Maksudnya menderita hepatitis B.
Hmmm, dokternya koq kurang info ya....
Coba, jeng tanyakan maksudnya apa? kalao yg saya tangkep ibunya menderita
Hep B.
Sejauh yang saya tahu, ibu penderita hep B boleh memberikan ASi untuk
anakanya.
Coba buka blog mbak Lita M, www.lita.inirumahku.com, beliau memberikan ASI
untuk anaknya walaupun penderita hep B. Betul jika ibu menderita hep B, anak
mesti dikasih vaksin lebih dini yaitu immunoblobulin Hep B, kalau bayi dari
ibu sehat kan vaksin Hep B saja.

Ini artikelnya di bawah ya, diambil dari
http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=78

Don't worry, keep breastfeeding ya.
  *Ibu dan Penyakit *

Penulis: *Rulina Suradi*

Seringkali dengan alasan ibu sakit penyusuan dihentikan, padahal dalam
banyak hal ini tidak perlu. Karena lebih berbahaya bagi bayi bila mulai
diberi susu formula daripada terus menyusu dari ibu yang sakit. Keadaan ini
dapat dibenarkan untuk menghentikan penyusun adalah bila skit ibu sangat
berat misalnya kegagalan jantung atau ginjal atau menderita kanker. Pada ibu
dengan gangguan jiwa pun masih dianjurkan untuk menyusui asalkan ada orang
yang mengawasinya pada saat-saat tersebut. Ibu dengan penyakit infeksi akut
lebih sering menularkan melalui tangan atau percikan ludah daripada melalui
ASI. Di samping itu do dalam ASI akan terdapat zat anti terhadap penyakit
yang diderita ibu sehingga bila bayi menyusu akan mendapat zat penangkal
penyakit tersebut. Bila ibu terpaksa harus dirawat, jika terdapat fasilitas,
bayinya dianjurkan ikut dirawat bersama ibunya agar aktivitas menyusui tidak
terhenti.

*Ibu dengan HIV/AIDS*

Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS sebanyak kurang lebih 20% sudah terinfeksi HIV
secara transmisi vertikal. Namun apabila pengobatan dengan obat
antiretroviral diberikan beberapa lama sebelum persalinan dan diikuti dengan
pencegahan cara lain seperti persalinan melalui bedah kaisar dan pencucian
jalan lahir transmisi vertikal ini dapat diturunkan sampai menjadi 2%.
Apabila ibu menyusui akan bertambah penularan melalui ASI sebanyak kurang
lebih 11-15%, sehingga di negara maju terdapat angka kematian dan kesakitan
bayi yang tidak mendapat ASI sudah rendah, ibu dianjurkan untuk tidak
menyusui bayinya.
    Namun di negara berkembang masih banyak terdapat ibu yang tidak
memberikan ASI akan mempunyai morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi,
maka ibu dianjurkan tetap memberi ASI. Apabila sudah diketahui sejak lahir
bahwa bayi telah tertular (dengan pemeriksaan PCR) maka dianjurkan agar ibu
tetap memberi ASI,  karena ASI akan melindungi bayi dari infeksi lain yang
menyertai AIDS atau statusnya tidak diketahui maka ibu tetap dianjurkan
untuk memberikan ASI. Bila ibu diketahui mengidap HIV/AIDS ada beberapa
alternatif yang dapat diberikan dan setiap keputusan ibu setelah mendapat
penjelasan perlu didukung.

   1. Bila ibu memilih tidak memberikan ASI maka ibu diajarkan memberikan
   makanan alternatif yang benar dan di negara berkembang sewajarnya makanan
   alternatif ini disediakan secara cuma-cuma untuk 6 bulan.
   2. Bila ibu memilih memberikan ASI maka dianjurkan untuk memberikan
   ASI secara eksklusif  selama 3-4 bulan kemudian menghentikan ASI dan bayi
   diberi makanan alternatif. Perlu diusahakan agar putting susu jangan sampai
   terluka karena virus HIV dapat masuk melalui luka. Di samping itu jangan
   diberikan ASI bersama susu formula karena susu formula akan menyebabkan luka
   di dinding usus yang menyebabkan virus dalam ASI lebih mudah masuk.

Maka WHO menganjurkan pada setiap wilayah/negara untuk memilih sendiri
apakah akan melarang atau menganjurkan ibu dengan HIV + menyusui bayinya.
*Ibu dengan hepatitis B*

Sampai saat ini pandangan mengenai boleh tidaknya seorang ibu dengan HbsAg+
menyusui bayinya didasarkan atas dasar yang serupa dengan HIV. Walaupun
virus hepatitis B dapat melalui ASI tetapi belum ada laporan adanya
penularan melalui ASI. Kolostrum ternyata tidak mengandung virus hepatitis B
mungkin oleh karena kolostrum mengandung SigA dan interferron yang dapat
membunuh virus hepatitis B. Lagi pula apabila ibu mendapat hepatitis B
selama hamil maka lebih dari 50% bayi telah mendapat infeksi intra-uterin,
sehingga bayi tidak perlu dilarang mendapat ASI. Hanya dianjurkan dalam 24
jam pertama bayi mendapat imunoglobulin spesifik hepatitis dan dilanjutkan
dengan pemberian vaksinasi.
*
Ibu dengan TBC paru*

Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu. Ibu perlu diobati
secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan
menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena efek
proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti INH dengan
dosis penuh sebagai profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat
biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan
uji Mantoux. Bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan bayi diberi
vaksinasi BCG.



On 2/20/08, iKa Nurlistiyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> temenku baru aja melahirkan,tapi sedihnya...dia gak bisa IMD..dan gak bisa
> kasih ASI juga..dah dikasih obat ma dokternya supaya gak produksi ASI
> (mang
> ada ya??)
> temenku ini HBS-Hg(cmiiw -apaan siy??)nya positif, harusnya netral..
> sama dokternya sblm melahirkan dah diinfoin,kalo nanti si baby lahir
> langsung divaksin,biar gak kena bawaan ibunya.
> trus dsa ma dsognya bilang,ada kekhawatiran kalo temenku nyusuin
> babynya,takut virus yg ada di temenku nurun ke babynya. makanya temenku
> langsung mutusin gak nyusuin.
> tapi yg bikin miris aku,dokter2nya bilang,setiap anak perkembangannya
> beda2
> (setuju), anak ASI pun ada yg perkembangannya lambat (???kok dokter
> ngomong
> gini ya??gak mendukung ASI). kalo misalkan temenku keukeuh ngasih ASI ke
> babynya bwt kebaikan,tapi nantinya justru bikin penyakit bwt babynya,kan
> jadinya merugikan...
> gimana niy,parents??
>
> skalian mo nanya,
> 1. kalo dah dikasih obat gitu,bisa gak siy produksi lagi ASInya??
> 2. skrg lagi musim ujan niy,gimana caranya ya spy baby bisa dijemur??kalo
> pake sinar lampu bisa gak??pake yg brp watt??
>

Kirim email ke