Tekanan sekarang lebih berat dan rasa gotong royong kepedulian di masyarakat
kita udah menipis. Pada sibuk dengan urusannya sendiri2 soalnya hidup emang
udah berat, euy.

Jaman dulu, sebagian besar dari penduduk indonesia adalah penduduk yang
tinggal di pedesaan dengan basis agraris (bertani, berladang). Sepenglihatan
saya, pengalaman hidup di desa di ujung Bantul, Jogjakarta selama 9 tahun
(tidak ada listrik, PAM dst). Rasa kekeluargaan dan gotong royong kuat
banget, coyyy....

Boleh dibilang satu kampung itu ya satu keluarga besar, jadi kalau ada apa2
ya cepet ngasih bantuan.

Dulu gak pernah denger ada ibu2 di desa yg digebukin suami, gak pernah
denger ada anak seumuran saya digebukin ama bapak ibunya.

Makan ya apa yang ada di desa, gak ada keinginan aneh2, misal beli HP
teknologi terbaru atau apalah. Yang penting masih bisa makan besok harinya
dah alhamdulillah.

Hiburan? Cukup layar tancap, ketoprak, wayang kulit kalo pas lagi ada yg
hajatan. Nonton ketoprak di tivi, tivinya satu yang nonton satu desa *awal
tahun 80an*.

Kenapa gak stress? Karena keinginannya belum muluk-muluk, belum konsumtif,
jadi hidup dirasa seperti air yang mengalir aja...

Kalau sekarang? wah...tahu sendiri deh, udah tekanan ekonomi, tekanan
konsumtif....keinginan yg muluk2....cape deh...

Lif Rahayu
9 tahun di Tegallurung, Bantul, Jogja
2 tahun di Cideng, Jakarta
7 tahun di Tangerang
4 tahun di Bandung
1 tahun di Batam
sudah 6 tahun lebih di Cilegon....:)


On 8/29/07, Niken Ariati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> kenapa ya..
> sekarang banyak ibu-ibu yang depresi bunuh diri pake ngajak-ngajak anaknya
> lagi..(kasus malang, kasus lusiana, kasus bandung...)
> waktu jaman mak-mak kita jaman dulu..jarang kedengeran berita ibu-ibu
> frustasi n bunuh diri..(jangan-jangan nggak ada yang diberitain :P) kalo
> modus bunuh diri jaman dulu : cewek yang hamil, trus cowoknya nggak
> bertanggung jawab terus bunuh diri deh (inspired by sundel bolong/si manis
> jembaan ancol)
> apa perempuan dulu lebih kuat atau karena tekanan hidup sekarang yang
> lebih
> berat? (tekanan ekonomi, lingkungan nggak ada yang peduli, suami nggak
> setia)
>
> Pada tanggal 29/08/07, meidy <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> >
> > Kayaknya yg perlu di operasi ibunya juga dech.. alias sakit & ga waras.
> > masak anak sendiri di paku.. uda ga punya dinding apa buat
> > maku..???#$%^&*)(_00056...
> >
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <balita-anda@balita-anda.com>
> > Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: 29 August 2007 14:54
> > Subject: [balita-anda] (NEWS) Operasi Pencabutan Paku Berhasil
> >
> >
> > Operasi Pencabutan Paku Berhasil
> > Rabu, 29 Agustus 2007 | 14:40 WIB
> >
> > TEMPO Interaktif, Jakarta:
> > Operasi pencabutan paku di kepala Alexander J.Siagian di Rumah Sakit
> Cipto
> > Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Rabu (29/8), berjalan lancar dan sukses.
> >
> > Operasi terhadap bocah berusia 1 tahun 10 bulan itu berlangsung selama
> 1,5
> > jam, dari pukul 08.30 WIB hingga pukul 10.00 WIB di instalasi bedah
> pusat.
> > Saat ini Alex dirawat di ruang unit rawat intensif pascaoperasi
> > bagian anak.
> >
> > Humas RSCM Poniwati Yacub mengatakan operasi dilakukan oleh tim bedah
> > syaraf
> > dipimpin oleh ahli bedah syaraf dokter Christopher. "Kondisi Alex
> stabil,"
> > katanya.
> >
> > Alex masuk RSCM pada Sabtu (25/8) malam setelah dirujuk dari Rumah Sakit
> > Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Satu paku tertancap didekat
> > ubun-ubun
> > kepalanya. Pelaku adalah ibunya sendiri, Renta Lumbanbatu, 28 tahun,
> > yang sedang mengalami depresi. Alex harus menunggu selama 3 hari sebelum
> > paku sepanjang 3 sentimeter yang tertancap dikepalanya itu berhasil
> > dicabut.
> >
> > Sofian
> > http://www.tempointeraktif.com/
> >
> >
> > --------------------------------------------------------------
> > Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
> > Info balita: http://www.balita-anda.com
> > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> > menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> >
> >
>

Kirim email ke