Sebaiknya jk masuk k tanah orng izin dulu lah rt/rw, pihak terkait
Memang mungkin ada uang terima kasih walo pihak sana ndak minta
Klo' dtngnya baek2 pasti akhirnya baek2 pula, malah mereka
berterimakasih n bersyukur tempatnya d publiskan, justru bisa untung
krunya smua fasilitas d jamin ,
Maka'nya jgn ngirittt pdhall ada sponsornya,cmiiw.


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, July 20, 2007 2:27 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] nasib laptop si unyil

Program "Laptop Si Unyil"
Kru Trans 7 Diperas Warga Jembatan Akar

Padang, 20 Juli 2007 08:58
Dua orang kru program siaran "Laptop Si Unyil" Trans 7 diperas sejumlah
warga di Jembatan Akar (jembatan yang terbuat dari akar pohon), Kab
Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat.

"Kami dimintai uang secara paksa, karena memakai lokasi untuk syuting,
dan bayaran bagi anak-anak sebagai figuran pada segmen pengambilan
gambar program `Laptop Si Unyil` di objek wisata itu," kata kamerawan
Trans 7 Ferry Rizky, didampingi reporter Dian, di Padang, Rabu (18/7).

Perlakuan tidak mengenakan itu terjadi, saat pengambilan gambar di objek
wisata alam Jembatan Akar, Selasa (17/7), untuk disiarkan di Trans 7
sebagai segmen tayangan anak-anak.

Padahal dari tayangan tersebut, objek wisata Jembatan Akar mendapat
promosi ke tingkat nasional, dan semakin dikenal wisatawan, baik
nusantara maupun mancanegara.

"Sejak awal kami memang menyiapkan 'dana terima kasih' bagi anak-anak
yang dipakai sebagai figuran, namun cara memaksa ditunjukan oknum
masyarakat setempat terasa tidak menyenangkan," katanya menyesalkan.

Ia menjelaskan, kronologis tindakan itu berawal dari pengambilan gambar
di Jembatan Akar butuh maksimal lima orang anak untuk figuran. Namun
saat syuting dilakukan, semakin banyak anak-anak datang dan minta ikut
syuting.

Setelah itu datang warga (dewasa) yang memaksa agar jumlah anak
ditambah, dan akhirnya ditambah menjadi tujuh. Tapi yang datang lebih
dari sepuluh orang.

Usai pengambilan gambar, warga itu meminta bayaran Rp 50 ribu/anak untuk
lebih dari tujuh anak. "Saya terpaksa negosiasi karena jika semua anak
dibayar Rp50 ribu per orang, jelas dana kami tidak cukup, tapi mereka
tetap memaksa," ujar Ferry.

Ia menambahkan, melalui negosisi akhirnya pihak Trans 7 hanya sanggup
membayar Rp10 ribu per orang untuk tujuh anak dan akhirnya ditambah dua
orang lagi karena ada yang menangis tidak mendapat bayaran.

"Sebelumnya kami juga harus mengeluarkan dana untuk membeli makanan
siang bagi sejumlah anak tersebut," ujarnya. Selanjutnya, saat akan
meninggalkan lokasi kembali datang seorang oknum warga yang meminta uang
lokasi shooting sebesar Rp50 ribu.

"Kami kembali negosiasi dan disepakati Rp20 ribu. Kami lalu minta
kuitansi uang-uang yang dikeluarkan untuk pertanggungjawaban kepada
kantor kami, para oknum itu tidak punya kuitansi dimaksud," kata Ferry.

Atas peristiwa tidak mengenakan itu, rombongan kru Trans 7 bergegas
meninggalkan Pessel menuju Padang, padahal sejak awal cukup banyak
jadwal pengambilan gambar akan dilakukan di daerah itu, termasuk
shooting kesenian tradisional "rabab pasisia".

Menurut Dian, perlakuan tidak menyenangkan ini baru pertama dialami. Di
sejumlah provinsi di Indonesia yang didatangi untuk pengambilan gambar
program "Laptop Si Unyil", seperti Kalimantan dan Maluku, masyarakatnya
menerima secara terbuka dan bersahabat. Tayangan program ini, dengan
mengambil gambar pada sejumlah objek wisata di Indonesia juga sekaligus
ajang promosi bagi daerah tersebut, tambahnya.

Disesalkan

Menanggapi kejadian itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar,
James Hellyward di Padang, Jumat (20/7) mengatakan, pihaknya menyesalkan
kejadian itu. Tindakan warga masyarakat sekitar Jembatan Akar itu
merugikan promosi wisata daerah Sumbar.

"Tindakan oknum itu merugikan promosi wisata Pessel dan Sumbar. Perilaku
seperti itu harus diatasi semua pihak agar tidak terulang kembali,"
katanya.

Guna mengatasi kejadian serupa, Disbudpar akan terus melakukan
upaya-upaya dan sosialisasi penyadaran akan pentingnya dunai pariwisata.

Di lain pihak, James menyarankan agar para wartawan, khususnya kru TV
nasional, agar berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak terkait, bila
ingin melakukan peliputan di lokasi wisata.

"Jika ada koordinasi dan mereka melapor, tentu kewajiban kita untuk
mengawal selama berada di objek wisata," janjinya. [TMA, Ant] 
http://www.gatra.com/artikel.php?id=106229

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke