All parents Ini aku punya kumpulan diskusi ttg MMR vs autism dr milis sehat. Smoga bisa bikin pencerahan yah… Autisme tuh gangguan perkembanmgan yg kompleks yang biasanya ditandai dg tidak adanya kontak sosial dg sekitanrnya.. Autisme ini penyebabnya genetik bs jd ini sudah tjd saat proses kehamilan n bukan krn vaksin MMR... tapi nih anak yg udah ada bakat atau punya gen autism emg sebaiknya ditundA DULU PEMBERIAN VAKSIN MMRNYA
Anakku udah dpt MMr pas umur 18 bln..agak telat sih soanya di SMG susah ada dokter yg mau ngasih...wkt dulunya Uci mamaKavin+Ija http://oetjipop.multiply.com ----- Original Message ----- From: "segaintil" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, July 08, 2005 3:44 AM Subject: [sehat] Re: Artikel "Deadly Immunity" (Robert F. Kennedy Jr.) : tentang vaksin pemicu autis Kami di eropa engga terpengaruh kok dengan berita beginian. Saya malah tahunya dari milis milis Indonesia, antara yang suka disebarluaskan oleh Ibu Ines Indrati Mulyawan (saya letakkan di bawah ini). Menyoal autisme angkanya sangat tinggi, dari laporan Prof Buitelaar (psikiater dari Universitas Utrecht - Nijmegen) yang tengah mempersiapkan kriteria baru autisme untuk DSM VI, hal itu disebabkan karena kriteria DSM IV bisa menyikat banyak anak-anak dengan perkembangan lain (bukan autisme) terdiagnosa autisme. Dan kesalahannya bisa sangat tinggi. lagipula menurut teman-teman di Amerika untuk anak-anak late talker, yang ternyata cocok dengan kriteria, maka jika ingin mendapatkan intervensi maka diagnosa yang digunakan seringkali juga autisme. jadi menambah angka itu. Untuk jelasnya, Prof Buitelaar akan berkunjung ke Jogja bulan November, dan akan bicara tentang deteksi dini dan masalah diagnosa autisme. Di Eropa beberapa waktu lalu juga ada kelompok yang menamakan dirinya Coalition of Health Freedom (asalnya dari Amerika), isinya bakul nutrisi natur, food supplement, homeoptahy, obat-obatan natur dan pedagang MLM-nya. Kerjanya ngirim berita begituan. Tapi karena sekarang engga pernah muncul lagi, karena bisa dicomot polisi dan dituduh melakukan penipuan, pengacauan dlsb. Yang menjadi bentengnya adalah kelompok (LSM) Stichting tegen de kwaakzalvernij (Against Health Fraud) yang di Indonesia belum ada. Salam, Julia Maria --------------------------------------------------- ----- Original Message ----- From: "Purnamawati" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, July 08, 2005 6:34 AM Subject: Re: [sehat] Re: Artikel "Deadly Immunity" (Robert F. Kennedy Jr.) : tentang vaksin pemicu autis Dear Ibu Yulia Thanks a lot Sangat berarti sharing Ibu Yulia Memang kriteria DSM itu tinggi "false positive nya" Saya prihatin atas dua hal; Pertama, angka cakupan imunisasi akan terus menurun dan dampaknya buesar sekali .. bukan hanya pada anak ybs melainkan juga terhadap lingkungannya... Kalau satu anak campak .. kan anak di lingkungannya berisiko Keprihatinan kedua ... anak-anak dilabel paksa seolah ada kelainan .. dipaparkan pada berbagai bentuk intervensi yang traumatik, suplemen yang mahal. Merteka kehilangan childhood innocence and spontaneity Dirampas Hak nya Coba kalau kita tanya pada anak ... Nak ... coba kamu pilih ... Mau diimunisasi atau tidak? Saya yakin ... kalau mereka bisa membuat keputusan .. jawabannya adalh ... Bunda ... saya tidak mau sakiit Love wati ------------------------------------------------- ----- Original Message ----- From: "segaintil" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, July 08, 2005 2:18 PM Subject: [sehat] Re: artikel "Deadly Immunity" yang ditulis oleh Robert F. Kennedy Jr Dear semuanya, Barangkali begini caranya untuk menyaring berita. Kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu autis. Penyebab autis hingga kini masih tidak diketahui, terus saja menjadi bahan perdebatan. Namun Saat ini sudah ada konsensus dunia dan sudah masuk ke dalam berbagai jurnal kedokteran, bahwa genetik membawa peranan besar. Artinya waktu anak itu lahir, dia sudah membawa BLUE PRINT dari kromosomnya yang menggariskan ia akan menjadi anak yang seperti apa. (Dongeng sedikit, beberapa kali saya bicara di forum-forum seminar, kongres dan diskusi sharing, banyak orang tua anak autis yang marah kalau saya menyampaikan hal ini, katanya: "kalau genetis, mana buktinya, kita orang tuanya engga ada yang autis kok". Engga begitu cerita, masalah autis bukan kayak kulit bule atau item, bapaknya bule ibu bule anak bakal bule. Gangguan autisme adalah gangguan majemuk, yang gangguannya bisa dibawa dari mana-mana generasi sebelumnya, dan kebetulan secara mozaik berada dalam kromosom berkumpul dalam anak tersebut). Oke, kalau itu setuju saya teruskan. Karena sejak tahun 1994 angka autisme meingkat hebat, ini gara-gara diluncurkannya kriteria diagnosa autisme DSM IV dari Amerika yang ternyata (seperti Dr Wati juga katakan), banyak False positive-nya. Apalagi autisme sebetulnya adalah kondisi yng sangat jarang, yaitu 4 dari 10.000 anak yang lahir. Tetapi saat balita, banyak anak yang perkembangannya mirip mirip autisme (anak late takler, anak visual learner, anak jenius, anak bergangguan processing informasi - CAPD namanya, anak mental retarded, dan gangguan perkembangan lainnya) semua cocok jika diconteng dengan kriteria autisme DSM IV tea. Lalu di dunia ini ahli autisme sangat jarang sekali, apalagi kalau memang negara itu tidak punya lembaga/rumah sakit khusus autisme. Gara-gara populernya dan gampangnya nyonteng kriteria autisme ini, maka angkanya meledak ledak sampai beritanya di US 1 : 150 (kalau tinggi begini tentunya negara itu sudah membuat tindakan pemberantasan autisme, ini kok departemen kesehatannya US engga?). Dan negara lain juga ikut-ikutan angkanya tinggi. (Sebetulnya di Eropa sudah diralat ralat terus terusan.... jangan menggunakan DSM IV untuk anak-anak sebab nanti anak bukan autisme ketimpa juga, karena anak balita tengah berkembang, tapi ada kelompok yang nguplek dalam intervensi dini malah minta diagnosa sedini mungkin, padahal kriteria untuk anak sedini mungkin itu susah banget membuatnya apalagi menegakkan diagnosanya kecuali yang parah banget). Sedang anak-anak yang mempunyai gejala autisme tetapi gejalanya tidak penuh dikelompokkan ke dalam PDDNOS dan satu payung dengan autisme dengan nama PDD, yang kemudian menjadi sebuah kontimum disebut autisme spektrum disorder (ASD). Nah karena dalam perkembangan anak itu sangat fluktuatif dan berubah-ubah terus, anak yang berada dalam kontinum itu tempatnya akan berubah-ubah, maka batas antara autisme beneran dan autis autisan sudah gak jelas lagi, jadi orang juga menjadi bingung sendiri, akhirnya diberi nama saja semua autisme, dan penanganannya juga bingung maka penanganannya ya kasih saja autisme semua. Jadi angka autisme jadi tinggiiiii banget karena yang autis autisan juga masuk (dan seringkali di atas 5 tahun ganti sarung bukan autisme lagi). (Refffoot ya ceritanya). Karena tadi dikatakan genetis, seharusnya hal ini juga bisa dibuktikan dengan penelitian biososiologi dan antropo-genetika, artinya dicari bagaimana gen itu turun temurun, tapi sampai sekarang susah diketemukan, karena autisme adalah sekumpulan gejala majemuk yang kombinasinya mozaik kebetulan berkumpul di satu anak itu. Jadi kombinasi itu datangnya dari mana-mana sulit diketahui, sebab kalau seseorang di atasnya (om tante, nenek uwak dlsb) hanya membawa satu kombinasi, maka ia bukan jadi autis sepentil atau secuil, tetapi gambarannya menjadi gangguan lainnya. Cara lain adalah dengan memeriksa DNA-RNA (faktor yang membawa sifat) dalam gen penderita autisme. Tapi sampai saya ikutan kongres internasional di Bld soal ini tahun lalu, seluruh ahli genetika yang meneliti ini belum bisa menemukan gen mana yang sesungguhnya berperanan. Karena sekali lagi, autisme adalah kumpulan gangguan yang majemuk dan mozaik. Mozaik artinya setiap anak penyandang autisme akan mempunyai gejala yang berbeda-beda, domain perkembangan apa yang parah dan ringan, dan pada facet apa... masing masing beda. Walau begitu para ahli genetika yakin bahwa masalah genetis lah yang membuat perkara, karena sudah banyak pengalaman di banyak negara negara di Eropa yang sudah mendirikan panti panti autisme sejak tahun 1930-an, dan literaturnya tersebar dalam bahasa bahasa Eropa berpuluhan tahun, menunjukkan bahwa autisme ini akan disandang seumur hidupnya. Karena penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas, maka banyak orang ribuuuttt dengan penyebabnya. Sebab autisme ini sering tidak nampak nyata saat bayinya. Kecuali yang parah-parah banget dan mental retarded, berbagai gangguan fisiknya & psikologisnya bisa terlihat, jadi ada kelompok yang menuding penyebabnya dari luar, kayak teori otak keracunan makanan (Gut-brain pathway teori - yg sebetulnya teori kuno sudah dikubur dan kini dipakai rame rame oleh para pengobat natur), vaksin, obat-obatan, polusi, sampai sampai tambalan amalgam juga kena tuduh tanpa menjelaskan bahwa mercury yg digunakan dalam amalgam sudah berubah menjadi metal mercury yang gak mungkin lagi diserap tubuh. Artinya di dunia ini ada dua kelompok yang percaya pada penyebab, yaitu kelompok genetika, dan kelompok non genetika (makanan, polusi, obat, vaksin, dll). Mereka berkelahi nih. Sedang kelompok non genetika ini banyak juga kelompoknya masing masing akan bersitegang akan kebenaran "teorinya" (natur vs nurtur). Tapi ada juga kelompok lain, yang mengakui genetis tapi... kalau tidak ada pencetusnya katanya (makanan, vaksin, polusi dslb) maka autisme tidak akan muncul. Ada juga dokter yang mengkombinasi dengan pengetahuan kedokteran alternatif, kayak homeopathy, dokter ini dokter terapi alternatif, biasa yang dibicarakan adalah masalah gangguan sistem imunitas (ini adalah prinsip homeopathy). Kelompok non-genetika (nurtur) tadi wira-wiri saja kerjanya, dari satu teori nurtur satu ke teori nurtur lain. Hari ini bilang penyebabnya makanan, hari lain bilang penyebabnya vaksin, hari lain bilang penyebabnya polusi. Sampai saat ini semua teori penyebab non- genetika juga belum pernah ada yang bisa diterima oleh himpunan ahli- ahli dalam kedokteran, karena belum ada bukti empiriknya. Tetapi pasaran terapinya sudah rameee... buanyak banget,juga pencegahannya , yang akhirnya juga jadi kacau. Banyak yang menawarkan semua teori & pengobatan dicoba saja.... zoektocht... pencarian katanya (namanya juga orang tua demi anak apapun dilakukan tanpa terasa sudah melakukan abusing terhadap anaknya). Apalagi jika masyarakat banyak dicekoki oleh berbagai teori yang tak bertanggung jawab, dan menempatkan para orang tua sebagai korban medik... ya beres deh... orang tua yang bukan dokter, hanya dengan satu kasus anaknya yang juga belum tentu autis betulan (karena banyak salah diagnosa) bisa menjadi aktivis ini, bisa bikin gonjang ganjing dunia orang tua. Apalagi yang dokter, malah dikejar kejar jadi aktivis ini, lha.... soalnya ada bonusnya jeee... (dari pabrik nutrisi, food supplement, jenis vaksin baru, dlsb). Lagi pula modul modulnya untuk ini banyak, dibuat sengaja oleh koalisi koalisi itu dan dikirim, dicetak, dipublikasi untuk mencapai sasaran dan kehendaknya (politik, dagang obat alternatif, obat natur, food supplement, eksperimen gelap dimana tak terasa pasien dijadikan objek eksperimen tanpa bilang bilang... mau aja jee... wong bingung). Saya sudah bertahunan berkecimpung dalam masalah salah diagnosa dan penanganan autisme ini, seringkali ngenes banget, melihat dunia ini kok amburadul, kasihan para orang tua inosens, cuma dibikin bingung. Ah... ah....!Kenapa ya kok bisa begini? Salam, Julia Maria van Tiel ------ Original Message ----- From: "Purnamawati" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, July 07, 2005 10:30 PM Subject: [sehat] pedihnya saya, sengsaranya anak indonesia Dear Ibu Yulia dan Nensi Thanks a lot Ibu Yulia I really appreciate your comment Ibu Nensi ... Saya kok prihatin banget Di tengah maraknya polio, campak, rubella, lalu gondongan ... masih saja ada upaya-upaya anti vaksinasi Ibu Nensi ... Kasihan kan anak-anak Indonesia ... menderita lahir batin Kasihan kan orang tua nya ... kebingungan dan kehilangan enersi Ketika banyak pihak berupaya sebisanya untuk melakukan upaya promotif mensukseskan program imunisasi ... dalam skala sekecil apapun ... Katakanlah Ibu Nensi tidak setuju dengan program imunisasi ... sebaiknya Ibu konsentrasi saja di "habitat" ibu yang memang sudah kadung anti imunisasi ... Ibu Nensi Bagaimana bila anak-anak yang tidak diimunisasi lalu cacat, atau di usia sekolah dasar menderita komplikasi lambat measles dalam bentuk SSPE lalu meninggal, dst dst Bisakah ibu menjawab ketika mereka lalu mempertanyakan : "mengapa ibu "menakut-nakuti" orang tua saya?" Ibu Nensi ... kejadian itu kan tahun 2000 ... selama 5 tahun banyak yang bisa diperbuat kalau memang vaksinasi berbahaya. Percayakah ibu bahwa kebenaran bisa ditutup-tutupi .. apalagi ketika menyangkut nyawa manusia ... apalagi ketika menyangkut nyawa anak-anak ... Pasti yang menutup-nutupi sudah diajukan ke sidang HAM internasional ... atas tuntutan kriminalitas tingkat tinggi ... Dear beloved SP Saya lelah sekali ... KONIKA, lalu di Jakarta banyak hal mesti saya kerjakan, belum lagi memikirkan kelangsungan jangka panjang grup sehat, meeting seharian tadi ..besok ke Batam ... Minggu depannya lagi ke Kaltim Sebetulnya saya sudah telp Luluk minta ijin absen milis (email tetap dipantau) selama 2 minggu ... tetapi saya TIDAK TAHAN membaca email2 yang seperti cuci otak agar kalian anti imunisasi Please be wise Please try to get balanced information Please try to see both sides, manfaat nya harus dilihat jangan cuma melihat sisi jeleknya saja .. apalagi ketika sisi jeleknya "rekaan" ... I have faith on you I know that you are all too smart to be "fooled" by such a sensational issue Kalian terlalu bijak dan terlalu cerdas untuk bisa dikelabui berita2 sensasional Cinta saya Hormat saya buat kalian, buat anak2 kalian wati ----- Original Message ----- From: Reyna Miranda To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 22, 2005 5:57 PM Subject: Re: [berbadan-dua] FAQs (frequently asked questions) about MMR V accine & Autism dear mom... apanya ya yang berhati-hati? :)) WHO itu bukannya internasional punya dan kiblat medis dunia? saya lebih berpegang pada situs2 yang bisa di ambil kebenarannya daripada ambil dari situs2 lain yang ngga genah.. :)) setau saya, saya kirim selalu menyertakan situs-situs yang berhubungan dan memperkuat statement2 tersebut.. statement dari dokter wati hanya satu dari banyak suara yang berkepentingan di indonesia yang menyerukan hal yang sama. kan mbak bisa liat sendiri di : 1. www.who.int : coba liat disini http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/ : Based on the extensive review presented, GACVS concluded that no evidence exists of a causal association between MMR vaccine and autism or autistic disorders. http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/ http://www.who.int/vaccine_safety/topics/thiomersal/en/ kalo masih blom puas, mo ubek-ubek lagi silahkan klik disini : http://search1.who.int/search?ie=utf8&site=who_main&client=who_main&proxysty lesheet=who_main&output=xml_no_dtd&oe=utf8&q=MMR+and+autism&btnG.x=23&btnG.y =7&btnG=Submit 2. www.cdc.gov (centers for disease control and prevention) : http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/autism/cadata.htm : A follow-up analysis of the data published in 2001 showed that there is no association between autism rates in California and the proportions of young children in this state who have received Measles Mumps Rubella (MMR) vaccine. http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/autism/autism-mmr.htm di CDC ini ada situs Autis nya : Current scientific evidence does not support the hypothesis that measles-mumps-rubella (MMR) vaccine, or any combination of vaccines, causes the development of autism, including regressive forms of autism. http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/gen/multiplevac.htm kalo masih belum puas, mo ubek-ubek juga silahkan klik disini : http://www.cdc.gov/search.do?action=search&queryText=mmr+&x=0&y=0 3. www.idai.or.id yang menganjurkan vaksinasi MMR.. IDAI itu singkatan dari IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.. :)) jadi bukan dokter wati aja kan ya.. :) soalnya pasti ada ribuan dokter anak di indonesia.. dan sebagian sayangnya masih terjebak dalam issue autis dan MMR padahal sumber terpercaya internasional yaitu WHO dan UNICEF sendiri telah memberikan statement bahwa autis tidak berhubungan dengan MMR or HIB 4. http://www.aventispasteur.co.id jadi sebetulnya kalo mo kilah-kilah.. ato debat-debat.. ya silahkan aja klaim/ sue WHO, CDC, UNICEF dan badan-badan kesehatan dunia lainnya Beberapa kumpulan jawaban dari ortu yang anak2 mereka telah di imunisasi MMR dan tentu saja.. pendapat dokter purnamawati :)) Mudah-mudahan dibaca ya, soale ini kan dalam bahasa indonesia.. jadi moms/ dads dan moms/ dads to be.. bisa pertimbangkan lagi.. hmmm... mbak nensi minta satu pendapat dokter selain dokter wati di indo yang dipublish? coba baca kiriman nya ibu ade dibawah ini ya.. ada pendapat dari dokter erawan NAH ITU TADI BUAT YANG MASIH JUGA MERAGUKAN IMUNISASI ini artikelnya : Vaksinasi MMR tidak Menyebabkan Autisme LONDON -- Vaksinasi MMR (measles, mumps, dan rubella) untuk penyakit campak, gondongan, dan rubella tidak terbukti menyebabkan autisme. Temuan Institute of Psychiatry ini sejalan dengan fakta tetap meningkatnya jumlah penderita autisme meski vaksinasi campak, gondong, dan rubella itu tidak lagi diberikan. Meski didukung dengan bukti yang kuat, temuan terbaru ini tidak serta merta dipercayai para pengkampanye autisme. Mereka ingin melihat lebih banyak bukti sebelum meyakini keamanan suntikan MMR. ''Sebetulnya, temuan kami secara jelas telah mengungkap tidak adanya kaitan antara autisme dengan vaksinasi MMR,'' jelas Profesor Michael Rutter dari Institute of Psychiatry kepada BBC. Kekhawatiran akan adanya hubungan antara autisme dengan vaksinasi MMR mencuat di tahun 1998. Itu terjadi setelah hasil penelitian Dr Andrew Wakefield diterbitkan di Lancet. Wakefield menyimpulkan MMR dapat memicu terjadinya autisme. Kendati demikian, sejauh ini belum ada satu pun penelitian yang pernah membuktikan keterkaitan tersebut. Umumnya, para pakar yakin vaksin MMR aman. Keyakinan itu rupanya tidak membuat warga Inggris merasa lebih aman. Hingga kini, masih banyak yang menolak untuk divaksinasi MMR. Sementara itu, untuk membuktikan tidak adanya hubungan antara vaksin MMR dan autisme, Rutter dan rekan memantau tingkat autisme pascapenarikan vaksin MMR. Jepang menarik pasokan vaksin MMR setelah mempertimbangkan kemungkinan turunan vaksin gondong yang terkandung dalam vaksin MMR terkait dengan kasus meningitis. Jepang pun akhirnya memilih memberikan vaksin terpisah bagi warganya. Sejak pasokannya ditarik, pemberian vaksin MMR turun drastis. Program vaksinasi yang ditujukan untuk anak berusia satu tahun itu di tahun 1988 diikuti oleh 69,8 persen anak. Persentasenya merosot menjadi 33,6 persen di tahun 1990. Dua tahun kemudian, 1992, anak yang menerima vaksinasi MMR hanya 1,8 persen. Peneliti dari Yokohama Rehabilitation Center dan Institute of Psychiatry kemudian mempelajari spektrum autisme pada 31.426 anak yang usianya maksimal tujuh tahun dengan tahun kelahiran 1988 hingga 1996. Penelitian yang dipublikasikan pula di Journal of Child Psychology and Psychiatry ini membuktikan jumlah kasus autisme terus meningkat setelah program vaksinasi MMR dihentikan. Dari 10 ribu anak yang lahir tahun 1988 ada 48 kasus autisme yang ditemukan. Angka itu tetap meningkat menjadi 117,2 per 10 ribu anak yang lahir tahun 1996. Menurut Rutter, kalau vaksin MMR benar-benar menyebabkan autisme, semestinya jumlah penderita autisme akan merosot begitu vaksinnya ditarik. Karena tidak terbukti menyebabkan autisme, vaksin MMR patut dikatakan aman. ''Namun, kami tidak meneliti kemungkinan yang bisa saja dialami oleh sekelompok kecil anak yang rentan terhadap vaksin MMR,'' kata Rutter. Profesor Jean Golding dari Department of Clinical Medicine, University of Bristol, mengatakan temuan Rutter sejalan dengan temuan lain yang lebih dulu dirampungkan. Dia pernah melakukan penelitian yang mencoba mengungkap penyebab autisme. Golding pun sepakat vaksin MMR tidak memicu autisme. Menanggapi luasnya kalangan yang menerima hasil penelitian Rutter, Jackie Fletcher selaku pengkampanye autisme menyarankan agar pemerintah Inggris melakukan uji klinis terhadap vaksin MMR. Pasalnya, sekitar 1.700 anak Inggris diyakini telah menderita akibat dampak negatif suntik MMR. ''Kami ingin mencegah anak-anak merasakan efek negatif vaksinasi MMR,'' ujarnya. MMR dan imunisasi lainnya penyebab autis ????? ini cuplikan jawaban spesialis anak (purnamawati) yg sekarang mengisi di rubrik konsultasi cyberwoman ya.. bosan juga nih maaaf maaaf kalau ada efek samping sedahsyat itu, berapa ratus juta anak sdh autis? lalu Unicef, WHO, IDAI (dan satgas imunisasi) MESTI DITUNTUT DONG - kok gak ada yg berani nuntut? Seluruh dunia sangat khawatir dengen meningkatnya wabah penyakit menuluar yg menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi dan anak Imunisasi merupakan upaya yg sangat cost-effective, aman, murah, mudah, dan TENTUNYA LEBIH ETIS (DALAM BAHASA AWAMNYA LEBIH MANUSIAWI) KETIMBANG MEMBIARKAN ANAK JATUH SAKIT. gak pernah lihat anak tuli akibat mumps/gondongan? Gak pernah lihat anak CP - vegetatif (hidup - tetapi seperti tanaman) akibat otaknya rusak - setelah terkena campak? Gak pernah lihat bayi baru lahir cacat (katarak, kelainan jantung, otaknya rusak dan kecil) akibat ibunya kena rubella? dll dll dll Biaya pembuatan vaksin itu sangat besar. Hard labor., makan waktu bertahun-tahun sebelum suatu vaksin di nyatakan aman (bukan sekedar efektif) bagi konsumennya Nah mengapa harus bersusah payah seperti itu? Berarti, dampak kemanuasiaannya sangat besar. Please be smart, for the sake of your children Jangan karena IMAGINARY SCARED, YOU PLACED YOU BABIES UNTO A REAL DANGER OF FATAL DISEASES. MENGANDALKAN SUATU KETAKUTAN YANG TIDAK BERALASAN - PARA ORANG TUA JUSTRU - MENGHADAPKAN ANAK2 MEREKA KE SUATU RISIKO TINGGI YANG BUKAN HANYA POTENSIAL MEMBAHAYAKAN JIWA, TETAPI JUGA MEMBUAT CACAT SEUMUR HIDUP. nahhhhhhh Pilihan terletak di tangan anda semua Pergunakanlah nalar - please please - for the sake of your children COBA BIASAKAN MELIHAT SESUATU DARI 2 SISI UNTUNG NYA DAN RUGINYA BESARAN YG MANA MANA YG PERSENTASENYA LEBIH TINGGI - EFEK YG MERUGIKAN KAH ATAU YANG MENGUNTUNGKAN liat juga pendapat dr erawan Ibu Hanifa yang baik, Ada beberapa pandangan saya mengenai hal ini : 1. Bahwa autisme sudah ada sejak jaman dulu sebelum ditemukannya vaksin MMR hanya saja alat/sarana untuk mendiagnosanya tidak secanggih sekarang sehingga dulu kadangkala dianggap anak dengan kelainan mental, dll. 2. Kandungan yang ada dalam vaksin yang selama ini dipermasalahkan adalah turunan merkuri (thimerosal) tetapi perlu ibu ketahui bahwa keracunan merkuri gejalanya sangat berbeda dengan autisme, ibu tentu masih ingat kasus minamata atau yang masih hangat kasus teluk buyat, mereka yang terkena dampak kasus tersebut tidak ada satupun dengan gejala autisme. Dari situ mungkin bisa kita ambil kesimpulan tidak adanya hubungan antara merkuri dengan autisme. Dan perlu ibu ketahui juga untuk vaksin MMR adalah free-thimerosal. Dan thimerosal-pun bukan turunan merkuri yang berbahaya (etil merkuri). 3. Hal paling penting yang perlu diperhatikan adalah sangat berbahaya jika kita sampai tidak memberikan vaksin kepada anak kita hanya karena isu-isu yang tidak jelas tersebut. Bagaimana dengan nasib anak-anak kita yang tidak terimunisasi? Akan lebih fatal akibatnya, sebagai contoh penyakit hepatitis-B dimana angka kejadian baru tiap tahunnya di Indonesia adalah 1 : 10 orang artinya setiap 1 orang dapat terinfeksi penyakit hepatitis-B diantara 10 orang di Indonesia. Apakah kita akan membiarkan hal tersebut terjadi pada anak kita? sedangkan kita sebetulnya bisa mencegahnya. Setuju tidak moms and dads ?? http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/ http://www.who.int/vaccine_safety/topics/thiomersal/en/ http://www.aventispasteur.co.id ade ======================================== http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=17181&kat_id=100&kat_id1= > &kat_id2= > > > > Minggu, 28 Januari 2001 > Vaksin MMR Diduga Sebabkan Autisme > Layaknya vaksin, MMR dimaksudkan untuk membentengi seorang anak dari > serangan penyakit. Tapi belakangan, vaksin ini justru dituding > menyebabkan autisme. Benarkah? > > Terkejut, juga cemas. Perasaan itulah yang akhir-akhir ini mengharu biru > sejumlah orang tua yang anaknya pernah divaksin MMR (measles, mumps, and > rubella). > > Farida misalnya, langsung gemetar begitu membaca berita 'buruk' soal > vaksin MMR di internet. "Aduh, mudah-mudahan anakku nggak apa-apa," > tutur ibu muda yang setahun lalu membawa putri keduanya ke dokter anak > untuk mendapatkan vaksin pencegah penyakit campak, gondongan, dan campak > Jerman ini. > > Adalah Prof Dr Andrew Wakefield, konsultan gastroenterologis pada Rumah > Sakit Free Royal, London yang pertama kali menyatakan bahwa vaksin MMR > bisa menyebabkan autisme pada anak. Klaim ini didasarkan atas kasus 170 > anak yang datang ke kliniknya. Anak-anak tersebut mengalami sindrom > autisme dan penyakit usus setelah diinjeksi dengan vaksin ini. "Pekan > lalu, di klinik kami melihat sembilan atau 10 anak baru, dengan cerita > yang sama. Jadi, semula tumbuh kembang mereka normal-normal saja, tapi > setelah divaksinasi MMR, jadi autis," katanya dalam wawancara dengan The > Telegraph, akhir pekan lalu. > > Autisme sendiri, seperti dijelaskan dr Rudy Sutadi SpA, Wakil Ketua > Yayasan Autisme Indonesia, adalah gangguan perkembangan yang terjadi > pada anak sebelum usia tiga tahun. Pada diri si anak, terjadi gangguan > pada kemampuan berkomunikasi, perilaku sosial dan minat yang terbatas. > > Diakui Rudi, memang ada kecenderungan peningkatan angka kejadian autisme > setelah MMR diperkenalkan pada masyarakat sekitar tahun 1960-an. "Angka > kejadian autisme pada akhir tahun 90-an meningkat 30-40 kali dari > tahun-tahun sebelumnya," ungkap spesialis anak dari Jakarta Medical > Center (JMC) ini. > > Ia juga menjelaskan, gejala autisme umumnya mulai muncul ketika anak > berusia 15-18 bulan. Sebab, pada usia ini biasanya si anak telah diberi > vaksin MMR. Asal tahu saja, vaksin MMR biasanya diberikan tatkala anak > berusia 15 bulan. > > Autisme, katanya, mungkin saja hanya kejadian yang kebetulan bersamaan > dengan mulai diperkenalkannya vaksinasi MMR. Tapi belakangan, penelitian > juga menemukan bahwa vaksin MMR bisa berpengaruh langsung ke otak dengan > MBP. > > Apa itu MBP? MBP adalah singkatan dari Mielin Basic Protein. Mielin > sendiri adalah zat yang menyelubungi saraf manusia. Ketika vaksin MMR > diberikan ke tubuh, maka tubuh otomatis membentuk antibodi yang kemudian > bereaksi dengan antigen. Reaksi tersebut mengakibatkan pengendapan yang > kemudian mencegah terbentuknyam mielin (proses mielinisasi). "Padahal > mielin itu dibutuhkan untuk memfungsikan saraf. Gangguan ini dikenal > dengan penyakit autoimun," terang dokter lulusan FKUI tahun 1983 ini. > > Dan seperti halnya Wakefield, Rudy pun mengaku mendapat keluhan dari > sejumlah orang tua seputar keterlambatan bicara anaknya setelah divaksin > MMR. Mental si anak menurun, misalnya kontak mata anak mereka menurun > perlahan-lahan. Tapi ia mengatakan, tidak semua anak yang diberi vaksin > MMR akan menjadi autisme. Semuanya tergantung pada si anak. "Ada anak > yang beresiko tinggi untuk menderita autisme, ada yang tidak." > > Autisme sendiri, jelas Rudy, bukanlah gangguan mental atau orang awam > sering menyebutnya gila. Autisme lebih merupakan masalah neurobiologis. > Menurut dokter yang juga Dosen Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta > ini, penyandang autisme mengalami masalah pada beberapa pusat di otak, > seperti pusat belajar, pusat bicara, pusat emosi, sehingga perkembangan > otaknya terhambat. > > Dijelaskan pula bahwa ada tiga area yang dijadikan titik indikasi > autistik, yaitu area komunikasi, area sosial dan area minat yang > terbatas. Kasus yang sering ditemui adalah terlambat bicara dan > kurangnya atau tak ada sama sekali kontak mata. Anak-anak penyandang > autisme biasanya tidak bisa main dengan anak seumurnya dan tidak bisa > membagi kesenangan atau kesukaan pada sesuatu. "Mereka adalah anak yang > pendiam dan terlambat/tidak bisa bicara. Kalaupun bicara paling kata > yang keluar tak ada artinya atau keluar suara yang tak ada arti, > istilahnya babling." > > Salah satu penyebab autisme, kata Rudy, adalah faktor genetika. Namun > tidak semudah itu. Belum tentu kejadian autisme tampak secara nyata pada > salah satu keluarga. Bisa jadi dalam keluarga Anda tidak ada riwayat > autisme, namun dengan adanya riwayat keterlambatan bicara bisa jadi > merupakan bakat yang dibawa oleh buah hati Anda. Selain itu bisa saja > terjadi gap generasi. Artinya, pada beberapa generasi di atas Anda tidak > ada indikasi autisme, namun autisme tetap bisa muncul jika berada pada > lingkungan dan kondisi yang sesuai. > > Selain faktor genetik, perubahan gen juga bisa menyebabkan autisme. Di > samping itu, autisme juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya > seperti: infeksi dalam kandungan, atau pengaruh logam berat mercuri pada > bayi dalam kandungan usia 6 bulan. Mengapa pada usia kehamilan 6 bulan? > Karena pada usia itu, sedang terjadi proses perkembangan otak dan saraf. > Infeksi jamur pada wanita hamil seperti keputihan juga berbahaya bagi > janin. > > Menurut Rudy tiap penyandang autisme mempunyai keunikannya > masing-masing, karena gangguan yang dipunyainya juga berbeda-beda. Namun > sekali autisme kalau tidak ditatalaksana dengan baik maka akan tetap > autisme. "Autisme itu dalam proses, prosesnya jalan terus, kalau > didiamkan maka semakin lama perbedaan antara anak bermasalah dengan > tidak bermasalah akan semakin jauh." > > Dan kembali pada kontroversi vaksinasi MMR dengan autisme, maka ada dua > hal yang bisa dilakukan para orang tua agar anak tercintanya terhindar > dari penyakit cacar air, gondongan dan campak Jerman, sekaligus pula > terhindar dari autisme. Menurut Rudy, dua hal tersebut adalah: Pertama, > para ahli menyarankan agar menunda pemberian MMR pada anak-anak yang > beresiko tinggi menyandang autisme, yaitu mereka yang di keluarganya ada > riwayat penyandang autisme atau keterlambatan pertumbuhan, seperti > riwayat terlambat bicara. > > Kedua, pemberian MMR dipecah menjadi tiga bagian masing-masing suntikan > untuk campak, suntikan mumps (gondongan) dan suntikan rubella. Sayangnya > hal tersebut belum dilakukan di Indonesia. mg5 () > > > --- tprahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Parents.... > > Aku pernah dengar dari beberapa orang kalo imunisasi > MMR bisa menyebabkan terlambat bica atau autis. > Bener nggak ? > Jadi sebaiknya katanya ntar aja kalo udah anak masuk > TK. > Please sharenya. > Thank u > > Puji > Regards, Uci mamaKavin+Ija http://oetjipop.multiply.com ________________________________________________________ Sekarang dengan penyimpanan 1GB http://id.mail.yahoo.com/ -------------------------------------------------------------- Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]