Sinetron Bunuh Kreativitas dan Racuni Anak 
JAKARTA, KOMPAS - Para orangtua mendesak Pemerintah agar peduli dengan masa 
depan anak-anak dan memberlakukan aturan ketat terhadap tayangan sinetron/film. 
Lembaga Sensor Film dan Komisi Penyiaran Indonesia yang terkesan mandul, harus 
diberdayakan dan ditempati oleh orang-orang cerdas dan arif bijaksana. Sebab 
sebagian besar sinetron tersebut membunuh kreativitas anak dan tidak mendidik.


Demikian benang merah yang dikemukakan sejumlah orangtua ketika dihubungi 
Kompas secara terpisah, Kamis (24/1) di Tangerang, Bekasi, Jakarta, dan Padang. 
"Cerita sinetron kita tidak mendidik dan tidak bermanfaat bagi kemanusiaan," 
kata Rozalina, Kamis (24/1) di Tangerang..  



Kenyataan ia dikemukakan setelah sebuah stasiun televisi swasta, Jumat (18/1) 
pagi menayangkan cerita yang tidak cerdas dan mendidik. Seorang anak lelaki, 
Kiki, yang masih duduk di bangku sekolah dasar, meremuk-remuk buku cetaknya, 
karena ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Lalu, takut dimarahi 
guru, Kiki berusaha membohongi orangtuanya dengan pura-pura sakit, sehingga 
tidak sekolah hari itu. Ketika orangtuanya bermaksud membawanya berobat ke 
dokter, Kiki mengaku takut disuntik.



"Cerita sinetron tersebut sepertinya mengajarkan anak-anak kalau kesal tak bisa 
kerjakan PR, robek atau remuk buku. Lalu bohongi orangtua dengan pura-pura 
sakit. Lalu, kalau sakit tak mau berobat, karena pasti disuntik dan suntik itu 
sakit. Sangat tidak mendidik dan bahaya bagi anak-anak," keluh Rozalina, ibu 
tiga orang anak yang masih duduk di sekolah dasar di Cileduk, Kota Tangerang, 
Kamis (24/1).








===================================
Utamakan... Doa, Usaha, Ikhtiar & Tawakal
===================================

Kirim email ke