Kalo di Indonesia, sebagain besar gak kayak di Afrika yang emang dipotong, tapi cuma ditoel aja, bahkan sebagain cuma simbolis aja.
Tapi tetep Nayma gak disunat....:). On 10/1/07, uci momkavin+ija <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Stop Sunat Anak Perempuan > WASPADA !!! > Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tindakan sunat pada > perempuan adalah: > • Terjadi risiko perdarahan > • Syok akibat kehilangan darah > • Nyeri > • Infeksi local > • Tetanus > • Trauma dari bagian-bagian seputar alat reproduksi > • Air seni tertahan > • Timbul kista yang nyeri > • Infeksi panggul > • Rasa sakit saat bersenggama > • Masalah infertilitas > • Infeksi saluran kemih berulang > Berbeda dengan anak laki-laki, sunat pada anak perempuan terbukti tidak > ada manfaatnya secara medis. Malah merugikan! > Bagi kebanyakan orang di Indonesia, sirkumsisi (lebih dikenal > dengan sunat) pada anak laki-laki merupakan peristiwa penting. Ibarat > pintu gerbang yang menghubungkan masa kanak-kanak ke masa remaja dan > dewasa. Makanya, selalu ada perayaan khusus ketika > melakukannya. Bahkan bagi penganut agama Islam, sunat pada laki-laki > diwajibkan. > Sebaliknya, tidak demikian dengan sunat pada anak perempuan. Meski banyak > juga yang melakukan, tetapi di Indonesia, sunat pada anak perempuan umumnya > tidak "seheboh" anak laki-laki. > Penting Anda tahu, kalangan medis pun kini tidak lagi > menganjurkan anak perempuan disunat. Tidak ada manfaatnya Menurut dr. > Rini Sekartini, SpA dari Departemen Ilmu > Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, secara media sunat > pada anak laki-laki, yaitu berupa pemotongan kulit kepala penis, memang > bermanfaat. > Ia menjelaskan, "Lapisan kulit penis terlalu panjang, sehingga > sulit dibersihkan. Kalau tidak dibersihkan, kotoran yang biasa disebut > smegma akan mengumpul, dan sering menimbulkan infeksi pada penis. Bahkan > bisa memicu timbulnya kanker leher rahim pada perempuan yang > disetubuhinya. Selain itu secara medis juga membuktikan, bagian > kepala penis peka terhadap rangsangan karena banyak mengandung > saraf erotis. Ini membuat kepala penis yang tidak disunat lebih > sensitive daripada yang disunat. > Jadi, sunat ternyata juga membantu mencegah terjadinya ejakulasi dini." > Di negara lain, misalnya Amerika Serikat, walau masih > controversial, mereka juga melakukan sunat pada bayi laki-laku yang baru > lahir. Tujuannya, antara lain untuk mengurangi risiko infeksi saluran > kemih, penyakit menular seksual, dan pencegahan terhadap kanker penis. > Nah, berbeda dengan anak laki-laki, masih menurut dr.Rini, > secara medis sunat pada anak perempuan (female genetical mutilation – > FGM) ini, tidak ada manfaatnya. Praktik 'amputasi'alat kelamin > perempuan yang terjadi selama ini pada dasarnya memang tidak terlepas dari > nilai kultur masyarakat. Sebagian masyarakat meyakini, perempuan > memiliki nafsu seksual lebih tinggi disbanding lelaki. Makanya, menurut > mereka, cara > efektif untuk mereduksi nafsu seksual perempuan ini adalah > dengan melakukan tindakan sunat," jelas dr. Rini. Di beberapa komunitas > memang ada anggapan, perempuan > tidak berhak menikmati kepuasan sekual sebab dia hanya pelengkap kepuasan > seksual > lelaki. "Di luar masalah kultur, yang pasti bila tindakan ini > tidak dilakukan dengan hati-hati dan tepat, justru menimbulkan > komplikasi, baik akut maupun kronis," lanjut dr. Rini. > Bentuk Kekerasan > Belakangan ini beberapa organisasi Internasional, seperti Humanitarian > National, The World Health Organization (WHO) dan The International > Federation of Gynecology and Obstetrics, berpendapat bahwa FGM secara medis > tidak diperlukan. Bahkan, The American Collage of Obstretricians and > Gynecologist and the College of Physicians and > Surgeons of Ontario, Canada, melarang anggotanya untuk melakukan kegiatan > tersebut. > Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa FGM adalah tindakan illegal, > dan orang yang melakukannya dikatagorikan melakukan tindakan > kriminal. Inidianut oleh negara seperti Swedia, Norwegia, Australia dan > Inggris. The American Academy of Pediatrics (AAP) pun menganjurkan > anggotanya untuk memberikan informasi tentang FGM dan > komplikasinya pada masyarakat. Selain intu, AAP juga minta > anggotanya untuk mengenali tanda-tanda fisik dari FGM, waspada terhadap > isyu kultur dan etik yang > dikaitkan dengan FGM, serta memberikan penjelasan/edukasi pada > pasien yang ingin melakukan FGM, dan mengurangi prosedur medik yang > diperlukan untuk mengubah alat genital perempuan. > Bagaimana di Indonesia? Rini menyayangkan data di Indonesia mengenai > tindakan sunat > pada anak perempuan tidak banyak. Data yang ada adalah laporan di Somalia > (Afrika) > dan populasi Sunda, diperkirakan sekitar 100 juta perempuan > menjalani tindakan sunat, dan 4-5 juta diantaranya dilakukan pada bayi > perempuan. Sehubungan dengan hal itu, Rini pun menyarankan, sebaiknya > dilakukan program edukasi tentang sunat pada anak perempuan ini pada > masyarakat. Dalam hal ini tentu saja perlu dipertimbangkan factor > budaya dari masyarakat yang bersangkutan. "Penjelasan secara > rinci tentang anatomi genital perempuan dan fungsinya, sangat penting. > Begitu juga dampak fisik dan psikologis jangka panjang dari tindakan > FGM. Program ini jelas memerlukan kerja > keras, terutama bagi dokter anak atau dokter bedah anak, dan tenaga medis > pada umumnya," katanya. Perlu Anda tahu, pemerintah Indonesia, melalui > Kantor > Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, mendukung penuh semua usaha > untuk menghapus pelaksanaan sunat pada perempuan, terutama yang merusak > organ > reproduksi. Karena, hal ini dianggap sebagai salah satu tindak kekerasan > terhadap perempuan. Apalagi, Menteri Kesehatan dr. Siti Fadilah Supari, > Sp.JP(K) pun mengungkapkan, sunat perempuan tidak pernah ada dalam > standar pelayanan kesehatan. > Sumber; majalah Ayahbunda, no.18/1-14 September 2005 > > > Regards, > Uci mamaKavin+Ija > http://oetjipop.multiply.com > > --------------------------------- > Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!