Ramai-Ramai Gugat Vaksinasi      
      Selasa, 13 Mei 2008  
      Ibu-Ibu Amerika Gugat Vaksinasi karena dianggap Berbahan Pengawet 
Thimerosal, Dituding Sebabkan Autisme
      Hidayatullah.com--Pemberian vaksin kepada anak-anak yang bertujuan 
meningkatkan kekebalan tubuh malah dirasa bermasalah. Itulah yang kini terjadi 
pada ibu-ibu di Amerika Serikat (AS). Mereka merasa bahwa vaksin dengan bahan 
pengawet thimerosal yang diberikan kepada anak-anak mereka telah memicu sindrom 
autisme.

      Thimerosal adalah senyawa organomerkuri. Di AS, thimerosal biasa 
digunakan untuk antiseptik dan antifugal. Kandungan merkuri thimerosal bisa 
mencapai 49 persen.

      Ibu-ibu yang merasa dirugikan kemarin mengajukan gugatan ke pengadilan. 
Pengacara mereka berusaha menunjukkan bahwa bahan pengawet yang menggunakan 
merkuri dapat memicu gejala autisme.

      Sebagai bukti nyata, seorang anak laki-laki dari Portland, Oregon, akan 
menjalani serangkaian tes untuk membuktikan hal itu. Pengacaranya menyatakan 
bahwa bocah tersebut sebelum divaksinasi dalam kondisi sehat, bahagia, dan 
normal.

      Tapi setelah divaksinasi dengan thimerosal, kondisinya mengalami 
kemunduran. Jika hal itu terbukti benar, ratusan keluarga tersebut akan 
mendapatkan uang kompensasi.

      Secara keseluruhan, hampir 4.900 keluarga telah mengajukan klaim ke 
Pengadilan Federal AS (pengadilan yang menangani klaim melawan pemerintah AS, 
Red). Mereka menyatakan bahwa vaksin tersebut menyebabkan autisme dan 
masalah-masalah saraf pada anak-anak mereka.

      Pengacara dari keluarga yang mengajukan gugatan menyatakan bahwa mereka 
akan menunjukkan bukti bahwa suntikan vaksin yang mengandung thimerosal 
menyebabkan endapan merkuri di otak. Zat merkuri tersebut telah membangkitkan 
sel otak tertentu yang memicu autisme sehingga anak cenderung acuh. 

      "Di beberapa anak, ada cukup merkuri untuk membuat pola neuroinflammatory 
kronis yang dapat memicu penyakit autisme regresif," ujar Mike Williams, salah 
seorang pengacara para ibu tersebut.

      Badan ahli khusus dari pengadilan telah menginstruksi penggugat untuk 
melakukan tes untuk membuktikan teori penyebab autisme tersebut. Mereka juga 
menunjuk tiga ahli untuk menangani kasus itu.

      Tiga kasus di kategori pertama pernah didengar dan diajukan tahun lalu, 
namun sampai saat ini belum ada keputusannya. Kasus yang disidangkan kemarin 
difokuskan pada teori kedua tentang penyebab autisme.

      Teori tersebut menyatakan bahwa thimerosal yang terdapat dalam vaksin 
menyebabkan autisme. Para pengacara keluarga itu berharap bisa meyakinkan para 
ahli bahwa thimerosal menyebabkan peradangan yang memicu autisme regresif.

      Namun, banyak di antara anggota komunitas medis merasa skeptis terhadap 
klaim tersebut. Mereka takut klaim itu akan mengakibatkan beberapa orang tidak 
melakukan vaksinasi atas anak-anaknya. 

      "Yang saya sayangkan adalah orang-orang yang antivaksin akan beralih dari 
satu hipotesis ke hipotesis berikutnya tanpa menengok kasus di belakangnya," 
ujar Dr Paul Offit, direktur pusat pendidikan vaksinasi di rumah sakit anak 
Philadelphia.

      Sebenarnya, beberapa tahun belakangan thimerosal telah dihilangkan dari 
standar vaksinasi anak-anak, kecuali dalam vaksin flu yang tidak dikemas dalam 
satu dosis. Pusat pengendalian penyakit AS (Centers for Disease Control/CDC) 
menyatakan bahwa vaksin flu yang mengandung thimerosal hanya tersedia dalam 
jumlah yang terbatas.

      Pada 2004, institut obat-obatan di AS telah mengadakan penelitian tentang 
penggunaan thimerosal dalam vaksin. Berdasar penelitian tersebut, tidak ada 
bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa penggunaan thimerosal dapat memicu 
autisme pada anak-anak.

      Meski demikian, ratusan keluarga yang menuntut mempunyai pendapat 
berbeda. Berdasar pengalaman, anak-anak mereka menderita gejala autisme setelah 
pemberian vaksin dengan thimerosal tersebut.

      Website yang dirilis pengadilan menunjukkan bahwa lebih dari 12.500 klaim 
telah diajukan sejak program vaksinasi dengan thimerosal pada 1987. Dari 
keseluruhan klaim tersebut, 5.300 klaim adalah kasus autisme dan lebih dari USD 
1,7 miliar (Rp 15,7 triliun) telah dibayarkan. Website itu juga menyatakan 
bahwa saat ini lebih dari USD 2,7 miliar (Rp 24,94 triliun) dana yang berasal 
dari pajak pertambahan nilai telah disediakan untuk meng-cover jika terjadi 
masalah dalam program vaksinasi. [ap/cha/berbagai sumber/www.hidayatullah.com]  

Kirim email ke