http://www.askdrsears.com/html/6/T064200.asp
*SIBLING RIVALRY (translated by: Sylvia Radjawane)* ------------------------- *7. Set limits.* Kadangkala Anda terlalu lelah untuk berperan sebagai 'psikolog amatir' dan Anda hanya ingin segera berganti peran sebagai 'polisi'. Lakukanlah dan tidak perlu cemas dengan dampak permanen yang mungkin mempengaruhi psikis anak Anda. Sampaikan pesan dengan jelas tentang apa yang Anda harapkan terhadap cara bersikap anak Anda kepada saudaranya yang lain, sebelum timbul argumentasi antar anggota keluarga Anda. Ingatkan secara verbal dengan tenang: 'Cukup!', jika ada anak yang meremehkan saudaranya. Atau, tunjukkan tatapan mata yang menyiratkan,'jangan sekali-kali berani mencoba!'. Hentikan segera pertengkaran yang terjadi sebelum menjadi tak terkendali. Waspada dengan peran anak-anak sebagai 'penyerang & korban'. Tugas Anda adalah melindungi anak-anak Anda, bahkan melindungi mereka dari saudaranya yang lain. Bagaimana cara anak berperi laku satu dengan yang lain dalam keluarganya adalah pelajaran sosial pertama yang mereka dapatkan untuk berperi laku dalam suatu kelompok. Dalam keluarga kami, kami menetapkan 'batas maksimum yang diperbolehkan' terhadap peri laku yang kami ajarkan dalam kehidupan bersama dalam keluarga, dan anak-anak juga diajarkan untuk menghormati batasan-batasan itu. Pada waktu ada pertengkaran karena berebut mainan dan menimbulkan suara yang desibelnya sudah melebihi 'batas toleransi yang diperbolehkan', Martha, sang ibu, hanya akan berkomentar singkat,'Ini sudah mengganggu kedamaian Ibu!'. Anak-anak telah belajar – karena mereka telah diajarkan – bahwa 'batas maksimum' telah tercapai dan mereka harus segera mengubah peri laku yang lebih bisa diterima secara sosial. *8. Hold family meetings.* Hayden adalah anak perempuan pertama kami setelah 3 kakak laki-lakinya. Walau kami pikir bahwa tidak menjadi masalah untuk sekadar menggoda dan bercanda, Hayden tidak selalu sepakat mengenai hal ini. Suatu hari saat ia berumur 5 tahun, ia bilang,'Tidak ada satu pun di keluarga ini yang mencintai saya'. Kami mengadakan pertemuan keluarga sebagai ajang 'curhat'. Setelah itu Hayden dan para saudara prianya berteman dengan lebih baik. *9. Humor is the best medicine.* Anak ke-5 kami, Peter, memegang sejumput rambut dalam tangannya, berlari ke arah dapur dan mengeluhkan adiknya yang berusia 2 tahun: 'Hayden telah menarik lepas rambutku'. Yang mengejutkan Peter, Martha, sang ibu, segera berkomentar jenaka, 'Mengapa kamu tidak membawa rambut itu ke sekolah untuk ditunjukkan dan diceritakan kepada teman-temanmu?'. Peter segera menanggapi komentar ibunya sebagai ide yang cukup lucu dan ia segera lupa dengan si-'penarik rambut' nya. Suatu hari saaat Jim dan Bob berebut mainan yang dampaknya sudah melebihi 'batas maksimum yang dibolehkan' dalam aturan keluarga kami, Saya berkata kepada mereka,'Jika kalian ingin bertarung seperti hewan, saya akan membangun kandang-kandang di halaman belakang untuk kalian. Saya akan menjuluki salah satu dari kalian 'kucing' dan yang lain 'anjing'. Saya akan meletakkan makanan kucing juga makanan anjing di depan kandang kalian ..' Para pemilik hewan peliharaan pun telah mengetahui bahkan kucing dan anjing dapat diajar untuk hidup bersama dengan harmonis jika pemilik mereka menetapkan aturan rumah juga hubungan pertemanan di antara hewan-hewan peliharaannya. Humor tidak melukai dan dapat mengejutkan anak-anak, sehingga mereka dapat melihat bagaimana tidak pekanya mereka terhadap saudaranya. Berikan humor kepada anak Anda tentang kehidupan nyata. 'Aku ingin jadi bayi, juga' kata Trisha yang berusia 4 tahun. 'Baiklah, komentar ibunya, 'Kamu bisa menjadi seorang bayi hari ini. Apa yang kamu ingin lakukan?' 'Aku ingin susu botol'. Ibunya memberikan Trisha sebotol susu formula. 'Iih, rasanya nggak enak!' 'Kamu ingin main apa?' 'Aku ingin mengendarai sepeda roda-3 ku'. 'Bayi tidak dapat mengendarai sepeda roda-3' 'Bolehkah aku minta sandwich isi selai kacang dan jelly?' 'Bayi tidak dapat makan sandwich isi selai kacang dan jelly. Mereka hanya makan makanan bayi.' Akhirnya Trisha memutuskan bahwa dia tidak mau lagi jadi seorang bayi, dan berkata: ' kayaknya aku ke luar rumah saja dan main dengan sepeda roda 3 ku'. * * *10. Foster a team spirit.* Kadang kami membawa semua anak kami dalam perjalanan keluarga. Mereka segera belajar bahwa setiap hak selalu diikuti tanggung jawab, sehingga mereka belajar bagaimana cara bersikap dalam kelompok. Rumah dan keluarga adalah hubungan sosial pertama yang dipelajari anak-anak. Mereka belajar bagaimana seseorang memperlakukan orang lain dan setiap orang dalam kelompok memiliki hak individu. Mereka membangun tenggang rasa dalam kelompok, yang merupakan alat penting dalam kehidupan. Pada kenyataannya, dengan mendisiplinkan anak-anak sebenarnya orang tua telah memberikan mereka modal untuk sukses dalam kehidupan. Suatu kali kami mengajak ke-delapan anak kami (lengkap dengan 2 cucu juga para ibu mereka!), menyewa sebuah kapal layar mengarungi Karibia. Dalam situasi seperti ini, anak-anak itu harus bekerja sama dan rukun (untuk keselamatan dan kewarasan) bersama. *11. Promote empathy.* Mendisiplinkan anak-anak kita dalam satu keluarga memberikan mereka modal untuk sukses dalam kehidupan, dan salah satu modal yang terpenting yang juga memiliki dampak sosial sepanjang hidup adalah kualitas empati mereka. Ini adalah cara lain dari moto 'Lakukan pada orang lain sama seperti yang kamu ingin mereka lakukan kepadamu'. Bantu anak-anak Anda belajar bagaimana cara mendukung orang lain dan selalu berpikir lebih dahulu apakah peri laku mereka memberikan dampak tertentu pada orang lain. Kita ingin anak-anak kita berpikir melalui apa yang mereka lakukan. Kurangnya empati merupakan tanda dari hubungan anti-sosial di antara anak dalam keluarga jika kelak mereka dewasa. *12. Promote gender sensitivity.* Kami mengalami tantangan seperti ini setelah ada Hayden, putri pertama kami (sebelumnya kami sudah memiliki 3 orang putra). Keadaan keluarga segera menjadi: 'Bob, Jim dan Pete' versus Hayden. Kondisi keluarga yang sebelumnya sudah ramai, kini ditambah issue kepribadian dan gender yang berbeda, belum lagi masalah antar anak dalam keluarga yang bisa saja menjadi tak terkendali jika orang tua tidak senantiasa memantau 'panas' nya. Anak-anak lelaki kami masuk dalam tahap 'tak ada toleransi bagi anak perempuan'. Hayden, menjadi lebih kuat saat ia harus hidup dengan kondisi demikian. Kami orang tuanya harus waspada karena kami menyadari bahwa cara pandang pertama Hayden terhadap isu 'pria' (selain ayah) adalah cara pandang dia terhadap hubungannya dengan para kakak lelakinya – begitu juga sebaliknya. Kami tidak ingin para anak laki-laki kami belajar bahwa 'menjadi yang lebih muda dan menjadi wanita' adalah sama dengan 'kurang berarti'. Bertahun-tahun kemudian, saat kami menyaksikan presiden kelas senior, Hayden, memimpin para teman prianya dalam badan kepemimpinan siswa, kami berpikir betapa pendidikan kami terhadap Hayden untuk memperoleh respek dari para kakak laki-lakinya mempengaruhi hubungan yang sama antara dia dengan teman-teman prianya. *13. Ignore smallies; address biggies.* Untuk hal-hal kecil, seperti berebut mainan, ajarkan anak-anak Anda untuk mengatasinya sendiri. Nyatakan saja secara sederhana tentang konsekuensinya dan apa yang Anda harapkan, 'Saya akan kembali dalam 1 menit. Jika kalian tidak juga belajar bagaimana berbagi mainan atau mencari solusi lainnya, mainan itu akan masuk ke dalam garasi.' Anda dapat 'mengistirahatkan' mainan atau 'mengistirahatkan' anak-anak. Anda sedang menyampaikan sekaligus 2 pesan kepada mereka: Anda mengharapkan mereka dapat mengatasi masalah ini sendiri, tapi Anda juga memberikan mereka konsekuensi tegas bahwa jika mereka tidak juga dapat mencari solusinya, Anda yang akan melakukannya. Anak-anak mengharapkan bimbingan orang tua, sekaligus juga menginginkan orang dewasa melindungi diri mereka sendiri dari tingkah laku yang .... seperti anak-anak, seperti: hal-hal besar yang justru diacuhkan, misalnya: seorang anak yang membuat anak lain jadi korban. Dalam situasi seperti ini, anak-anak membutuhkan Anda untuk memantau hal-hal yang diacuhkan seperti ini. Sebab jika tidak, Anda tidak melakukan tugas Anda. Dengan hanya diam, anak yang jadi korban akan menyimpulkan bahwa Anda berpihak pada anak lain yang menyerangnya. Pertentangan di antara anak dalam suatu keluarga tampaknya juga merupakan salah satu tahap dalam hidup yang harus dijalani. Anak-anak sering melakukannya, khususnya saat mereka bosan. Mereka merasa 'kita butuh aksi di sini. Ayo, kita timbulkan masalah!' Ini yang akhirnya membuat anak yang lebih besar mendorong adiknya, walau kadangkala anak yang lebih kecil berubah menjadi 'pengganggu' dan 'penghasut', seakan-akan anak nomer 2 harus berusaha sedikit lebih keras. ... (to be continued) ... **