Saya mau cuplik kata-kata bijak seorang wanita barat, Jackie Kenedy Onnasis 
(istri mantan presisen AS)

"Bila anda sembarangan dalam mendidik anak, keberhasilan apapun yang anda capai 
tidak akan ada artinya"

Coba bayangkan kalo seseorang banyak harta tapi anaknya berantakan pendidikan 
dan kehidupannya. Berarti si anak sebenarnya tidak menikmati harta orang 
tuanya, karena harta ortunya tidak menjadikan si anak tumbuh optimal. Hartanya 
dinikmati oleh para asistennya.

Sebaiknya pekerjaan ibu itu harus berorientasi pada anak atau disesuaikan 
dengan kebutuhan perkembangan anak-anaknya terutama ketika anak masih 
keci-kecil karena pendidikan dan perkembangan anak tidak bisa diulang. 

Berorientasi pada anak itu maksudnya lebih bisa banyak waktu dalam mendidik 
anak-anaknya. 

Pendidikan anak yg sebaiknya ditangan ibu kalau si ibu orang yang pintar 
seharusnya bisa banyak mencari banyak peluang untuk medapat income dilain 
tempat, tapi juga harus didukung oleh sikap dalam  memanage rumah tangga ( 
tugas2 dirumah, memanage waktu dan keuangan). Soalnya banyak juga orang tua 
yang income tidak besar tapi berhasil dalam mendidik anak-anaknya.
 





>Wah kayaknya mbak yesi bisa jadi istri yg ideal nih xixixixix....
>Yang perlu diperhatikan adalah sense dari seorang wanita dalam mengasuh ana=
>k
>tetap yg paling baik. Hanya sedikit pria yg punya kemampuan itu.
>
>Rasa khawatir bahwa gaji suami gak akan cukup untuk biaya hidup bisa diliha=
>t
>dari gaya hidupnya dulu. Seperti saya misalnya, dulu gaji masih 1/4 dari
>sekarang masih cukup utk sebulan, sekarang tetep aja nggak nyisa karena gay=
>a
>hidup berubah.
>
>Cara yg paling baik jika dua2nya gak mau ngalah adalah menitipkan anak ke
>tempat penitipan anak yg pergi pagi pulang sore, sesuai dengan pola kerja
>orang tuanya. Tapi apa gak kasian juga tuh anak jadi kayak anak panti
>asuhan.
>
>Saya pernah dapat cerita dari seseorang. Sama tuh ceritanya, keduanya kerja
>& sibuk dengan gaji yg besar juga. Punya 2 anak. Masing2 anak diasuh oleh B=
>S
>yg bergaji 500 rb (dulu) & pembantu utk ngurus rumah tangga.
>Samapi suatu saat baru ngeh utk orang tuanya, kalo anak yg kedua yg berumur
>5 tahun kok belum bisa ngomong & anak yg pertama yg masuk SD seperti anak y=
>g
>gak bisa apa2.
>Mereka berkonsultasi ke dokter. Tapi apa yg dokter sarankan ?? Salah satu
>dari mereka harus ngurus rumah tangga. Mereka harus milih, Sayang anak atau
>karier ??
>Akhirnya istrinya ngalah & mulai tinggal dirumah. & seperti biasa kalo
>asisten2 itu kalo ada majikan tinggal di rumah itu suka pada gak betah,
>akhirnya mereka pada pulang. & Apa akibatnya lagi ?? Anak2nya pada sakit &
>nangis terus menerus karena sudah merasa dekat dg asisten2 itu, tinggallah
>sang istri yg berusaha utk meyakinkan anak2nya bahwa dia bisa lebih dekat
>sama anak2nya, meskipun perlu usaha yg lama.
>Sakit sekali rasanya kalo anak2 kita merasa lebih butuh asisten dibanding
>kita.
>
>Bukannya gak boleh kerja, tapi tolong lebih pertimbangkan kondisi psikologi=
>s
>anak. Syukur kalo suaminya bisa usaha rumahan. Kalo nggak jangan dipaksa.
>Kalo usaha rumahan hancur, suami bisa dilecehkan karena cuma menghamburkan
>uang hasil jerih payah istrinya yg bergaji puluhan juta itu.
>Tapi kan di kasus ini, istri merupakan orang pintar. Tentunya sudah punya
>koneksi utk mulai mengembangkan usaha rumahan.
>
>Percayalah, rezeki setiap anak itu ada. Ketentraman batin lebih utama. &
>kebutuhan akan hal duniawi gak akan ada habisnya.
>
>
>Pada tanggal 25/07/07, yesi warrie <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>>
>> Mbak Ratna....
>>
>> Mungkin temennya perlu ngomong2 ama sy tuhhhh :):):)
>>
>> Sy dengan latar belakang keluarga yang sama seperti sobat mbak, dan suami
>> sy
>> org yang biasa2 aja.
>> Namanya perjalanan pernikahan tidak selamanya mulus.
>>
>> Intinya mbak, dengan istri menganggap suami tidak bisa menjadi kepala
>> keluarga yang bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak itu merupakan
>> statement yang kurang bijaksana ya... secara suami juga tetep bekerja dem=
>i
>> keluarga.
>>
>> Cobalah meminta sobat mbak untuk memahami ini, dan masalah suster dsb,
>> mungkin bisa dibilang cara pemilihan atau seleksi BS nya kurang cermat,
>> karena kondisinya mirip dengan sy. Tapi lain halnya jika ada kesempatan
>> untuk titip ke ortu, ya sekalian bawa BS nya ama anak2nya ke ortu. Pagi
>> dianter sore dijemput. Ya udah konsekuensi, jadi gak bisa juga kita bilan=
>g
>> capek.
>>
>> Alternatif kedua: cari kerjaan yang di deket rumah, tidak usah pikirkan
>> gaji
>> yang penting ad pekerjaan dan bisa ngurus anak. Memang dengan gaji yang
>> besar kebanyakan orang tidak mau mengorbankan sedikit buat anak2nya.
>> SOalnya
>> temen sy juga demikian, dia berangkat pagi dan pulang jam 9 malam, wkt
>> ketemu anak gak ada, dan juga kualitas terhadap anak pendekatannya tidak
>> terlalu baik. Jadinya efeknya ke anak. Tapi temen aku tidka merasa
>> bersalah,
>> dan dia enjoy dg hidupnya nah loh....
>>
>> Menurut sy kita sebagai perempuan boleh dan sah2 aja bekerja, tapi
>> tanggung
>> jawab ketika kita di rumah ya tetep HARUS dijalankan, kita tidak boleh
>> mengeluh capek dsb, meski badan kita capek, tapi anak2 adalah permata hat=
>i
>> kita dan butuh waktu kita juga. biasanya anak nakal itu karena kurang
>> perhatian dari ortunya.
>>
>> ya banyak2 ditimbang2 baik buruknya.... selama tujuannya buat anak pasti
>> ada
>> jalan keluar.
>> Ya karena sy muslim sy berdoa aja, semoga kita diperlancar semua, banyak
>> ikhtiar.
>>
>>
>> salam,
>> Y
>>
>>
>> On 7/25/07, Ratna Wulan Sari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> >
>> > Dear rekans BA,
>> > Salah satu sobatku tadi nelpon curhat panjang banget,=85 singkatnya dia
>> > dalam keadaan frustasi.
>> > Sobatku ini seorang karyawati perusahaan asing, gajinya lumayan besar.
>> > Punya suami yang bekerja di perusahaan konglomerasi dalam negri dengan
>> > gaji 1/3 gajinya.
>> > Punya anak balita 2 orang. Suami istri ini berasal dari latar belakang
>> > berbeda. Sobatku anak orang kaya
>> > dan biasa hidup enak. Suaminya anak orang kekurangan yang biasa
>> prihatin.
>> > Singkat cerita awalnya hidup mereka bahagia. Masalah muncul ketika suda=
>h
>> > punya dua orang anak,
>> > Dan anak2nya kurang perhatian karena orang tuanya sibuk bekerja. Biarpu=
>n
>> > masing2 anak punya baby sitter dan ada
>> > pembantu lagi dirumah, masalah selalu timbul. Pembantu keluar-masuk.
>> Baby
>> > sitter sudah dicoba dari
>> > pengasuh biasa sampai baby sitter selalu ngga pas. Yang bagus cuma kerj=
>a
>> > sebentar keluar karena kawin,
>> > urusan keluarga etc. Alhasil gonta-ganti pengasuh/pembantu sudah biasa.
>> > Yang kasihan anak2 tsb
>> > (2 dan 4 tahun) jadi terlantar dan kurang perhatian. Yang TK jadi nakal
>> > dan kalau ngomong agak kasar, mungkin
>> > karena ibunya ini stress dan jadi suka marah2 setelah memikirkan keadaa=
>n
>> > rumah masih memikirkan pekerjaan
>> > di kantor. Juga kurang perhatian karena pengasuhnya bolak-balik ganti.
>> > Yang 2 tahun jadi kurus karena ternyata tidak diurus dengan baik oleh
>> > BS-nya =96 akhirnya dipecat. Sekarang dalam
>> > keadaan sakit dan sobatku ngga bisa cuti karena dikejar deadline.
>> > Pekerjaannya sangat menyita waktu.
>> > Terpaksa anak-anaknya dititipkan dirumah orangtuanya.Tapi kan tidak bis=
>a
>> > terus-terusan begitu.
>> > Sebenernya sobatku ini ingin resign saja untuk bisa mengurus anak denga=
>n
>> > baik, tapi memikirkan kebutuhan
>> > saat ini yang sangat tinggi rasanya ngga mungkin mengandalkan gaji
>> > suaminya saja. Lagipula sayang
>> > rasanya meninggalkan pekerjaan dengan gaji puluhan juta begitu saja.
>> Yang
>> > bikin sobatku frustasi suaminya
>> > Itu dirasanya ngga mampu untuk menjadi kepala keluarga yang baik alias
>> > ngga bisa menghasilkan dengan layak
>> > untuk standard kehidupannya yang sebenernya tidak mewah tapi tidak
>> > pas-pasan banget. - Sebetulnya sih menurut saya
>> > bukan salah suaminya, tapi memang dia itu jauh lebih pintar dari
>> suaminya
>> > dalam hal mencari uang, jadi sulit kalau
>> > dibandingkan karena kemampuan suaminya memang mentok -. Memikirkan kala=
>u
>> > dia resign berarti anak2nya harus pindah
>> > kerumah yang lebih kecil, mungkin cuma punya pembantu 1 yang berarti
>> > selain mengasuh anak dia harus mengerjakan
>> > pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya jarang dikerjakan, mungkin dia
>> > malahan bakal jatuh sakit kecapean, kemungkinan
>> > anaknya ngga bisa les musik dan balet lagi atau beli susu dan
>> buah-buahan
>> > yang selama ini rutin dikonsumsi, dll, bikin
>> > sobatku tambah frustasi.
>> > Saya nulis ini karena rasanya banyak ibu2 BA yang mengalami kejadian
>> yang
>> > mirip, walau mungkin tidak 100% sama
>> > (termasuk saya juga, karir dan anak selalu jadi dilema). Kalau ada yang
>> > mau sharing atau sumbang saran untuk sobatku ini,
>> > kira-kira bagaimana mengatasi masalahnya. Apa memang resign adalah
>> pilihan
>> > terbaik ?
>> >
>> > Regards,
>> > ratna
>> >
>> >
>> >      __________________________________________________________________
>> > Yahoo! Singapore Answers
>> > Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
>> > http://answers.yahoo.com.sg
>>
>>
>>
>>
>> --
>> Yesi
>> http://www.de-bloemen.blogspot.com/
>>
>



--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke