10  Langkah Bagi Ayah Ibu Bekerja

Membesarkan anak dengan baik  memang tidak mudah bagi pasangan suami
istri yang bekerja. Dengan sepuluh  panduan berikut mudah-mudahan mereka
dapat menjalankan tugas sebagai orang  tua dan pasangan karier secara
seimbang.

Lebih dari tiga puluh  tahun terakhir, dengan pelbagai alasan
sosioekonomi semakin banyak  pasangan suami-istri yang harus bekerja.
Kegiatan masing-masing anggota  keluarga di luar juga meningkat,
akibatnya waktu berkumpul antara anak dan  orang tua atau saudara-saudara
mereka semakin sedikit. Anak lebih banyak  menghabiskan waktu bersama
pengasuh atau malah bermain sendiri di  rumah.

Kecenderungan ini, menurut Daniel Amen, M.D., direktur medis  The
Center For Effective Living, akan menimbulkan dampak sosial  serius
jika orang tua tidak memberikan kepemimpinan yang kuat kepada  anak-anak
mereka. Psikiater anak, remaja dan dewasa ini menyodorkan  sepuluh
panduan untuk membesarkan anak secara sehat dalam keluarga dengan  kedua
orang tua bekerja.

1. Waktu. Hubungan orang tua-anak yang  baik memerlukan waktu yang
memungkinkan mereka berkumpul secara fisik.  Tidak perlu berjam-jam. Yang
penting, orang tua secara konsisten  meluangkan sedikit waktu bersama
anak-anak hampir setiap hari. Ketika  bersama mereka, jauhkan gangguan
dan konsentrasikan perhatian kita kepada  mereka. Waktu adalah tonggak
penyangga pengasuhan yang baik.

2.  Jadilah pendengar yang baik. Bila anak-anak mengetahui bahwa kita
benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan, mereka akan lebih
bersemangat untuk berbagi perasaan dan pikiran. Sebaliknya, kalau orang
tua merendahkan gagasan anaknya atau "rajin" mengkritik kata - katanya,
anak itu akan menarik diri dan memilih lebih dekat pada teman. Karenanya,
jika ingin memiliki pengaruh dalam kehidupan anak, mari menjadi pendengar
yang baik. Mereka akan menerima kita bila kita membantu mereka memecahkan
masalah.

3. Tentukan harapan yang jelas. Memberitahukan anak apa  yang kita
harapkan darinya akan membentuk perilaku yang baik. Jangan  ragu-ragu
melibatkan mereka dalam pekerjaan sehari-hari dan untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas di lingkungan rumah. Kebanyakan anak pasti akan
mengeluh. Begitupun, kita harus berusaha agar mereka senang dilibatkan.
Pada anak yang berperan serta dalam urusan rumah tangga, akan tumbuh
etika  kerja dan umumnya ia lebih merasa menjadi bagian dari keluarga.

4.  Jangan membiarkan rasa bersalah. Banyak orang tua merasa bersalah
karena  bekerja seharian di luar rumah. Sebagai kompensasinya, mereka
membiarkan  anak berperilaku buruk dan tidak disiplin. Orang tua yang
baik adalah yang  tegas. Merasa bersalah merupakan tindakan
kontraproduktif.

5.  Jangan menggantikan kasih sayang atau waktu dengan uang. Memang
penting  untuk mengajarkan anak-anak bagaimana mengelola uang, tetapi
jangan  gunakan uang sebagai pengganti waktu atau kasih sayang kita.
Pesan  materialistis di televisi mudah sekali merasuki anak dan
membangkitkan  keinginan mereka untuk membeli ini dan itu. Bagaimana kita
dapat  membentengi mereka dari pengaruh buruk ini? Kita buat mereka untuk
selalu  berusaha bila ingin memperoleh sesuatu. Sesuatu yang diperoleh
melalui  bekerja, akan lebih terasa nilainya.

6. Jangan terlalu sering  gonta-ganti pengasuh. Satu dari kebutuhan
psikologi yang penting pada anak  adalah bahwa ia terasuh dengan baik dan
penuh kasih secara terus-menerus.  Oleh karena itu kita memerlukan
pengasuh. Dengan menggunakan pengasuh  kecemasan kita akan berkurang
selama kita bekerja. Namun sebelum  menyerahkan anak pada seorang
pengasuh, berikanlah kesempatan untuk  terciptanya keakraban dan
kedekatan antara anak dan si calon pengasuh.  Sering gonta-ganti pengasuh
dapat membahayakan anak. Untuk mencari orang  yang tepat atau situasi
yang baik bagi anak, kalau perlu, pergilah ke  tempat yang jauh!

7. Kuncinya: pengawasan. Sering kali ketika  ditinggalkan orang tua, anak
terjerumus dalam masalah. Penelitian  menunjukkan bahwa anak- anak
bermasalah sering berasal dari keluarga yang  kurang atau tidak diawasi.
Anak-anak tidak begitu saja tahu sejak lahir,  mana perilaku baik, mana
yang buruk. Mereka perlu diajari dan kemudian  diawasi. Karenanya,
sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui di  mana anaknya,
sedang bersama siapa, dan sedang ngapain. Memang, anak  sering mengeluh
kalau ia diawasi ketat, tetapi anak-anak yang tidak  diawasi juga sering
merasa bahwa orang tua mereka tidak peduli dengan  mereka!

8. Beri perhatian lebih saat ia baik. Ini bagian paling  berat
sebagai orang tua. Kita cenderung lebih memperhatikan anak-anak  ketika
mereka menjengkelkan. Sebaliknya, jauh lebih sulit untuk  memperhatikan
perilaku baik mereka. Namun, jika ingin anak berperilaku  baik, berilah
perhatian pada hal-hal yang kita sukai dari mereka. Kalau  anak merasa
diabaikan, secara bawah sadar ia akan berperilaku salah untuk  menarik
perhatian kita. Memperhatikan mereka sewaktu mereka baik, memang
memerlukan usaha.

9. Hukuman itu untuk mendidik. Orang tua yang  bekerja di luar rumah,
cenderung mengalami kelelahan dan mudah jengkel.  Maka mereka lebih mudah
kehilangan kontrol terhadap anak-anak. Ini dapat  menimbulkan masalah.
Jangan pernah menghukum anak ketika kita sendiri  tidak dapat mengontrol
diri. Gunakan hukuman untuk mendidik, bukan untuk  melampiaskan
kemarahan.

10. Berikan teladan dalam relasi. Anak  belajar berelasi dari orang tua
mereka. Mereka juga merasa paling aman  jika melihat orang tua saling
memperlakukan pasangannya dengan baik. Maka  hal terbaik yang dapat
dilakukan bagi anak-anak kita adalah mencintai  pasangan kita.
(WWM 20129-AMEN/Bea).
*Sumber: Disadur dari  Majalah Intisari Edisi Juli 2001
*
-- 
Enggar Retnoningsih
Surabaya
http://www.binacendikia.com
http://www.bci-supermoms.blogspot.com
==============================================
Joint SUPERMOMS COMMUNITY:
http://finance.groups.yahoo.com/group/supermom_s/join
==============================================

Kirim email ke