FYI, rhodamin termasuk kedalam senyawa yang dilarang..ada pweraturannya dr 
pemerintah, tp aku lupa nomor peraturannya. tp yg perlu diketahui, berita ini 
udah lama banget. yg terbaru itu yg taun kemaren kl gak salah. penelitiannya 
dilakukan ama surveilance BPOM di malang. dan udah diklarifikasi. 
   
  --rhee--
  *nyangkerjadiBPOM*

Aldo Desatura <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Menyala, Padahal Berbahaya
Jajanan anak-anak yang beredar di sekolah mengandung pewarna dan pemanis buatan.

Riza Sofyat, Memy Maryamah, dan Asep Saefuloh (Bandung) 

Jajanan anak-anak kembali jadi sorotan serius. Kali ini, badan pengawas obat 
dan makanan (bpom) jawa barat merilis hasil pengkajiannya terhadap sejumlah 
makanan anak-anak yang dijual di beberapa wilayah di bandung, jawa barat. 
Hasilnya, ternyata sebanyak 80% dari jajanan yang diobservasi mengandung 
bahan-bahan yang membahayakan kesehatan, seperti formalin, boraks, natrium 
siklamat, rhodamin, dan sakarin. 

Pengkajian itu dilakukan sejak Mei 2003 hingga akhir September 2003. Namun, 
Ketua BPOM Jawa Barat Euis Megawati buru-buru mengatakan bahwa pengkajian itu 
bukan merupakan penelitian ilmiah. Itu sebabnya Euis enggan menjelaskan jumlah 
dan jenis jajanan yang ditelaah lembaganya itu. Dia hanya menambahkan bahwa 
berbagai zat berbahaya tadi ada pada jajanan anak-anak buatan rumah tangga, 
bukan makanan kemasan buat anak-anak yang dijual di supermarket. 

Artikel Lain 
Orang Lama Terganggu 
Memangkas demi Pasar Bebas 
Berobat, lalu Shopping atau Renang 
Sekadar Permen buat Konsumen 
Menyala, Padahal Berbahaya 
Risiko MSG Dalam Makanan Anak 
Mengusung Jurnalisme ââ,¬â"¢Patriotikââ,¬â"¢ 
Sudah Berkutu, Bikin Bodoh Lagi 
Heboh Suplemen Australia 
Jangan Panik, Jangan Meremehkan 



Kendati begitu, tak bisa dimungkiri bahwa jajanan anak-anak yang dimaksud tak 
lain adalah aneka penganan yang dijual di sekolah dasar ataupun sekolah 
lanjutan tingkat pertama. Jajanan yang biasa digandrungi anak-anak dan produksi 
rumahan ini memang gampang ditemui di sekolah-sekolah, misalnya yang dijual di 
halaman Sekolah Dasar (SD) Negeri Cibiru di kawasan Bandung Timur. 

Para pedagang di situ tampak menjajakan makanan seperti bakso goreng, cakwe, 
dan cireng (aci goreng atau terigu campur sagu digoreng). Mereka melengkapi 
dagangannya dengan saus tanpa merek yang berwarna merah. Menurut Adang, penjual 
bakso goreng, saus itu dibelinya di pasar dalam satu kemasan kantong plastik 
seharga Rp 500. ââ,¬ÂKalau beli saus bermerek, rugi dong,ââ,¬Â ujar Adang. 

Adang dan beberapa pedagang lainnya mengaku tidak tahu bila saus itu mengandung 
zat pewarna dan bahan pengawet. Yang penting, ââ,¬ÂBakso gorengnya dilengkapi 
saus. Kalau tidak, anak-anak tidak suka memakannya,ââ,¬Â tutur Adang dengan 
polos. 
Di halaman SD Cibiru, ada juga pedagang minuman sejenis sirop. Minuman ini 
dikemas dalam satu kantong plastik kecil dengan harga hanya Rp 200. Tentu saja 
siropnya bukan sirop dari kemasan bermerek yang dijual di supermarket atau di 
toko. 

Menurut Arif, penjual minuman bersirop, bahan-bahan siropnya berasal dari jeruk 
dan sakarin (pemanis buatan) yang dibeli di pasar. Ramuan sirop dibuat sendiri 
di rumahnya. Ia hanya menambahkan sedikit gula pasir ke dalam delapan liter 
campuran sirop. ââ,¬ÂKalau pakai gula pasir semua, perlu berapa kilo, 
Pak?ââ,¬Â kata Arif. Penggunaan banyak gula pasir tentu berisiko: ongkos jadi 
lebih besar. Karena itu, Arif merasa cukup mengandalkan sakarin atau biang 
gula. 

Arif mengaku tidak tahu bahaya memakai pemanis buatan untuk makanan yang 
dijajakannya. Sepengetahuannya, pemanis buatan juga sudah lumrah dipakai banyak 
pedagang. ââ,¬ÂJangankan sirop, penjual kolak pada bulan puasa juga memakai 
biang gula,ââ,¬Â tutur Arif menambahkan. 

Pengakuan Arif, sebagaimana banyak pedagang kelas bawah, sepertinya main 
menggampangkan urusan. Padahal, menurut hasil pengkajian BPOM, jajanan 
anak-anak seperti itulah yang berbahaya. Sebab, ya itu tadi, makanan tersebut 
dibuat dengan mencampurkan zat berbahaya, misalnya formalin atau boraks untuk 
pengenyal bakso, lantas rhodamin untuk bahan pewarna sirop dan saus, kemudian 
sakarin untuk pemanis sirop. 

MENGANCAM KESEHATAN 
Kata Euis Megawati, formalin, boraks, dan rhodamin B merupakan zat kimia 
berbahaya yang tak boleh dicampur dengan makanan. Biasanya, formalin dipakai 
untuk mengawetkan mayat, selain juga untuk disinfektan, antiseptik, dan 
penghilang bau. Sedangkan boraks digunakan untuk pengawet kayu, pengontrol 
kecoak, dan bahan pembersih. Sementara rhodamin B sering digunakan sebagai zat 
pewarna pada kertas dan tekstil. 

Formalin yang dicampur dalam makanan, sambung Euis, bila dimakan akan bereaksi 
cepat dengan lapisan lendir di saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pada 
dosis rendah, formalin dapat menyebabkan sakit perut akut disertai 
muntah-muntah, menimbulkan depresi susunan saraf, serta kegagalan peredaran 
darah. Dalam dosis tinggi, formalin dapat menyebabkan kejang-kejang, kencing 
darah, tidak bisa kencing, dan muntah darah, hingga akhirnya menyebabkan 
kematian. 

Penggunaan boraks pada dosis rendah bisa terakumulasi di otak, hati, dan lemak. 
Untuk pemakaian dalam jumlah banyak, boraks dapat mengakibatkan demam, koma, 
kerusakan ginjal, pingsan, dan kematian. Biasanya gejala akibat keracunan 
boraks muncul antara tiga sampai lima hari. Gejala awalnya berupa mual-mual, 
muntah, diare, kejang, dan kemudian muncul bercak-bercak pada kulit, serta 
kerusakan pada ginjal. 

Zat paling berbahaya adalah rhodamin B. Bahan ini bila dikonsumsi bisa 
menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi 
makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, 
sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. ââ,¬ÂDampaknya baru akan 
kelihatan setelah puluhan tahun kemudian,ââ,¬Â kata Euis. 

Sri Iwa Ningsih, ahli gizi dan makanan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, 
membenarkan bahaya bahan campuran dalam makanan anak-anak itu. Menurutnya, 
anak-anak yang sering mengonsumsi jajanan yang mengandung formalin, boraks, 
rhodamin B, dan zat berbahaya lain, biasanya rentan terhadap penyakit. 
ââ,¬ÂPertumbuhan badannya juga cenderung lambat,ââ,¬Â kata Sri. 

Sebetulnya, pemakaian pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat sudah 
dilarang, kecuali untuk penderita diabetes. Namun, pada kenyataannya, 
bahan-bahan itu masih sering dipakai untuk campuran gula agar jajanan yang 
dijual terasa manis. Padahal, ââ,¬ÂDua zat pemanis itu berpotensi menyebabkan 
kanker kandung kemih pada manusia,ââ,¬Â ucap Sri. 

Menyangkut pewarna buatan, rhodamin B, Sri berharap agar pemerintah bertindak 
tegas untuk melarang pemakaiannya sebagai bahan campuran dalam makanan. Sebab, 
sampai sekarang, pemakaiannya masih diizinkan. Di beberapa negara pun, hal itu 
telah dilarang. ââ,¬ÂPenggunaan bahan pewarna buatan dalam makanan bukan 
hanya tidak aman, tapi juga tak punya nilai gizi,ââ,¬Â ungkap Sri. 

Toh, Euis Megawati mengaku tak mungkin buru-buru menindak produsen rumah tangga 
yang membuat jajanan anak. Sementara ini, kata Euis, instansinya mau memberikan 
penyuluhan lebih dulu tentang bahaya zat-zat tersebut kepada para pedagang. 
Masalahnya, para pedagang menggunakan bahan-bahan itu sekadar bermaksud agar 
produksinya tahan lama dan berwarna lebih menarik, selain harganya jadi tak 
mahal. ââ,¬ÂMereka tak tahu kalau zat-zat itu berbahaya,ââ,¬Â kata Euis. 

Tak bisa dimungkiri, kebanyakan jajanan anak tergolong buatan rumah tangga. 
Jumlahnya banyak, sehingga sulit dikontrol. Mungkin ada baiknya bila para 
produsen rumah tangga ini harus punya sertifikat panganan industri rumah 
tangga, yang akan dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. 


http://ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/11/Pengawet-Panganan-Yang-Aman.aspx










===================================
Utamakan... Doa, Usaha, Ikhtiar & Tawakal
===================================


(".....laughter is timeless...imagination has no age....and dreams are 
forever.....")
       
---------------------------------
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

Kirim email ke