http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06303&rubrik=bayi
BAYI KENA TIFUS? MASAK IYA, SIH?    Imunisasi untuk mencegah tifus pada bayi 
memang belum ada. Namun infeksi ini sangat mungkin disembuhkan hingga tuntas.
                                      Rasanya       sulit dipercaya kalau si 
kecil yang masih bayi bisa terkena tifus. Tapi       itulah faktanya. Bahkan, 
dr. Mugiyo, Sp.A. dari RS PMI, Bogor,       telah pula mendapatkan banyak kasus 
neonatal typhoid alias tifus       pada bayi.              
       Demam tifoid atau tifus       adalah penyakit saluran cerna yang 
disebabkan bakteri Salmonella typhi       dan Salmonella typhimurium. Bakteri 
ini hidup di sanitasi       yang rendah seperti lingkungan kumuh.              
       Pada bayi, penyakit ini       didapat melalui dua cara penularan, yaitu: 
             
       1.       Lewat ibu              
       Penularan bisa terjadi       sejak bayi masih dalam kandungan yang 
dibawa hingga persalinan, dan lewat       air susu ibu. Kasus ini didasarkan 
pada penderita beberapa bayi yang sudah       menderita tifus dengan gejala 
kejang-kejang pada saat beberapa jam atau       hari sesudah lahir. Padahal, 
mereka belum minum ASI atau belum mengonsumsi       apa pun. Setelah mengambil 
sampel dari cairan lumbal ternyata ada kuman       tifoid dan kuman ini dibawa 
dari ibunya sejak si bayi masih di kandungan.       Memang kuman tifus itu 
sifatnya sangat penetratif, bisa menembus       dinding-dinding barier.         
     
       Sementara, penularan       lewat ASI ditemukan pada bayi-bayi yang 
menyusu secara eksklusif dan       berulangkali terserang demam serta diare. 
Ini, kan, juga sesuatu yang       perlu dicurigai karena ASI sebenarnya makanan 
yang paling higienis untuk       bayi. Tapi kenapa bayinya selalu terserang 
penyakit infeksi, seperti demam       dan diare. Setelah diperiksa pencernaanya 
enggak apa-apa. Setelah diberi       antibiotik, sembuh, tapi nanti terserang 
lagi. Barulah setelah diteliti       lebih lanjut melalui serangkaian tes, di 
antaranya tes darah, ternyata       bayi-bayi itu menderita tifus yang 
ditularkan lewat ASI.              
       2.       Lewat makanan tambahan              
       Umumnya terjadi bila       makanan yang dikonsumsi bayi kurang 
diperhatikan kebersihannya. Entah saat       pengolahan, penyajian, dan 
pemberian. Akibatnya, bayi terinfeksi kuman       yang menjadi penyebab tifus.  
            
       GEJALA       SUKAR DIDETEKSI              
       Sayangnya, gejala tifus       pada bayi sukar dideteksi. Tak seperti 
pada anak balita yang sudah bisa       mengeluh mual, pusing, atau suhu 
tubuhnya tinggi. Sementara bayi hanya       bisa menangis atau rewel. Kadang 
disertai demam dan diare sehingga umumnya       dokter akan mengira bayi 
terkena penyakit infeksi saluran pencernaan.       Padahal bisa saja dia 
sebenarnya sudah terserang tifus. Kalaupun diberikan       obat antibiotik, 
hanya menghentikan diare atau demamnya saja. Bisa-bisa       nanti tifusnya 
muncul lagi.              
       Karena itulah, tifus       tak boleh dianggap enteng atau harus diobati 
secara total. Bakterinya       sangat cepat berkembang biak dan menjalar ke 
mana-mana melalui pembuluh       darah. Bisa menyerang paru-paru, hati, hingga 
otak. Tifus yang sudah       tergolong berat akan sulit diobati karena sudah 
telanjur terjadi       komplikasi. Jika bakterinya sudah menyerang paru-paru, 
penderita akan       sulit bernapas. Lebih parah lagi jika bakteri sudah masuk 
ke otak, bayi       bisa kejang-kejang karena radang otak.              
       BISA       DIOBATI              
       Untungnya, metode       pengobatan yang semakin maju sudah bisa 
menyembuhkan tifus pada bayi. Jika       tifusnya ringan (istilahnya gejala 
tifus atau paratifus), dokter akan       menyarankan banyak istirahat, banyak 
minum, dan obat antibiotik yang       diberikan harus dihabiskan. Jika dosis 
obat ditetapkan 4 kali sehari, maka       harus ditaati. Kalau cuma diminum 3 
kali sehari, kuman tak akan bersih       terbasmi. Pengobatan yang tak tuntas 
membuat bakteri akan terus terbawa       dan berkembang biak. Akibatnya, 
tingkat kemungkinannya untuk kambuh lagi       sangat tinggi.              
       Tentunya, si bayi harus       dirawat baik-baik karena perawatan dan 
pengobatan bisa menghentikan invasi       kuman, memperpendek perjalanan 
penyakit, mencegah terjadinya komplikasi,       serta mencegah agar tak kambuh 
kembali. Ingat, meski masih tahap ringan,       kuman terus menyebar dan 
berkembang-biak dengan cepat.
       Selain itu, sumber       tifus pada bayi juga perlu diteliti. Bila 
penyebabnya ASI, tentu ibunya       harus 'dibersihkan' juga dari tifus. Bila 
tidak, tifus ini bakal kambuh       terus. Kalau yang masuk lewat ASI hanya 
berupa partikel dari tifus, maka       yang akan muncul gejala mencret-mencret. 
Tapi kalau yang menular ke bayi       adalah kuman, akibatnya yaitu infeksi 
yang berisiko menjalar ke otak.              
       Jadi, selama ibu       sebagai sumber penularan tak disembuhkan tuntas, 
si bayi akan tetap       mengalami gangguan. Namun begitu, Mugiyo mengingatkan, 
ASI jangan sampai       dihentikan. Sambil ibu dan bayi diobati, ASI jalan 
terus karena inilah       makanan utama untuk bayi.
       PENCEGAHAN       TIFUS PADA BAYI              
       1.       Ibu              
       ¨Pada minggu-minggu       terakhir sebelum persalinan, pastikan ibu 
dalam kondisi bebas virus dan       kuman agar tak menulari bayinya sewaktu 
persalinan kelak.              
       * Jaga kebersihan dan       makanan ibu selama menyusui. Pastikan 
makanan dan minuman yang dikonsumsi       selalu terjamin kebersihannya.        
      
       * Periksa kesehatan ibu       apabila bayi yang disusui sering diare 
atau demam.              
       2.       Bayi              
       * Untuk bayi yang mulai       mengonsumsi makanan tambahan, pastikan 
kebersihan makanannya terjamin.              
       * Biasakan bayi selalu       dalam keadaan bersih. Sehabis kencing atau 
buang air besar, bersihkan       dengan tuntas.              
       * Lakukan imunisasi       wajib sesuai jadwal.              
       3.       Lingkungan              
       * Sediakan air minum       yang memenuhi syarat. Pastikan air diambil 
dari tempat yang higienis       seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. 
Jangan gunakan air yang       sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih 
dulu hingga mendidih (1000C).              
       * Pembuangan kotoran       manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah 
membuang kotoran bayi secara       sembarangan sehingga mengundang lalat karena 
lalat akan membawa bakteri Salmonella       typhi, terutama ke makanan.         
     
       * Bila di rumah banyak       lalat, basmi hingga tuntas.              
       * Lakukan vaksinasi       terhadap seluruh keluarga (orang tua dan anak 
yang lebih besar). Vaksinasi       dapat mencegah kuman masuk dan berkembang 
biak. Saat ini pencegahan       terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan 
dengan vaksinasi       bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa 
(tifoid-paratifoid).       Anak usia 2 tahun yang juga rentan terhadap tifus, 
lakukan vaksinasi.              
       Bila ada anggota       keluarga yang mengidap kuman (carrier), 
pengawasan diperlukan agar       dia tidak lengah terhadap kuman yang 
dibawanya. Kalau dia lengah,       sewaktu-waktu penyakitnya bisa kambuh.       
       
       TIFUS,       SEPINTAS KILAS              
       Menurut       penelitian di Bagian Anak FKUI tentang bayi yang kejang 
waktu baru lahir,       80 persen penyebabnya adalah tifus. Penyakit ini juga 
ikut menyumbang       angka kematian bayi yang sangat tinggi di Indonesia 
dimana 90 persennya       akibat penyakit infeksi.              
       Penyakit tifus umumnya       berawal dari konsumsi makanan ataupun 
minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella       typhi dan Salmonella 
typhimurium. Keduanya biasa       terdapat pada makanan dan minuman yang kurang 
higienis ataupun dari sumber       air yang tidak memenuhi syarat untuk 
dikonsumsi. Dengan kata lain, bibit       penyakit masuk ke dalam tubuh melalui 
mulut, lalu menyerang tubuh,       terutama saluran cerna.              
       Proses perkembangbiakan       bakteri ini cepat, yaitu 24-72 jam setelah 
masuk ke dalam tubuh. Meski       belum menimbulkan gejala, bakteri telah 
mencapai organ-organ hati, kandung       empedu, limpa, sumsum tulang, dan 
ginjal. Rentang waktu antara masuknya       kuman sampai timbulnya gejala 
penyakit sekitar 7 hari. Gejalanya sendiri       baru muncul setelah 3 sampai 
60 hari. Pada masa-masa itulah kuman akan       menyebar dan berkembang biak. 
Organ tubuh lalu merangsang sel darah putih       mengeluarkan zat interleukin. 
Zat inilah yang akan merangsang terjadinya       gejala demam. Kuman yang masuk 
ke hati akan masuk kembali dalam peredaran       darah dan menyebar ke organ 
tubuh lainnya.              
       Gejala yang mungkin       timbul adalah mual, muntah, demam tinggi 
berfluktuasi atau naik-turun,       nyeri kepala hebat, dan nyeri perut yang 
diawali sembelit, kadang diikuti       diare bercampur darah. Pengobatan 
umumnya dilakukan bila pemeriksaan       laboratorium memberikan hasil positif. 
Pemeriksaan laboratorium ini juga       diperlukan untuk menentukan jenis 
antibiotik yang paling tepat.              
       Namun tidak seluruh       bakteri Salmonella typhi dapat menyebabkan 
demam tifoid.       Saat kuman masuk, tubuh berupaya memberantas kuman dengan 
berbagai cara.       Misalnya, asam lambung berupaya menghancurkan bakteri dan 
gerakan lambung       berupaya mengeluarkan bakteri. "Jika berhasil, orang 
tersebut akan       terhindar dari demam tifoid," ungkap Mugiyo.
       Santi Hartono.       Ilustrator: Pugoeh
       




Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com
S e m a r a n g

       
---------------------------------
 Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist.   Download sekarang juga.

Kirim email ke