Udah lama gak nonton siaran TV,...apa kabarnya ya?
Extrvaganza dan 4 Mata masih ada tho,..ck..ck..ck..

Di rumah jarang nonton TV, palingan setel VCD doang. Tapi teuteup anak saya
suka niru2 dari temennya yang niru dari TV (syusye kan) ;-)


On 7/11/07, 2Fa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

hihii...tetep semangat mba!

td maksibar sm jeng Gogo *sigh* dan seorang temen yg lmyn beredar di dunia
persilatan sebelah.
Biasa deh emak2 gosipin anak, RT smp mslh KB. Tnyata temen ini sdh bbrp hr
ini mem'breidel' tipi nya, alesannya gr2 skrng anaknya yg gede (usia TK)
mulai fokus ke tipi dan mulai meniru kt2 yg didenger ditipi. Doi curiga sm
pbt nya yg doyan nntn tipi,  pdhl sdh diperingati.
Singkat cerita, akhirnya itu tipi dilepas kabel powernya dan kabel
antenanya
digulung dilempar ke loteng. End of story.

Intinya sih, sbnrnya stasiun tv itukan ibarat penjual, klo dagangannya gak
laku ya hanya ada 2 cara, yaitu gulung tiker ato ganti format jualan.
Nah yg di educate justru pembelinya, uda tau itu dagangan bahaya tpi kok
ya
msh dibeli terus.
Mgkin gak perlu se-ekstrem temen saya itu, krn walo gmn jg TV itu penting
jg
sbg media komunikasi, malah skrng informasi tsunami jg msk tipi khan.


On 7/11/07, deska rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ada 2 hal yang bikin saya kesel sama negara ini.
> 1. Politik
> 2. acara TV
> karena politik gak mungkin bisa protes dan cape deeeeeeeeeh... kayaknya
> lebih baik 'do something ' di point no 2.
> yang penting ada lah yang bisa kita lakuin walau dikit dan sepoi2 tapi
> kalau rame2 kan berasa juga anginnya? heheheh..
>
> Menengok ke belakang, MVP waktu itu sukses sekali memproduksi Jin dan
Jun.
> walau protes berdatangan, tetapi sinetron itu tetap mendapat sambutan
yang
> baik di masyarakat. kemudian disusul tuyul dan mbak yul dan sejenisnya.
> ini merupakan bisnis yang sangat menggiurkan karena biaya produksi tidak
> terlalu mahal, income dari iklannya besar.
>
> dengan semakin ketatnya persaingan bisnis di industri ini, makin banyak
> sinetron2 "tidak bermutu" yang nyatanya digemari masyarakat Indonesia
> sendiri.
> jadi kalau ditanya siapa yang bertanggung jawab, kita semua yang harus
> bertanggung jawab.
> stasiun TV juga bukan satu2nya pihak yang diminta pertanggung
jawabannya.
> . karena ini bicara industri/bisnis, bukan bicara TV sebagai media
> mencerdaskan bangsa.
> dulu TPI awal on air meng-claim sebagai TV pendidikan. tapi karena
> share-nya gak bagus (ujung2nya bisa rugi), dirubahlah acaranya dengan
> sinetron2 juga.
>
> jadi kita sebagai orang tua, ya harus selektif mungkin memilih acara di
> TV. kalau memang TV indonesia dinilai tidak mencerdaskan bangsa, kita
nonton
> TV kabel aja. daripada sakit hati melihat tayangan di TV, termasuk
iklan2nya
> yang tidak mendidik juga.
>
> sebaiknya sih, stasiun TV juga lebih bijak lah menyikapi acara2nya
> sendiri, jangan melulu hanya persaingan bisnis. isu2 yang sensitif
seperti
> KDRT, jangan dibuat joke2 yang gak "lucu" kayak gitu seperti yang
> ditayangkan di EXTRAVAGANZA.
>
> kalau mau,  perombakan total  kebudayaan masyarakat.
> maksudnya kalau ada sinetron/Tv program yang penuh dengan sihir,
> kekerasan, percintaan anak2, ya gak usah di tonton.
> kalau sharenya jelek, yang berimbas gak ada yang pasang iklan, Stasiun
TV
> juga gak mau nayangin lagi. tapi ya apa mungkin meminta orang indonesia
> lebih selektif nonton TV? terutama yang di daerah2.
> kan sama aja berharap merubah kebudayaan yang udah mengakar dan itu maha
> beratnya.
> maap maap.. jadi semangat banget.
> mohon maaf kalau ada yang gak berkenan ya
>

Kirim email ke