Wah tapi jangan dibiasa'in hingga kebablasan pak...

Kaya' Kalif nih dah mo' 5th masih ngisep jempol... dah susah lepasnya

Tp kami tetep b'doa & b'usaha spy dia bisa lepas ngisep jempolnya...

:-) tema hr ini positip thinking ya.. 

 

Best Regards

Mardiana

http://ceritanana.blogspot.com/

http://bunda2k.multiply.com/

-----Original Message-----
From: Aldo Desatura (tm) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, May 30, 2008 2:13 PM
 

sama nih anakku neng sari... juga suka ngisepin jari.... ehh ternyata
ngga papa yah...?? 

buat parentz silahkan membaca yah....



WAJAR  kok, bayi mengisap jari karena hal itu memang kebutuhannya.
Justru menunjukkan si bayi sehat dan normal. 

Setiap bayi pasti akan mengisap jari. Terlebih pada bayi baru lahir
hingga usia 3 bulan,mengisap jari acap kali dilakukan.  Hal ini
menunjukkan si bayi dalam keadaan sehat dan normal, karena refleks isap
memang sudah seharusnya dimiliki bayi sejak lahir. Itulah mengapa, bila
bayi mau menyusu, puting susu ibu tak perlu dipaksa dimasukkan ke mulut
bayi. Cukup pipinya digeser-geser dengan puting, maka bayi akan mencari
arah puting.

Namun tak berarti semua bayi memiliki refleks isap yang baik, lo.
Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K), ada beberapa
bayi yang reflek isapnya rendah, yaitu bayi yang lahir prematur dan bayi
sakit. 

"Pada bayi prematur, refleks mengisap jarinya lebih pelan ketimbang bayi
sehat, karena pertumbuhannya yang belum terlalu sempurna." Sedangkan
bayi sakit, misalnya, mengalami gangguan pernafasan berat. "Ini berarti
bayi dalam kondisi lemah, sehingga refleks isapnya tak baik. Bayi yang
demikian memerlukan selang karena ia tak bisa mengisap," lanjut guru
besar FKUI ini.

KEBUTUHAN MENGISAP

Secara psikologis, menurut Dra. Betty DK. Zakianto. Msi, bayi mengisap
jari karena lapar. Disamping bayi memang memiliki kebutuhan mengisap,
dari lahir sampai usia 3 bulan. "Kebutuhan mengisap didapat bayi ketika
menyusui namun kebutuhan ini bersifat individual. Artinya, masing-masing
bayi memiliki kebutuhan mengisap yang berbeda-beda," terang psikolog
pendidikan ini. Itulah mengapa, lamanya menyusui tak akan sama pada
setiap bayi. Misalnya, ada bayi yang sudah puas mengisap selama 20 menit
menyusui, namun ada yang baru merasa puas setelah 40 menit.

Selain itu, jarak waktu menyusui juga bisa berpengaruh. Bayi yang setiap
3 jam sekali diberi minum, misalnya, kebutuhan mengisapnya akan lebih
sedikit ketimbang bayi yang diberi minum 4 jam sekali. "Jadi makin
sering bayi diberi kesempatan menyusu maka semakin sering pula bayi
dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya," lanjutnya.

Beberapa pakar pun mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih jarang
mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. "Kalau ada bayi yang
menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena waktu menyusu
yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit, tapi ia hanya
diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap." Waktu menyusu yang
ideal, terang Betty, sekitar 30 sampai 40 menit. "Di atas 20 menit
sebenarnya susu ibu sudah kosong, namun bayi tetap mengisap puting
ibunya demi memenuhi kebutuhan mengisapnya."

SARUNG TANGAN ATAU EMPENG

Yang jadi masalah, orang tua suka risih melihat bayi mengisap jari.
Takutnya, mengisap jari akan menjadi suatu kebiasaan sampai selepas masa
bayi. Kalau sudah begitu, tentu akan sulit sekali untuk
menghilangkannya. Lagi pula, jika kebiasaan ini terus berlanjut,
dikhawatirkan akan menghambat perkembangan gusi dan gigi.

Itulah mengapa, tak jarang orang tua memberikan alternatif solusi dengan
memakaikan sarung tangan. Padahal, menurut Nartono, cara ini tak
menyelesaikan masalah, malah dapat mengundang bahaya. "Bisa saja, kan,
si bayi malah memasukkan sarung tangan itu ke mulut? Nah, jika sarung
tangan itu diisap-isap terus, tentunya jadi basah. Dalam kondisi basah,
kuman dan kotoran akan lebih mudah melekat. Jadi, sarung tangan malah
berdampak buruk untuk bayi," terangnya.

Selain sarung tangan, kadang orang tua juga suka memberikan empeng/dot.
Awalnya, sih, karena bayinya masih rewel padahal sudah diberi ASI.
Mereka khawatir bila minumnya ditambah, si bayi malah jadi muntah karena
overfeeding atau overload (terlalu banyak menyusu). Nah, agar si bayi
tak rewel dan muntah, diberilah empeng/dot.

Berbeda dengan jari, menurut Nartono, empeng/dot tak begitu berpengaruh
terhadap perkembangan gusi dan gigi, karena empeng tak sekeras jari.
Selain itu, empeng/dot adalah benda di luar tubuh bayi, sehingga cara
melepaskan kebiasaan mengempeng relatif lebih mudah dibandingkan bila
jari yang diisap.

Tapi dengan mengempeng, berarti banyak udara yang masuk ke perut bayi
sehingga bayi akan mudah kembung. Selain itu, dari segi higenis,
empeng/dot bisa saja jatuh dan yang menjaga bayi malas mencucinya
kembali. "Biasanya, bila empeng jatuh cukup dilap sebentar di baju si
pengasuh, langsung dimasukan kembali ke mulut bayi. Nah, ini, kan, bisa
jadi masalah tersendiri buat bayi."

Dengan kata lain, baik sarung tangan maupun empeng/dot, justru akan
menimbulkan masalah baru bila digunakan sebagai pengganti jari. Jadi,
bagaimana, dong, sebaiknya?

BERHENTI SENDIRI

Menurut Betty, orang tua sebenarnya tak perlu terlalu cemas, karena
kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun dengan
catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan.
"Jadi bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap jari, apalagi
sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau dipaksakan, ia akan
lebih frustrasi dan malah akan lebih giat mengisap jari demi mengatasi
rasa frustrasinya." Lebih baik, saran Betty, biarkan dulu. "Orang tua
perlu memberi toleransi agar bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya."
Toh, nantinya kebiasaan itu akan berhenti sendiri.

Lagi pula, seperti telah dijelaskan di atas, mengisap jari merupakan
pertanda si bayi sehat dan normal. Juga, merupakan salah satu kebutuhan
bayi dari lahir sampai usia 3 bulan. Jadi, wajar saja. Bahkan, kata
Betty, sampai usia 7 bulan pun, kebiasaan mengisap jari pada bayi masih
dianggap wajar.

Lain halnya bila setelah usia 7 bulan bayi masih saja meneruskan
kebiasaannya mengisap jari. "Orang tua sebaiknya mencari tahu
penyebabnya," saran Betty. Mungkin bayi termasuk tipe yang memerlukan
waktu lebih lama untuk menyusu. Jadi, cobalah perpanjang waktu
menyusuinya. Toh, dia tak akan kekenyangan. Bukankah payudara sebenarnya
sudah kosong?

Tapi bila cara tersebut tak juga menyelesaikan masalah, bahkan frekuensi
mengisapnya malah jadi semakin sering, maka orang tua kembali harus
mencari penyebabnya. "Bisa jadi bayi mencari pengganti sesuatu, lalu dia
mendapatkan jempolnya sebagai benda penghiburnya. Bukankah jari
merupakan benda yang paling dekat dengannya?"

Jika bayi memperoleh rasa nyaman dari jempolnya, lanjut Betty, bisa jadi
dia mengalami rasa jemu, frustrasi, atau malah kecapekan. "Kasusnya
hampir sama dengan bayi-bayi yang mencari rasa aman dari benda-benda di
sekelilingnya, seperti selimut, bantal atau boneka."

Walau begitu, ingat Betty, tetap saja orang tua tak boleh memaksakan
bayi untuk langsung menghentikan kebiasaannya. "Cobalah dengan
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang menarik dia. Misalnya,
ciptakan permainan dengan tangan atau jari, seperti bermain tepuk
tangan. Tentunya, permainan ini harus berkesan baginya." Bisa juga
dengan memberikan mainan kesenangannya atau ganti dengan mainan yang
khusus untuk digigit. Namun jangan lupa, pastikan mainan tersebut aman
dan bersih.

Bila semua cara tersebut ternyata tetap tak membuahkan hasil, menurut
Betty, orang tua sebenarnya juga tak perlu terlalu cemas selama tumbuh
kembangnya normal. Jadi, meski bayi memiliki kebiasaan mengisap jari
namun dia masih suka bermain dan ceria, ya, tak apa-apa. Tapi kalau dia
mulai melamun dan sepanjang hari kegiatannya cuma mengisap jari, barulah
orang tua boleh khawatir. Konsultasi dengan ahlinya merupakan alternatif
yang terbaik bila orang tua tak jua bisa menemukan penyebabnya maupun
mengatasinya.

Nah, sudah paham, kan!

Penulis : Faras handayani

-- 
Aldo Desatura (r) & (c)
62.0817.19.40.50
========
" hanya atas kasihnya, hanya atas kehendaknya kita masih bertemu
matahari .... "

Kirim email ke