hehhehe,
majalah khan emang gitu pak,
tanggalnya ditulis tanggal terakhi dia beredarr.
Klo majalah mingguan/2 mingguan, tgl 26 juli ini tanggal terakhir dia bredar. Terbitnya mah udh sebelum tanggal itu dan sekarang udh beredar.
Maksudnya mungkin biar jualnya bisa lamaan.



rgrd

----- Original Message ----- From: "rahman gunawan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Wednesday, July 18, 2007 6:31 PM
Subject: RE: [balita-anda] (OOT) Iklan Kondom Menyesatkan-Tak Bisa Cegah HIV/AIDS


Pa,
Ini kan tgl 18 july ???
Tapi sebetulnya saya setuju bawa kondom akan ikut mencegah penularan walau
tidak 100%

rgds,
rahman gunawan

"Kerjakanlah sesuatu secara tulus dan wajar, dan segalanya akan baik.
Kesempurnaan terletak pada motivasi kerja, bukan pada pekerjaan"

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]


Iklan Kondom Menyesatkan

Iklan kondom yang diklaim bisa mencegah penularan HIV/AIDS ditayangkan
televisi secara vulgar. Padahal kondom sama sekali tak bisa mencegah
penularan virus mematikan itu.

Sekelompok laki-laki muda mengendarai beberapa motor. Mereka terlihat
seperti akan bersenang-senang. Salah satu dari mereka mengajak membeli
antibiotik di sebuah apotik. Pelayan apotik lantas bertanya, "Antibiotik
itu untuk apa?" Lelaki muda itu mejawab bersamaan, "Supaya terhindari dari
HIV." Lalu, pelayan apotik itu mengatakan, "Yang bisa mencegah HIV bukan
antibiotik tapi kondom." Lantas, pemuda-pemuda itu pun membelinya.
Itulah adegan salah satu iklan kondom di televisi yang akhir-akhir ini
muncul bebas tak kenal jam tayang. Iklan sejenis yang diperagakan oleh
bintang kartun juga sering muncul. Di situ diperlihatkan, seorang lelaki
dan perempuan membeli kondom di swalayan berbeda, sebelum masuk ke tempat
semacam cafe, bar atau diskotik. Setelah bertemu, keduanya lantas duduk
sambil berangkulan, lalu berdiri meninggalkan tempat juga sambil
berangkulan.
Yang lebih mencengangkan, ada iklan kondom yang menggambarkan ABG yang
akan hang out alias kongkow-kongkow. ABG itu digambarkan memakai helm
sebagai simbol keamanan dan dibumbui kata-kata, "Cewek-cewek sukanya yang
aman." Kemudian, diikuti tampilnya merek kondom terkenal sebagai penutup
adegan.


Dari iklan-iklan itu, Pengkaji Sosial Ekonomi Islam Merza Gamal menilai,
kondom bukan lagi menjadi alat kontrasepsi bagi program Keluarga Berencana (KB), tapi sebagai alat penjaga kesehatan. Yang lebih parah, lanjut Merza, iklan itu tidak mempersoalkan hubungan seks yang akan dilakukan itu antara
pasangan resmi atau bukan. "Iklan itu hanya mengajak pemirsa memakai
kondom jika ingin terhindar dari penularan HIV/AIDS," tuturnya.
Padahal, pada era sebelum reformasi, kondom hanya dikenal sebagai salah
satu alat kontrasepsi bagi program KB. Iklan kondom di televisi saat itu,
disajikan dengan bahasa isyarat yang malu-malu. Dulu digambarkan, seorang
suami yang malu-malu menagih sesuatu pada sang istri. Kini, iklan kondom
digambarkan tanpa malu-malu lagi.


Merza juga prihatin, iklan ini secara langsung telah mensosialisasikan
kehidupan seks bebas pada masyarakat. Apalagi, iklan-iklan itu muncul
kapan saja, bukan pada jam tayang tengah malam. "Jika anak-anak menonton
tayangan ini akan mudah menirunya. Orang dewasa bisa mematikan televisi
jika berada di rumah. Tapi tidak setiap saat orang tua bisa mengontrolnya.
Jika anak dilarang sama sekali nonton TV, apakah itu tindakan bijak?"
keluhnya.
Karenanya, pemerintah dan Komisi Penyiaran harus bertindak. Jika tidak
iklan ini akan menjerumuskan generasi negeri ini. Apalagi, Psikiater Prof
Dr dr H Dadang Hawari jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa kondom sama
sekali tidak bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Virus HIV masih bisa
menembus pori-pori kondom. "Penelitian di AS dan Afrika membuktikan hal
ini. Di AS, juga terjadi kegagalan program kondom untuk menanggulangi
AIDS, karena pemakai kondom masih tertular AIDS. Akhirnya, kondom pun tak
boleh dikapanyekan lagi di AS," ujarnya.


Guru Besar Psikiater UIini lantas mengutip hasil penelitian H Jafe dari
Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat atau United State Center of
Diseases Control (US CDC). Penelitian ini menunjukkan, kondomisasi di AS
yang dilaksanakan sejak 1982 mengalami kegagalan. Evaluasi yang dilakukan
pada 1995 sangat mengejutkan. Ternyata, kematian akibat AIDS di AS menjadi
peringkat pertama, menggeser penyakit jantung dan kanker.
Kenapa bisa terjadi demikian? Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis
Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) ini merinci beberapa sebabnya. Pertama,
kampanye kondom justru mendekatkan orang berbuat zina (sek bebas dan
pelacuran), karena merasa aman dari bahaya penyakit kelamin termasuk AIDS.
Akibatnya, frekuensi perzinaan bertambah. Dengan kata lain, kampanye
kondom menjerumuskan orang pada perzinaan, sehingga resiko tertular AIDS
semakin besar.


Kedua, kondom memiliki pori-pori dan cacat mikroskopis (pinholes). Pori-
pori kondom dalam keadaan tidak meregang sebesar 1/60 mikron, jika
meregang pori-pori akan membesar. Kondom juga memiliki 32.000 cacat
mikroskopis dan tingkat kebocoran 30 persen. Sementara itu, ukuran virus
HIV/AIDS hanya 1/250 mikron. Jauh lebih kecil ketimbang pori-pori kondom.
Akibatnya, kondom tidak 100 persen aman untuk mencegah AIDS dan penyakit
kelamin lain.
Tak heran, jika pakar HIV/AIDS dari Harvard AIDS Institute, Amerika
Serikat, J Mann sejak 1995, tak lagi menganjurkan program kondomisasi.
Rekomendasi ini pun diikuti pakar lainnya dan pemerintah AS hingga
sekarang. Ironisnya, di negeri kita justru dikampanyekan.


Lantas, bagaimana cara mencegah penularan HIV/AIDS. Prof kelahiran
Pekalongan 64 tahun lalu ini menyarankan beberapa hal. Pertama, tidak
melakukan perzinaan (sex bebas, perselingkuhan, pelacuran, homoseksual dan
penyimpangan psikoseksual lain). Kedua, melakukan transfusi darah dan
jarum suntik yang tidak tercemar HIV/AIDS. "Persoalannya, pengetahuan yang
benar tentang kondom sengaja ditutup rapat demi tujuan tertentu,"
Tegasnya.
Inilah faktanya, pengetahuan ilmiah sepertinya dicampakkan demi tujuan
ekonomi dan penjajahan budaya. Ironis.


Dwi Hardianto
Laporan: Eman Mulyatman

Keterangan:
Naskah ini sudah dipublikasikan Majalah Sabili No 1 Th XV 26 Juli 2007.


--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]



--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke