Dr milis sebelah:

PENYEBAB INFERTILITAS PADA SUAMI DAN ISTRI
Sepasang suami istri sudah menikah hampir tiga tahun, namun belum juga 
dikaruniai anak. Mereka memeriksakan diri ke dokter dan melakukan terapi 
tertentu tetapi belum juga menunjukkan hasil. Sayangnya, mereka juga masih 
harus menghadapi stigma negatif dari lingkungan sekitar. Tampaknya, 
keterbatasan pengetahuan pada istilah infertilitas menjadi penyebab 
timbulnya stigma negatif tersebut.
 
Infertilitas adalah kondisi yang menunjukkan tidak terdapatnya pembuahan 
dalam waktu satu tahun setelah melakukan hubungan seksual tanpa 
perlindungan kontrasepsi. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan 
mendapat pembuahan dalam 1 tahun. Infertilitas dapat dibagi menjadi dua 
kelompok :
1.       Infertilitas primer, yaitu keadaan infertilitas yang dialami 
pasangan suami istri sejak awal mereka menikah.
2.       Infertilitas sekunder, yaitu keadaan infertilitas yang dialami 
pasangan suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah 
menikah.
 
Secara umum, infertilitas berhubungan dengan kondisi fisik, proses dan 
waktu.
 
1.       Kondisi Fisik
Kesuburan sangat ditentukan oleh kondisi fisik suami dan istri. Hal ini 
berhubungan dengan proses pembentukan serta kualitas sperma atau sel 
telur. Testis dapat menghasilkan 100-200 juta sel per hari atau 1 triliun 
sel selama hidup. Pematangan sperma terjadi kurang lebih 70 hari. Dalam 
saluran kelamin perempuan, sel sperma dapat hidup dan membuahi sel telur 
antara 3-5 hari.
Ovarium dapat menghasilkan1 sel telur setiap bulan. Bila tidak dibuahi, 
maka sel telur itu akan mati dan turun pada saat haid.
 
Kualitas sperma dan sel telur dipengaruhi banyak faktor, diantaranya :
a.       Secara alamiah perempuan mengalami fase menopause yang biasanya 
terjadi antara usia 40-50 tahun. Pada fase ini, lemungkinan untuk 
memperoleh keturunan lebih kecil. Berbeda dengan laki-laki, proses 
andropause yakni penurunan masa produktif biasanya terjadi saat usia yang 
sangat lanjut.
b.       Beberapa kelainan genetika dapat berpengaruh pada kesuburan 
terutama yang berhubungan dengan anatomi kelamin dan sistem hormonal pada 
suami maupun istri.
c.       Penyakit tertentu, misalnya infeksi pada saluran kelamin, 
varicocel pada pria, kista ovarium, mioma uteri pada wanita, dapat 
menghambat kehamilan.
d.       Kebiasaan merokok dan minum alcohol terbukti mengurangi kualitas 
kesuburan.
e.       Menurut penelitian, kegemukan dapat mempengaruhi kesuburan. Pada 
wanita yang kegemukan terdapat kelainan pada sekresi hormon gonadotropin 
oleh kelenjar hipofisis. Kelainan ini pada akhirnya mempengaruhi produksi 
hormon estrogen dan progesteron.
f.         Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia dan polusi tinggi 
juga dapat mengurangi kualitas kesuburan.
g.       Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres dapat mengganggu 
kualitas dan proses kesuburan.
 
2.       Proses
Terjadinya pembuahan dan kehamilan dimulai dengan masuknya sperma dalam 
saluran kelamin wanita dan bertemu dengan ovum atau sel telur di dalam 
saluran ovarium (tuba falopii). Hasil pembuahan (embrio) itu digerakkan 
menuju rahim untuk berkembang di dalamnya. Proses berhasil tidaknya proses 
kehamilan sangat dipengaruhi beberapa hal :
a.       Metode kontrasepsi: Penggunaan kondom pada pria atau diafragma 
pada wanita tidak memungkinkan terjadinya proses pembuahan.
b.       Beberapa kelainan anatomis, seperti kelainan pada rahim atau 
saluran kelamin lainnya dapat mengganggu proses kehamilan.
c.       Penyakit seperti myoma uteri, bukan saja menghalangi masuknya 
sperma, tetapi juga mengakibatkan proses perlengketan embrio pada rahim 
terganggu. Perlengketan atau tertutupnya tuba falopii dapat terjadi karena 
infeksi dan peradangan, atau tumbuhnya jaringan ikat.
 
3.       Waktu
Sel telur hanya dihasilkan satu kali setiap bulannya dan umurnya pun 
pendek. Sehingga pengetahuan mengenai masa subur menjadi hal yang sangat 
penting. Untuk mengetahui masa subur dapat dilakukan beberapa cara :
a.       Metode kalender
Dalam menggunakan metode ini, perlu diketahui siklus menstruasi secara 
individual. Menstruasi seorang wanita rata-rata terjadi setiap 28-35 hari. 
Ovulasi terjadi pada 14 hari sebelum perkiraan menstruasi berikutnya. Pada 
wanita dengan siklus 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke-14 (hari 
pertama dihitung saat darah menstruasi keluar pertama kali setiap 
bulannya). Pada wanita dengan siklus 35 hari, ovulasi terjadi pada hari 
ke-21. Cara ini kadang tidak tepat, karena perkiraan menstruasi berikutnya 
bisa saja meleset.
b.      Pengukuran suhu tubuh
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer pada mulut setiap pagi 
hari, mulai hari pertama menstruasi sebelum melakukan aktivitas. Ovulasi 
terjadi bila terdapat kenaikan 0,2-0,4°C dari rata-rata suhu tubuh normal 
(36-37°C).
c.       Pemeriksaan lendir rahim atau mulut rahim
Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari setelah menstruasi berakhir. Masa 
subur ditunjukkan adanya lendir jernih dan elastis pada kelamin luar 
wanita. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila wanita tersebut baru 
saja melakukan hubungan seksual.
d.      Pemeriksaan hormone LH (Luteinizing Hormone), hormon yang 
mempengaruhi proses ovulasi
Pada saat ovulasi terjadi peningkatan kadar LH dalam urin. Dan inilah 
salah satu penentuan yang paling akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat 
dilakukan setiap saat karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
 
Pada prinsipnya, diperlukan peranan yang sama besar dari pasangan suami 
maupun istri. Dibutuhkan kesabaran ekstra karena kesempatan untuk hamil 
hanya ada satu kali selama periode satu bulan. Dalam usaha mendapatkan 
kehamilan, diperlukan konseling, terutama bagi pasangan yang memiliki 
masalah seksualitas. Untuk beberapa kasus, diperlukan juga tindakan medis. 
Hal lain yang tidak kalah penting adalah memperhatikan masa subur istri 
karena melakukan hubungan intim pada masa subur memberi peluang yang lebih 
besar untuk hamil.
 
Usaha yang tidak kalah penting adalah mengkonsumsi makanan yang seimbang, 
sehat, dan bergizi. 

Kirim email ke