin melalui infus. penderita
berpuasa selama 24 jam. jika perlu, bisa diberikan
obat anti-mual dan obat penenang.
jika dehidrasi telah berhasil diatasi, penderita boleh
mulai makan makanan lunak dalam porsi kecil.
biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. jika
gejala kembali kambuh, maka pengobatan diulang
kembali.
pre-eklamsi & eklamsi
pre-eklamsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam
air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan.
eklamsi adalah bentuk pre-eklamsi yang lebih berat,
yang menyebabkan terjadinya kejang atau koma.
pre-eklamsi terjadi pada 5% kehamilan dan lebih sering
ditemukan pada kehamilan petama dan pada wanita yang
sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau
penyakit pembuluh darah.
eklamsi terjadi pada 1 dari 200 wanita yang menderita
pre-eklamsi dan jika tidak diobati secara tepat
biasanya bisa berakibat fatal.
penyebab dari pre-eklamsi dan eklamsi tidak diketahui.

resiko utama terjadinya pre-eklamsi adalah abrupsio
plasenta.
gejala-gejala dari pre-eklamsi adalah:
- tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mm hg
- wajah atau tangan membengkak
- kadar protein yang tinggi dalam air kemih.
seorang wanita yang pada saat hamil tekanan darahnya
meningkat secara berarti tetapi tetap dibawah 140/90
mm hg, juga dikatakan menderita pre-eklamsi.
bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan
yang timbul segera setelah lahir. bayi yang dilahirkan
juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi
plasenta atau karena lahir prematur.
pre-eklamsi dan eklamsi tidak memberikan respon
terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan
cairan) dan diet rendah garam.
penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam
jumlah normal dan minum air lebih banyak. sangat
penting untuk menjalani tirah baring.
penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke
kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam
perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan
aliran darah menjadi lebih lancar.
untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang,
bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui
pembuluh darah).
jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup
menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus
memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari.
jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya
penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus
berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.

penderita pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan
menjalani tirah baring.
cairan dan magnesium sulfat diberikan melalui infus.
dalam waktu 4-6 jam, biasanya tekanan darah kembali
normal dan bayi dapat dilahirkan dengan selamat.
jika tekanan darah tetap tinggi, sebelum persalinan
dimulai, diberikan obat tambahan.
komplikasi utama dari pre-eklamsi dan eklamsi adalah
sindroma hellp, yang terdiri dari:
* hemolisis (penghancuran sel darah merah)
* peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya
kerusakan hati)
* penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya
gangguan kemampuan pembekuan darah).
sindroma hellp cenderung terjadi jika pengobatan
pre-eklamsi tertunda.
jika terjadi sindroma hellp, bayi segera dilahirkan
melalui operasi sesar.
setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk
melihat tanda-tanda terjadinya eklamsi. 25% kasus
eklamsi terjadi setelah persalinan, biasanya dalam
waktu 2-4 hari pertama setelah persalinan.
tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6-8 minggu.
jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap
tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan
dengan pre-eklamsi.
herpes gestasional
herpes gestasional adalah lepuhan berisi cairan yang
sangat gatal, yang terjadi selama kehamilan.
penggunaan istilah herpes sebenarnya tidak tepat
karena ruam yang terjadi tidak disebabkan oleh virus
herpes maupun virus lainnya.
herpes gestasional diduga disebabkan oleh antibodi
abnormal yang beraksi terhadap jaringan tubuh sendiri
(reaksi autoimun).
ruam ini bisa timbul kapanpun setelah kehamilan 12
minggu atau segera setelah persalinan.
ruam biasanya terdiri dari vesikel (lepuhan
kecil/besar yang berisi cairan) atau bula
(pembengkakan yang bentuknya tidak beraturan dan
berisi carian).
ruam ini seringkali berawal di perut lalu menyebar.
segera setelah persalinan, ruam akan semakin memburuk
dan menghilang dalam beberapa minggu atau bulan
kemudaian.
ruam seringkali muncul lagi pada kehamilan berikutnya
atau jika penderita menggunakan pil kb.
bayi yang dilahirkan mungkin memiliki ruam yang
serupa, tetapi biasanya akan menghilang dalam beberapa
minggu, tanpa pengobatan.
untuk memperkuat diagnosis, diambil kerokan kulit yang
terkena dan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui
adanya antibodi.
tujuan pengobatan adalah untuk meringankan gatal-gatal
dan mencegah terbentuknya lepuhan yang baru.
untuk ruam yang ringan, diberikan krim kortikosteroid
yang dioleskan langsung ke kulit yang terkena sesering
mungkin.
untuk ruam yang lebih luas, diberikan kortikosteroid
per-oral (melalui mulut). mengkonsumsi kortikosteroid
pada akhir kehamilan tidak akan membahayakan bayi.
jika setelah persalinan gatal-gatal semakin hebat atau
ruam semakin menyebar, mungkin perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis yang lebih tinggi.
urtikaria gestasional
urtikaria gestasional adalah kaligat yang terjadi pada
saat hamil.
penyebabnya tidak diketahui.
kaligata biasanya timbul di perut, dan bisa menyebar
ke paha, bokong, kadang sampai ke lengan.
ruam kaligata biasanya muncul pada 2-3 minggu
menjelang persalinan. tetapi mungkin saja timbul
setelah kehamilan mencapai 24 minggu.
rasa gatal sering menyebabkan penderita tidak dapat
tidur di malam hari.
setelah persalinan, kaligata biasanya menghilang dan
tidak kambuh pada kehamilan berikutnya.
untuk mengatasi gatal-gatal dan meredakan ruam
kaligata, diberikan krim kortikosteroid yang dioleskan
sesering mungkin.
jika ruamnya lebih berat, diberikan kortikosteroid
per-oral.
Informasi Penyebab,Gejala, Pengobatan, Diagnosis,
Pencegahan dan lain lain hanya ada di medicastore.com

--- 2Fa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

belum tentu pak, itu gejala yg jamak buat kehamilan.
Gejala keguguran biasanya diawali dgn keluranya
flek/darah dr vagina.

Sebaiknya cepat istirahat (tiduran) bila merasakan
sakit dibagian perut,
dan periksa ke dokter bila ada riwayat keguguran
sblmnya.

~ela~


On 4/25/07, Rachmad Teddy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ibu-ibu, mau tanya lagi nih..
>
> kalau kram perut disertai dengan sakit pinggang
(pegal2), apakah termasuk
> tanda2 keguguran (untuk kehamilan sekitar 2
bulan)??
>
> Terima Kasih
>
> Teddy
>
>


Regards,
Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com



________________________________________________________
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
http://id.yahoo.com/


--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]






--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Reply via email to