IptekSenin, 11 November 2002
Madu yang Multiguna 
BERBAGAI kelebihan madu sebagai makanan bergizi tinggi sudah diketahui sejak zaman 
Mesir maupun Yunani kuno. Zaman Mesir kuno, larutan madu bukan hanya sebagai sumber 
makanan, tetapi juga pengawet yang luar biasa: dari daging binatang buruan untuk 
persediaan konsumsi sampai mumifikasi jenazah yang tahan ribuan tahun. 
Madu dihasilkan oleh lebah madu. Dalam satu koloni lebah madu, terdapat seekor lebah 
ratu, beberapa ratus lebah jantan, dan lebah pekerja yang bisa mencapai 100.000 ekor. 
Ukuran lebah ratu dua kali lebih panjang dan 2,8 kali lebih berat dari lebah pekerja. 
Tugasnya hanya menghasilkan telur dengan jumlah 1.000-2.000 butir. Telur yang dibuahi 
setelah lebah ratu kawin dengan lebah jantan menghasilkan lebah pekerja dan kadang 
lebah ratu baru. Bila dalam satu koloni ada dua lebah ratu, maka yang satu akan 
meninggalkan koloni dengan pengikutnya. 
Sementara telur yang tidak dibuahi menghasilkan lebah jantan. Tugas lebah jantan hanya 
mengawini lebah ratu. Karena itu, umurnya pun pendek, hanya tiga bulan. 
Tugas utama lebah pekerja adalah mengumpulkan nektar atau tepung sari untuk membuat 
madu. Tugas ini amat menakjubkan, karena mereka bisa mencari bahan madu dari bunga 
mekar yang jaraknya dari sarang bisa beberapa kilometer. 
Dalam keadaan tanpa muatan, seekor lebah bisa terbang dengan kecepatan 65 kilometer 
per jam. Bila tengah membawa nektar, kecepatannya tinggal 30 kilometer per jam. 
Untuk membuat 100 gram madu, lebah harus mendatangi tidak kurang dari satu juta 
tangkai bunga. Nektar diangkut dalam kantung tepung di kakinya. Di dalam sarang, 
nektar diolah menjadi madu, lilin, dan royal jelly yang menjadi makanan utama lebah 
ratu. Umumnya satu sarang menghasilkan sekitar 150 kilogram madu setiap musim. 
Peternakan lebah madu seperti di Australia yang sudah maju, juga menanam bunga-bunga 
sumber nektar sebagaimana halnya peternak sapi menyediakan hijauan sumber pakannya. 
Tidak mengherankan pula bila madu yang dihasilkan juga berbeda-beda, tergantung sumber 
nektarnya. Ada madu apel, madu pir, madu anggur, dan sebagainya. 
Di Indonesia, meski tidak sesempurna di negara maju, sebenarnya juga punya beberapa 
jenis madu. Ada madu sumbawa yang nektarnya berasal dari hutan kawasan Pulau Sumbawa, 
madu kalimantan atau madu lampung, dengan warna, bau, dan rasa yang berbeda. 
Di samping faktor jenis bunga, kualitas dan kuantitas madu juga dipengaruhi oleh jenis 
lebahnya. 
***
KHASIAT madu berasal dari kandungannya yang beragam. Ada berbagai jenis enzim seperti 
diastase, invertase, katalase, peroksidase, dan lipase yang membantu proses pencernaan 
sehingga memperlancar metabolisme. Sejumlah asam amino seperti asam malat, tartarat, 
sitrat, laktat, juga berperan dalam metabolisme. 
Ada pula mineral seperti magnesium, belerang, fosfor, besi, kalsium, khlor, natrium, 
yodium, serta kalium dalam bentuk garam-garamnya, yang dibutuhkan tubuh agar tetap 
bugar. Kandungan garam mineral ini serupa dengan kandungan garam mineral darah manusia 
sehingga mengonsumsi madu tidak akan berdampak negatif pada darah. 
Menurut dr Filatof, ophthalmologis dari Rusia, madu pun mengandung perangsang biogenik 
yang berperan meningkatkan kesegaran. 
Di dalam madu masih terkandung biose atau zat pengatur tumbuh yang mempercepat 
pertumbuhan akar, tunas, serta pembungaan pada tanaman, selain zat antibakteri 
sehingga bisa membantu mencegah infeksi pada luka. 
Vitamin pada madu antara lain B2 (riboflavin) dan B6 (pirodoksin) yang berperan dalam 
metabolisme protein dan mencegah penyakit kulit. Ada pula B3 (asam pantotenat) dan H 
(biotin) yang berperan dalam metabolisme lemak dan protein serta menghambat penyakit 
kulit seperti eksim dan herpes. 
Oleh karena itu pula, madu banyak dimanfaatkan untuk kosmetik. Sejak Zaman Mesir dan 
Yunani kuno, madu digunakan di wajah agar tetap cantik, bersih, dan menghilangkan 
noda-noda. Sifat antibiotiknya bisa digunakan dalam sampo untuk mencegah ketombe. 
Namun, ada juga madu yang membawa bencana. Alkisah, pasukan Yunani pada tahun 400 
sebelum Masehi baru pulang dari medan perang. Di hutan yang dilewati, mereka menemukan 
madu dan dimakan ramai-ramai. Tak lama kemudian, banyak prajurit muntah-muntah dan 
tidak sedikit yang meninggal. Mengapa demikian? 
Ternyata, nektar yang berasal dari bunga beracun seperti rododendron, azalea, 
andromeda, kalmia, atropa, datura, euphorbia, gelsemium, melaleuca, dan agave, juga 
menghasilkan madu beracun. 
Namun, hal ini tak perlu membuat takut mengonsumsi madu. Soalnya, saat ini amat jarang 
terdengar adanya kasus keracunan gara-gara mengonsumsi madu. 
Prof H Unus Suriawiria Dosen senior ITB, pemerhati bioteknologi dan agroindustri. 

 

 



---------------------------------
Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search

Kirim email ke