Ikut sharing.....saya pernah lihat iklan kondom yg versi grup band nidji,
ditayanginnya pagi jam 10-an pas acara mtv ampuh kalo gak salah. Padahal
anak2 saya senang nonton acara lagu2 yg ditayangkan, eh..disela2 ada iklan
ini, dia sih gak ngerti cuma seneng lihat nidjinya doang tapi disitu
diucapkan "pakailah kondom", takutnya nanti dia ikut2 ngomong seperti itu.

-hesti-


> ----------
> From:         tprahayu[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Reply To:     balita-anda@balita-anda.com
> Sent:         19 Juli 2007 09:39
> To:   balita-anda@balita-anda.com
> Subject:      Re: [balita-anda] (OOT)  Iklan Kondom Menyesatkan-Tak Bisa
> Cegah HIV/AIDS
> 
> Saya setuju banget pak dengan artikel ini. Secara tidak langsung memang
> dengan iklan tersebut digambarkan bahwa free sex itu sah-sah saja. Makanya
> mungkin ada baiknya ya kalau pembelian kondom agak dipersulit " tidak
> semua
> orang mudah membeli " agar free sex itu bisa dihindari.
> ----- Original Message -----
> From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Cc: <balita-anda@balita-anda.com>
> Sent: Wednesday, July 18, 2007 6:19 PM
> Subject: [balita-anda] (OOT) Iklan Kondom Menyesatkan-Tak Bisa Cegah
> HIV/AIDS
> 
> 
> 
> Iklan Kondom Menyesatkan
> 
> Iklan kondom yang diklaim bisa mencegah penularan HIV/AIDS ditayangkan
> televisi secara vulgar. Padahal kondom sama sekali tak bisa mencegah
> penularan virus mematikan itu.
> 
> Sekelompok laki-laki muda mengendarai beberapa motor. Mereka terlihat
> seperti akan bersenang-senang. Salah satu dari mereka mengajak membeli
> antibiotik di sebuah apotik. Pelayan apotik lantas bertanya, "Antibiotik
> itu
> untuk apa?" Lelaki muda itu mejawab bersamaan, "Supaya terhindari dari
> HIV."
> Lalu, pelayan apotik itu mengatakan, "Yang bisa mencegah HIV bukan
> antibiotik tapi kondom." Lantas, pemuda-pemuda itu pun membelinya.
> Itulah adegan salah satu iklan kondom di televisi yang akhir-akhir ini
> muncul bebas tak kenal jam tayang. Iklan sejenis yang diperagakan oleh
> bintang kartun juga sering muncul. Di situ diperlihatkan, seorang lelaki
> dan
> perempuan membeli kondom di swalayan berbeda, sebelum masuk ke tempat
> semacam cafe, bar atau diskotik. Setelah bertemu, keduanya lantas duduk
> sambil berangkulan, lalu berdiri meninggalkan tempat juga sambil
> berangkulan.
> Yang lebih mencengangkan, ada iklan kondom yang menggambarkan ABG yang
> akan
> hang out alias kongkow-kongkow. ABG itu digambarkan memakai helm sebagai
> simbol keamanan dan dibumbui kata-kata, "Cewek-cewek sukanya yang aman."
> Kemudian, diikuti tampilnya merek kondom terkenal sebagai penutup adegan.
> 
> 
> Dari iklan-iklan itu, Pengkaji Sosial Ekonomi Islam Merza Gamal menilai,
> kondom bukan lagi menjadi alat kontrasepsi bagi program Keluarga Berencana
> (KB), tapi sebagai alat penjaga kesehatan. Yang lebih parah, lanjut Merza,
> iklan itu tidak mempersoalkan hubungan seks yang akan dilakukan itu antara
> pasangan resmi atau bukan. "Iklan itu hanya mengajak pemirsa memakai
> kondom
> jika ingin terhindar dari penularan HIV/AIDS," tuturnya.
> Padahal, pada era sebelum reformasi, kondom hanya dikenal sebagai salah
> satu
> alat kontrasepsi bagi program KB. Iklan kondom di televisi saat itu,
> disajikan dengan bahasa isyarat yang malu-malu. Dulu digambarkan, seorang
> suami yang malu-malu menagih sesuatu pada sang istri. Kini, iklan kondom
> digambarkan tanpa malu-malu lagi.
> 
> 
> Merza juga prihatin, iklan ini secara langsung telah mensosialisasikan
> kehidupan seks bebas pada masyarakat. Apalagi, iklan-iklan itu muncul
> kapan
> saja, bukan pada jam tayang tengah malam. "Jika anak-anak menonton
> tayangan
> ini akan mudah menirunya. Orang dewasa bisa mematikan televisi jika berada
> di rumah. Tapi tidak setiap saat orang tua bisa mengontrolnya. Jika anak
> dilarang sama sekali nonton TV, apakah itu tindakan bijak?" keluhnya.
> Karenanya, pemerintah dan Komisi Penyiaran harus bertindak. Jika tidak
> iklan
> ini akan menjerumuskan generasi negeri ini. Apalagi, Psikiater Prof Dr dr
> H
> Dadang Hawari jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa kondom sama sekali
> tidak bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Virus HIV masih bisa menembus
> pori-pori kondom. "Penelitian di AS dan Afrika membuktikan hal ini. Di AS,
> juga terjadi kegagalan program kondom untuk menanggulangi AIDS, karena
> pemakai kondom masih tertular AIDS. Akhirnya, kondom pun tak boleh
> dikapanyekan lagi di AS," ujarnya.
> 
> 
> Guru Besar Psikiater UIini lantas mengutip hasil penelitian H Jafe dari
> Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat atau United State Center of
> Diseases Control (US CDC). Penelitian ini menunjukkan, kondomisasi di AS
> yang dilaksanakan sejak 1982 mengalami kegagalan. Evaluasi yang dilakukan
> pada 1995 sangat mengejutkan. Ternyata, kematian akibat AIDS di AS menjadi
> peringkat pertama, menggeser penyakit jantung dan kanker.
> Kenapa bisa terjadi demikian? Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis
> Kesehatan
> Jiwa Indonesia (PDSKJI) ini merinci beberapa sebabnya. Pertama, kampanye
> kondom justru mendekatkan orang berbuat zina (sek bebas dan pelacuran),
> karena merasa aman dari bahaya penyakit kelamin termasuk AIDS. Akibatnya,
> frekuensi perzinaan bertambah. Dengan kata lain, kampanye kondom
> menjerumuskan orang pada perzinaan, sehingga resiko tertular AIDS semakin
> besar.
> 
> 
> Kedua, kondom memiliki pori-pori dan cacat mikroskopis (pinholes).
> Pori-pori
> kondom dalam keadaan tidak meregang sebesar 1/60 mikron, jika meregang
> pori-pori akan membesar. Kondom juga memiliki 32.000 cacat mikroskopis dan
> tingkat kebocoran 30 persen. Sementara itu, ukuran virus HIV/AIDS hanya
> 1/250 mikron. Jauh lebih kecil ketimbang pori-pori kondom. Akibatnya,
> kondom
> tidak 100 persen aman untuk mencegah AIDS dan penyakit kelamin lain.
> Tak heran, jika pakar HIV/AIDS dari Harvard AIDS Institute, Amerika
> Serikat,
> J Mann sejak 1995, tak lagi menganjurkan program kondomisasi. Rekomendasi
> ini pun diikuti pakar lainnya dan pemerintah AS hingga sekarang.
> Ironisnya,
> di negeri kita justru dikampanyekan.
> 
> 
> Lantas, bagaimana cara mencegah penularan HIV/AIDS. Prof kelahiran
> Pekalongan 64 tahun lalu ini menyarankan beberapa hal. Pertama, tidak
> melakukan perzinaan (sex bebas, perselingkuhan, pelacuran, homoseksual dan
> penyimpangan psikoseksual lain). Kedua, melakukan transfusi darah dan
> jarum
> suntik yang tidak tercemar HIV/AIDS. "Persoalannya, pengetahuan yang benar
> tentang kondom sengaja ditutup rapat demi tujuan tertentu," Tegasnya.
> Inilah faktanya, pengetahuan ilmiah sepertinya dicampakkan demi tujuan
> ekonomi dan penjajahan budaya. Ironis.
> 
> 
> Dwi Hardianto
> Laporan: Eman Mulyatman
> 
> Keterangan:
> Naskah ini sudah dipublikasikan Majalah Sabili No 1 Th XV 26 Juli 2007.
> 
> 
> .
> __,_._,___
> 
> 
> --------------------------------------------------------------
> Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> 

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke